Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi Awal Tahun 2021: Merayakan Hidup yang Allah Anugerahkan

31 Desember 2020   20:42 Diperbarui: 31 Desember 2020   20:44 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"There are two tragedies in life. One is not to get your heart's desire. The other is to get it". (George B. Shaw)

Hidup manusia penuh dinamika, diwarnai berbagai perubahan baik oleh karena faktor internal maupun faktor eksternal. Semua berubah, semua mengalir kata sang filsuf. Dan manusia menghidupi arus serta pusaran perubahan itu tanpa bisa bernegoisasi lagi. Jika tak mau berubah, akan tergerus oleh perubahan itu dan selesai semuanya.

Manusia mengalami perubahan dan pertumbuhan internal karena peran signifikan dari ayah ibu kita dan atau keluarga besar disekitar kita. Pendidikan etik dan karakter dilakukan oleh orangtua kita secara simultan melalui ungkapan lisan dan keteladanan. Tak ada ambivalensi antara yang verbal-tekstual dengan yang praksis-operasional. Kedua aspek itu solid menyatu raga, dan disitulah keunggulan pola pendidikan yang dilaksanakan orang tua kita.

Perubahan eksternal dialami manusia melalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan, juga melalui proses interaksi dengan masyarakat. Dalam konteks kehidupan umat manusia, pendidikan dan agama adalah dua elemen dasar yang amat penting bagi manusia.
Dengan dua elemen fundamental itu manusia mendapat pembekalan yang memadai untuk menjalani kehidupan dengan berbagai persoalan didalamnya.

Kita amat maklum bahwa kehidupan manusia tidak selalu indah, juga tidak selalu penuh pergumulan. Kedua suasana itu indah atau buruk mesti dihadapi dengan tawakal, berserah kepada Tuhan memohon petunjuk dan hikmatNya.

Bisa juga ada tragedi dalam kehidupan kita tatkala orang yang kita cintai meninggalkan kita. Menarik apa yang dinyatakn GB Shaw tentang tragedi ysng dialami manusia. Hanya kita yang tahu apakah sesuatu yang kita terima itu justru menimbulkn tragedi bagi kita. Ya amat relatif.

Mari berjuang terus menghindarkan atau memperkecil tragedi dalam hidup kita pribadi dan bangsa kita.

Kita fahami bersama tragedi adalah kisah tentang penderitaan dan atau peristiwa menyedihkan yang dialami manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas/persekutuan. Dalam level nasional misalnya kita mengenal apa yang disebut "tragedi Semanggi" yang selalu menjadi topik perbincangan dalam konteks pemajuan Ham. Tentu banyak peristiwa dalam hidup kita pribadi, kehidupan membangsa dan menegara yang bisa kita kategorikan dengan tragedi. Ungkapan Bernard Shaw bahwa ada dua kategori tragedi yang dialami manusia dalam hidupnya cukup menarik, bahkan bisa menjadi bahan diskusi.

Kita mengalami sekian banyak tragedi di tahun 2020, dari segi pribadi, misalnya kita mengalami kegagalan cinta( ini isu anak muda), kita diberhentikan dari jabatan tanpa kita tahu apa kesalahan kita, kita kehilangan orangtua kita karena diserang Covid 19, dan sebagainya. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara ada cukup banyak tragedi yang kita alami: pandemi yang berlangsung sekitar 10 bulan, korupsi yang dikakukan oleh 2 orang menteri, pembunuhan biadab terhadap warga Gereja Bala Keselamatan oleh kelompok teroris di Sigi Sulawesi Tengah, dan sekian banyak lagi tragedi yang mewujud dalam hidup kita.

Kita memasuki tahun 2021 dengan penuh syukur kepada Tuhan atas anugerahNya bagi kita pribadi dan bangsa kita. Kita hidup dalam pengharapan dan iman teguh kepada Tuhan bahwa di tahun 2021 Tuhan akan menjadikan segalanya baik dan indah. Komitmen pemerintah untuk menegakkan hukum secara konsisten, memberi jaminan dan perlindungan keamanan bagi rakyat, upaya melawan pandemi sekaligus menstabilkan ekononomi, menampilkan sosok negara yang kuat berwibawa yang tidak bisa dikalahkan oleh kelompok-kelompok pengacau, memberi harapan baru bahwa Tahun 2021 kehidupan bangsa kita akan lebih baik dan prospektif.

Semua komponen bangsa dari berbagai latarbelakang harus bersatu padu membantu pemerintah mewujudkan NKRI yang bersatu,damai, sejahtera,berjeadilan dan berkeadaban.

Kita menerima hidup ini dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa, oleh karenanya mari rayakan hidup ini dengan penuh tanggungjawab.
Selamat Tahun Baru 2021,Selamat Mewujudkan Habitus Baru..God bless!

Weisa, 31 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun