Ke tepian rintik menjemput datang.
Namun badai telah lama tiba, sayang.
Anak perawan kucinta, tercenung duduk saja.
Kosong tatapan ke jauh, badai di hati bergemuruhan.
Ombak menari, mengusir dalam hempasan.
Membelai lembut jemari kaki anak perawan.
Menyeret ketam tuli di bawah tempurung dugan.
Tertinggallah jejak bisu bebuihan.
Mercusuar menunjuk!
Tapi arah bukan lagi tujuan.
Bersua jadi perjumpa’an.
Perjumpaan yang kapan?
Sampai Tuhan pun turun tangan.
Pada kisah kita, yang selalu didengar anak-anak raja.
Kisah tentang waktu dan cinta.
Ketetapan suci di perkamen prasasti tua.
Aku kan datang saat engkau rindu dan hujan.
Sampai hujan kembali reda dari awan-awan.
Dan awan menutup mata selamanya dengan tangan-tangan.
Sehingga laut tenang, biar begitu sampai akhir halaman.
Sungailiat, 29 Desember 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H