di pagi buta
Udin bersiap diri
menuju ke sekolah
ia harus menembus hutan jati duapuluh kilometer
untuk mencapai
sekolah
segelas airputih hangat dihirupnya
takada sarapan
takada uang jajan
status kelas lima sekolah dasar
menjadi kebanggaannya
takpeduli hujan menbanjiri jalan setapak
atau panas terik
membakar daun-daun jati
kering terhampar
Udin tak pernah bolos sekolah
hidup miskin melarat
yang mendera orangtua
menjadi daya penguat
untuk terus belajar
kedua orangtua Udin adalah buruh tani
yang nafas dan dapurnya tergantung
belas kasihan
pak Sakim pemilik tanah
Udin punya semangat
Udin punya visi masadepan
ia mesti menjadi
anak soleh, pandai
hormat pada orangtua
hari itu pak guru
mengobarkan semangatnya
di ruang kelas
berdinding bambu:
"anak-anak, kalian harus menjadi anak pandai,jujur, tidak tamak, Â soleh dan mencintai bangsa dan negara. Bapak tahu kalian datang ke sekolah dengan pengorbanan besar. Kalian tidak sarapan,kalian tidak punya uang jajan. Tapi kalian dan orangtua kalian adalah orang jujur,bersih, beriman kuat. Kalian tidak boleh menikmati uang jajan berpuluh juta setiap bulan, apalagi uang itu hasil korupsi. Korupsi adalah dosa besar dan kejahatan luar biasa, korupsi membunuh banyak orang miskin negeri ini!"
hari itu Udin pulang dari sekolah dengan wajah ceria
nasihat pak guru
terasa amat mengena
ada juga tanya menggumpal dalam nurani :"
begitu merosotkah akhlak orang kota
memberi uang jajan berjuta-juta kepada anaknya dari hasil korupsi?"
Udin tiba dirumah
ayah ibunya tengah duduk dibalai-balai
dengan wajah murung
lalu ayahnya berkata:" hari ini kita takbisa makan, pak Sakim tadi di jemput kpk ke Jakarta!"
Udin,ayah dan ibunya menatap nanar ke hutan jati
daun-daunnya yang kering jatuh kebumi
terserak
tanpa bentuk...
Jakarta,11 Maret 2021/3.00
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H