tatkala malam jatuh menikam bumi
ada sepi menggeliat
hujan rintikrintik
mengusap debudebu di dedaunan
tatkala malamkelam
turun dari langit hitamlegam
ada hati pedihperih
menusuk luka lama
seorang nenektua
terlihat rebahpasrah
diemper toko
menanti mentari pagi berpijarbinar
menenun episode kehidupan yang baru
tatkala malam hitam hadir mencekam
semuanya sepi
semuanya selesai
di bawah jalan layang
kehidupan takpernah sepi
mereka bermimpi
tentang beelte, tentang bansos, tentang vaksin,
tentang blusukan
yang mencerahkan
tentang virus yang
mengganas
meruntuhkan
peradaban
rumah rumah ibadah semuanya sepi
iman umat dirawat
dengan gadget
tanpa gadget, kuota dan gaptek
umat bisa sekarat
dicekik dunia sekuler yang kian
menggerusganas
tatkala malam
menyapa tubuh lelah penuhpeluh
seberkas tanya
tibatiba tercipta:
Tuhan,
masihkah ada nafas berdenyut
esok hari
agar karya bisa berlanjut?
lalu ada sepi
merasuki diri
menyongsong
pagi!
Pdt. Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H