(1) Angka 140 km/jam sebagai kecepatan mobil Avanza itu, perlu diperjelas. Apakah itu angka perkiraan (feeling) atau memang beberapa saat sebelum kecelakaan pengemudinya memang sempat melihat speedometer.
(2) Apakah mobil Avanza tersebut direm sampai berhenti tetap berada di belakang BMW atau hanya diperlambat sampai sekitar 50 km/jam lalu ditepikan ke jalur tol yang lain? Kalau direm sampai berhenti (seperti pada kasus perhitungan yang saya pakai untuk di atas) berapa sebenarnya perlambatan maksimum rem dari mobil tipe tersebut? Bisakah mencapai 7,55 m/s2?
(3) Mobil BMW yang ada di depan itu juga tidak mungkin langsung berhenti pada saat terjadi tabrakan (kecuali kalo mobil itu menabrak beton bertulang), bisa jadi tetep jalan 5 m baru berhenti (kalau 5 m baru berhenti dalam perhitungan yang digunakan bukan 100 m tapi 105 m, dengan demikian waktu yang tersisa bagi pengemudi Avanza untuk melakukan pengereman juga semakin panjang).
(4) Kira-kira berapa selisih waktu antara tabrakan terjadi dan pengemudi Avanza merespon dengan menginjak pedal rem?
Jawaban dari 4 pertanyaan di atas akan mengarahkan pada suatu kesimpulan tentang apakah mungkin mobil Avanza melakukan pengereman dengan selamat dari kecepatan 140 km/jam dalam jarak yang kurang dari 150 m?
Tulisan ini sebenarnya dibuat hanya untuk menyatakan bahwa yang namanya pengereman itu merupakan gerak lurus berubah beraturan, bukan gerak lurus beraturan. Kita tidak dapat menggunakan perhitungan gerak lurus beraturan untuk menghitung suatu nilai dari gerak lurus berubah beraturan..
Kalau dalan kasus ini si Rangga benar-benar melakukan pengereman pada saat melihat BMW Rasyid melakukan pengereman/menabrak Luxio di depannya, maka rumus-rumus yang seharusnya digunakan ada pada tulisan ini "Pengereman dan perlambatan".
Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H