Suatu hari Dzun Nun al-Mishri berjumpa dengan Sa'dun si gila disebuah gang di Mesir, kebetulan Sa'dun sedang mengenakan jubbah wol baru yang bertuliskan syair.
"Mohon berhenti sejenak dan ijinkan saya melihat apa yang terdapat dalam jubahmu!" ucap al-Mishri kepada Sa'dun yang kemudian berhenti dan membiarkan al-Mishri membaca syair dilengan kanan jubahnya
Engkau telah bermaksiat kepad Tuanmu, wahai orang yang bersuka cita
Tak seharusnya engkau bertindak demikian, wahai hamba!
Kemudian al-Mishri melihat dua syair dilengan kirin Sa'dun
Celakalah orang yang memakan roti yang diberikan tuannya yang lembut.
Tapi dia menentang Tuhannya Yang Maha Agung dan Maha Penyayang
Lalu jubah Sa'dun bagian belakang pun dibula al-Mishri dan menemukan dua syair lagi
Setiap hari dia lewat mengambil bagianku, menghilangkan kenikmatan dariku dan ia berlalu
Nafsu, cukuplah maksiatmu dan bertobatlah.
Maksiat bagi hamba bukanlah sesuatu yang patut.
Kemudian al-Mishri menemukan kembali syair Sa'dun ditangan serta tongkatnya
Wahai kedudukan tinggi yang tidak diharapkan
Kami dari tanah, selamat jalan
Sesungguhnya kehidupan ini sarana
Dan bersama kematian, sama saja semua kedudukan
Berbuat baiklah dan takutlah terlalu asyik dengan dunia
Ketahuilah bahwa engkau setelah mati akan dibangkitkan
Sadarilah bahwa apa yang engkau lakukan akan diperhitungkan
Dan apa yang engkau tinggalkan akan diwariskan.
Syair Sa'dun si Gila membuat al-Mishri jadi tersadarkan dan berkata kepada Sa'dun
"Engkau sangat bijak bestari, Engkau sama sekali tidak gil,"kata al-Mishri kepada Sa'dun.
"Organ tubuhkulah yang gilam tapi hatiku sama sekali tidak gila,"ungkap Sa'dun sembari pergi meninggalkan al-Mishri.
Nama lengkap Sa'dun adalah Abu Atha Said al-Majnun , dia adalah pria asal Basrah, Irak. Termasuk orang pintar yang dianggap gila dijamannya yakni sekitar 190 H dikota Baghdad. Sa'dun merupakan satu dari sekian banyak dari kisah-kisah yang dianggap gila oleh masyarakat tetapi sebenarnya "cerdas" luar biasa, baik secara intelektual dan spiritual.
"Khudz al-hikmah walau min dubur ad-dajaj / Ambillah kebijaksanaan meskipun keluar dari pantat ayam"
"Al-hikmah dhallat al-mu'min, annaa wajadahaa fa huwa ahaqqu biha / Kebijaksanaan ibarat benda yang hilang milik orang mukmin, dimanapun orang mukmin mendapatkannya, dia paling berhak mengambilnya" (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H