Jenderal Daryatmo agaknya datang terlambat. Seluruh peserta sidang sudah siap di tempat masing-masing, menanti penuh harap dan berdebar-debar. Â Majelis Ketua sibuk juga mengatur meja pimpinan, menggeser-geser kursi, tempat nanti Pak Jenderal akan duduk, sementara sound system yang sering macet itu, dicek lagi, agar segala sesuatunya nanti tidak mengecewakan.
"Kau tidak usah terlalu takut duduk dekat dengan Jenderal," kata Dr. Nababan kepada saya, ketika saya menggeser kursi saya agak jauh sedikit dari kursi Pak Jenderal. Ada sekitar 30 menit para peserta menanti dengan penuh ketegangan. Bahkan telah ada semacam dugaan bahwa kemungkinan Jenderal Daryatmo tak bisa datang ke Sukabumi, oleh karena kesibukan beliau di Jakarta, yang sangat padat.Â
Situasi yang tegang itu tiba-tiba saja berakhir. Binsar Sianipar yang ditugasi DGI menjemput Jenderal Daryatmo telah hadir di ruang sidang dengan wajah yang cukup meyakinkan bahwa orang yang dijemputnya memang datang. Â BPH DGI kemudian menjemput Jenderal Daryatmo dan membawa beliau ke konsistori untuk melepas lelah sejenak.Â
Saya mendengar Pak Daryatmo bercakap akrab sekali dengan BPH DGI di konsistori GKP Sukabumi, sementara di luar hujan turun rintik tipis. Ada juga tawa kecil dari Pak Jenderal yang menyelingi percakapan itu. Lalu saya pikir, mengapa mesti takut dan kecil hati, toh Pak Jenderal suka tertawa juga.
Saya mendapat isyarat bahwa Jenderal Daryatmo segera memasuki ruang sidang. Saya pun dengan isyarat mengundang para peserta untuk berdiri, sebagai tanda menyambut kehadiran tamu penting itu. Sekum DGI mengantar Jenderal Daryatmo menuju meja pimpinan sambil memperkenalkan seluruh anggota Majelis Ketua dan menyalami mereka.
Jenderal Daryatmo, walaupun tampil dengan safari biru tua sore itu, kegagahannya sebagai Perwira Tinggi ABRI sangat kentara. Beliau tampak anggun, dan dengan sosok tubuh yang padat, penampilannya sangat berwibawa. Ketika saya jabat tangan beliau, gemetar juga saya dibuatnya.
Kesan yang Dalam
Sesudah secara resmi saya membuka sidang sore itu dengan ketukan palu, saya mulai dengan kata pengantar: "Bapak Ketua MPR-DPR RI Jenderal Daryatmo yang kami hormati, Saudara-saudara peserta sidang yang terhormat. Kami seluruh peserta sidang BPL DGI yang berhimpun di Sukabumi, mengucapkan selamat datang kepada Bapak Jenderal Daryatmo.Â
Kami peserta yang datang dari berbagai penjuru tanah air, merasa sangat berbahagia oleh karena kami dapat bertemu, bertatap muka dengan Bapak Jenderal Daryatmo.Â
Pertemuan ini adalah hal yang luar biasa bagi kami, karena sebagai Pimpinan dan Lembaga Tertinggi Negara, kehadiran Bapak memiliki arti yang khas dan penting bagi sidang kami kali ini. Oleh karena itulah perkenankan kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kami yang dalam dan tulus, atas kehadiran Bapak dalam sidang ini."
Sudah saya mengulas secara singkat tentang peranan gereja dan orang-orang Kristen di Indonesia merebut, mempertahankan serta mengisi kemerdekaan RI, serta menjelaskan bahwa dalam sidang ini akan dirumuskan sumbangan pikiran gereja-gereja dalam rangka penyusunan GBHN 1983, saya pun mempersilahkan Jenderal Daryatmo menyampaikan ceramahnya.