Mohon tunggu...
Wegi Dwi Sapto
Wegi Dwi Sapto Mohon Tunggu... Operator - Operator Panas Bumi

Seorang mekanik, penyuka sastra dan film, mengabadikan moment.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Ombak dan Gadis Perawan (1)

7 Agustus 2022   09:00 Diperbarui: 7 Agustus 2022   09:01 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke tepian rintik menjemput datang.
Namun badai telah lama tiba, sayang.
Anak perawan kucinta, tercenung duduk saja.
Kosong tatapan ke jauh, badai di hati bergemuruhan.

Ombak menari, mengusir dalam hempasan.
Membelai lembut jemari kaki anak perawan.
Menyeret ketam tuli di bawah tempurung dugan.
Tertinggallah jejak bisu bebuihan.

Mercusuar menunjuk!
Tapi arah bukan lagi tujuan.
Bersua jadi perjumpa’an.
Perjumpaan yang kapan?
Sampai Tuhan pun turun tangan.

Baca juga: Mainan Yaya

Pada kisah kita, yang selalu didengar anak-anak raja.
Kisah tentang waktu dan cinta.
Ketetapan suci di perkamen prasasti tua.

Aku kan datang saat engkau rindu dan hujan.
Sampai hujan kembali reda dari awan-awan.
Dan awan menutup mata selamanya dengan tangan-tangan.
Sehingga laut tenang, biar begitu sampai akhir halaman.

Sungailiat, 29 Desember 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun