Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengintip Curhatan Bambang Pamungkas

18 Desember 2016   17:21 Diperbarui: 19 Desember 2016   12:46 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: superball.tribunnews.com

Pilihan sebagai pesepakbola profesional tentu memiliki berbagai konsekuensi termasuk dalam urusan jadwal yang diikuti klub yang dibela. Jalannya kompetisi harus dilakoni bersama klub walau kadang harus mengorbankan hal yang kita cintai, termasuk dalam urusan mendukung dan membela Timnas. Sepak bola nasional dalam beberapa tahun terakhir mengondisikan bagaimana belum sinerginya antara jadwal Timnas dan juga kompetisi sepak bola nasional.

“Terpujilah mereka yang memaksakan pertandingan liga berbarengan dengan laga tim nasional …. #sigh”
Demikian bunyi twit Bambang Pamungkas sebagaimana dirilis harian superball.

Itulah ungkapan kekecewaan seorang Bambang Pamungkas, eks kapten Timnas Indonesia soal jadwal kompetisi TSC A yang dilakoni klubnya berbarengan dengan laga klubnya, Persija Jakarta. BePe, panggilan Bambang Pamungkas tentunya ingin mendukung perjuangan Boaz Solossa dkk walau hanya dari layar televisi serta menjadi saksi kesuksesan Timnas Indonesia walau akhirnya harus kembali gagal menjadi yang terbaik di Piala AFF Suzuki 2016.

BePe harus gigit jari karena laga klubnya Persija Jakarta kontra Bali United dilangsungkan dengan selisih waktu 30 menit saja. Di mana laga klubnya pukul 18.30 WIB sedang Timnas bertanding pukul 19.00 WIB. Efeknya, laga yang digelar di Stadion Kapten I Wayan Dipta berkesudahan imbang 1-1 pun sepi penonton karena tentunya lebih menarik untuk mendukung Timnas Indonesia kala melawan Thailand di leg kedua final Piala AFF Suzuki 2016.

Kekecewaan BePe yang gagal menyaksikan Timnas pun dialami oleh anggota Timnas usai ditaklukkan Thailand 0-2. Kesempatan untuk mencetak sejarah akhirnya harus kandas dan Timnas harus puas menambah koleksi runner up menjadi lima kali (2000, 2002, 2004, 2010 dan 2016). Tapi apapun itu respek dan ucapan terima kasih pantas diberikan untuk perjuangan Boaz Solossa dkk selama gelaran turnamen tersebut.

Datang berstatus non unggulan serta menempati ranking FIFA terbawah di grup A akibat sanksi FIFA serta keterbatasan pemain yang boleh dipanggil Riedl ke Timnas membuat Timnas diprediksi gagal lolos dari fase grup A. Boaz Solossa mampu tampil spartan dan pantang menyerah walau dalam kondisi tertinggal hingga mampu menembus final dan membuat Thailand ketar ketir karena kalah 1-2 di leg pertama di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor.

Kini bola di tangan PSSI pimpinan Letjen Edi Rachmayadi untuk mewujudkan Timnas berprestasi di era kepemimpinannya hingga 2020 mendatang. Mencontoh Thailand dari sisi persiapan Timnas serta pengelolaan kompetisi sangatlah tepat, persiapan yang dilakukan Thailand memang tidak instan hampir sekitar enam tahun sejak gagal di Piala AFF Suzuki 2010 di mana mereka dikalahkan Indonesia 1-2. Pembenahan kompetisi dan jenjang Timnas diperbaiki oleh PSSI-nya Thailand (FAT).

Hasilnya mereka sukses menjadi juara Sea Games 2013, Piala AFF Suzuki 2014, Semifinalis Asian Games 2014, juara Sea Games 2015 dan ditutup dengan juara Piala AFF Suzuki 2016. Sebuah perjalanan panjang yang oleh sang pelatih, Kiatisuk Senamuang sebagai generasi emas sepak bola Thailand yang dimotori Chanatiph Songkrasin, pemain terbaik Piala AFF Suzuki 2014 dan 2016. Dan kekecewaan seorang BePe bisa menjadi rujukan PSSI dan otoritas liga untuk melakukan terobosan yang mumpuni.

Mumpung gelaran Piala AFF selanjutnya masih dua tahun lagi dan agenda Timnas setahun ke depan di level U-23 (Sea Games 2017 dan ISG 2017) menjadi saat yang tepat untuk merumuskan formula jadwal kompetisi yang mengakomodir kepentingan Timnas. Kalender internasional FIFA sudah baku dan penulis diadakan turnamen Piala Kemerdekaan yang didaftarkan ke FIFA karena pas dengan kalender FIFA, tinggal otoritas liga sepak bola mampu menyesuaikan kepentingan Timnas, klub serta sponsor tentunya.

#BangkitTimnas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun