Berita pemecatan Claudio Ranieri dari kursi manajer Leicester City,juara liga primer Inggris musim lalu masih hangat.Prestasi bersejarah musim lalu seakan tak berbekas dimata manajemen klub berjuluk ‘the Foxes’ tersebut,kegagalan di Piala FA lalu menempati posisi ke-17 liga primer musim ini plus kekalahan 1-2 dileg pertama 16 besar Liga Champions Eropa membuat Ranieri tersudut dan harus menerima kenyataan pahit, DIPECAT!
Beberapa nama langsung dikait-kaitkan dengan Leicester City termasuk eks maajer Man City, Roberto Mancini.Gerak cepat harus dilakukan jika memang manajemen menganggap kegagalan ‘The Foxes’karena kegagalan seorang Ranieri dengan mendatangkan manajer baru guna menyelamatkan peluang bertahan diliga primer serta liga champions.Lalu bagaimana sosok seorang Ranieri dimata Luis Milla,pelatih Timnas Indonesia U-22?
Apa hubungannya Luis Milla dengan Ranieri?Keduanya pernah bersama-sama diklub Valencia,kala Ranieri diberi tugas melatih Valencia musim 1997-2000 sebelum akhirnya dipecat dan digantikan Hector Cuper dan kembali lagi melatih tim berjuluk ‘kelelawar’ musim 2004 walau kembali dipecat.Sedangkan Luis Milla,Valencia adalah klub ketiga dalam karir profesionalnya (1997-2001) sebagai pemain setelah FC Barcelona dan Real Madrid.
Bersama Claudio Ranieri, Luis Milla merasakan tampil difinal Copa del Rey 1999 saat berjumpa dengan Atletico Madrid dalam laga yang digelar diestadio olimpico, Sevilla (20 juni 199).Disemifinal Valencia tampil perkasa dengan melumat Real Madrid 7-2 dimana dileg pertama distadion Mestalla, Valencia yang juga diperkuat Luis Milla mampu mengkandaskan perlawanan Real Madrid dengan skor mencolok 6-0.
Sosok Luis Milla bagi Ranier tentu menjadi panutan bagi rekan-rekannya di Valencia kala itu,bersama Amadeo Carboni dan Alain Roche yang berusia diatas 33 tahun menjadi pemain senior generasi baru Valencia yang dihuni Mendeita,Canizares,Farinos hingga Claudio Lopez,striker asal Argentina.Sayang kala lolos ke final liga Champions Eropa musim 2000 bersama Hector Cuper,Milla hanya menghuni bangku cadangan saat timnya dikalahkan 0-3 Real Madrid dipartai final.
[caption caption="Valencia"]
(Valencia bersama Milla dan Ranieri juara copa del rey 1999 / sumber foto : valenciacf.com)
“Claudio Ranieri selalu berbicara kepada pemainnya untuk memberikan yang terbaik.Namun bukan sekedar yang terbaik,melainkan juga harus lewat konsep counter attack (serangan balik),”kata Luis Milla didepan peserta kursus lisensi pelatih AFC C di Sawangan (24/2) kemarin.
Pandangan yang sedikit banyak mempengaruhi cara melatih Luis Milla yang cenderung memilih permainan cepat serta serangan balik yang mematikan.Hal yang juga diamini oleh bek Bali United yang juga mengikuti pelatnas gelombang pertama Timnas Indonesia U-22.
“Pelatih minta pemain selalu bermain cepat.Penguasaan bola dan counter attack harus dilakukan secepat mungkin,”ujar Ricky Fajrin yang juga pernah mendapat gemblengan Indra Sjafrie di Timnas U-19.
#GoodLuckRanieri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H