Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengukir Akhir Hidup yang Pantas

25 November 2020   09:00 Diperbarui: 25 November 2020   09:07 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.shutterstock.com/

Perhatian pada sosok manusia dalam program pembangunan seharusnya makin meningkatkan kualitas manusia sehingga ia mampu menjawab tantangan zamannya.

Pembangunan manusia seutuhnya sejak zaman pra-GBHN, zaman GBHN, dan pasca-GBHN menjadi tema utama dalam pelaksanaan program pembangunan bangsa. 

Pembangunan mental-spiritual, pembangunan bidang keagamaan yang telah dilaksanakan sejak tahun '60-an telah melahirkan sosok manusia, yang juga hingga kini kita alami realitasnya dalam kehidupan praktis. 

Ada orang-orang yang sukses di zamannya sebagai "hasil" dari program pembangunan tersebut, tetapi banyak juga yang menghasilkan sosok koruptor dan para penjahat dalam berbagai aspek kehidupan.

Memang, realitas manusia Indonesia masa kini yang acap terkena OTT (Operasi Tangkap Tangan), masuk penjara, menjadi pembunuh sadis, dsb.,
tidak semata-mata akibat "ideologi pembangunan" tetapi ada banyak faktor di belakangnya.

Hal yang harus digarisbawahi adalah bagaimana proses pembinaan spiritual dalam keluarga. Apakah aktivitas keagamaan dalam setiap rumah tangga berjalan lancar? Masihkah tersedia waktu bagi setiap rumah tangga untuk melakukan ibadah di keluarga secara bersama setiap malam?  

Ada banyak anggota keluarga muda yang baru pulang dari kantor setiap hari di atas pukul 20.00, sehingga tidak lagi tersedia waktu baginya untuk ikut dalam ibadah bersama yang biasanya dilakukan dalam setiap rumah tangga, atau ibadah yang dilakukan antarrumah tangga di suatu wilayah. 

Realitas ini mengharuskan pimpinan komunitas keagamaan mencari pola-pola dan pendekatan baru agar pembinaan terhadap umat bisa berjalan dengan baik.

Pembinaan spiritual, baik oleh keluarga maupun oleh lembaga/komunitas keagamaan mesti berlangsung kontinu, terarah, dan terencana.

Setiap lembaga/komunitas keagamaan memiliki cara dan program sendiri dalam hubungan dengan pembinaan spiritualitas itu. Ibadah dalam Keluarga/Rumah Tangga, ibadah antarkeluarga dan ibadah dalam rumah ibadah harus menjadi aktivitas rutin setiap warga bangsa, apa pun agama mereka. Tempat ibadah, sebagai pusat pembinaan spiritual, mesti difasilitasi pembangunannya oleh pemerintah/pemda.

Dengan terwujudnya pembinaan spiritual bagi setiap manusia secara terus-menerus diharapkan seseorang akan tangguh imannya dan mampu menolak segala tantangan yang dihadapi dalam hidupnya, dan hingga akhir hayat ia menjadi orang yang baik, yang patut diteladani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun