Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Perjuangan Terhenti, Timnas Gagal Juarai Piala AFF

17 Desember 2016   20:53 Diperbarui: 17 Desember 2016   23:26 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendukung timnas Indonesia saat berlaga. Fourfourtwo

Selangkah lagi Timnas Indonesia menjadi jawara Piala AFF Suzuki! Kemenangan 2-1 di leg pertama di stadion Pakansari membuat Timnas berada di pool terdepan untuk mencetak sejarah sekaligus menggagalkan ambisi Thailand mempertahankan gelar serta menjadi kolektor trofi Piala AFF terbanyak (lima kali). Walau tampil tanpa Andik Vermansyah yang cidera, Riedl tetap yakin Timnas akan mampu mengakhiri kegagalan di empat partai final dan memasang Zulham Zamrun untuk menggantikan posisi Andik.

“Indonesia tim yang menyulitkan. Bisa dilihat dari pertandingan terakhir, tetapi kami selalu siap dan telah mempersiapkan diri untuk laga besok (malam ini). Target kami adalah menjadi juara,” ucap Kiatisuk Senamuang jelang laga final.

“Sekalipun menang 2-1 dipertandingan pertama, tidak ada jaminan bagi kami untuk bisa menjadi juara ,” ujar Riedl , pelatih Timnas saat jumpa pers jelang laga final.

Riedl tetap memainkan pola 4-2-3-1 dengan tetap mempercayakan dua gelandang jangkar kepada Bayu Pradana dan Manahati Lestusen yang sedang merayakan hari ulang tahunnya ke-23 (17/12). Zamrun melengkapi posisi penyerangan sayap Timnas bersama Lilipaly, Rizki Pora dan Boaz Solossa. Lini pertahanan tetap mempercayakan kuartet Benny, Abduh, Hansamu dan Fakhrudin untuk menjaga gawang Meiga dari gempuran pemain Thailand.

Formasi 3-4-1-2 menjadi pilihan Senamuang untuk memenangi pos lini tengah dengan memasukkan pemain termahal Thailand yang berjuluk Busquet-nya Thailand, Taanaboon Keesarat sebagai gelandang jangkar bersama Chappuis dan Sarach Yooyen. Sedang trio Teerasil, Cahttong dan Chanatiph diandalkannya untuk membongkar soliditas permainan Timnas Indonesia.

Babak Pertama, Thailand keluar dari Tekanan

“Thailand Hardcore”, spanduk di tribun utama disiapkan suporter Thailand untuk menyambut kedatangan Timnas Indonesia sebagai upaya untuk menekan mentalitas Boaz Solossa dkk. Aksi mengerek bendera raksasa dari supporter Thailand dan Indonesia menjadi momen menarik jelang laga yang dipimpin wasit asal UEA, Abdullah yang sepanjang karirnya royal dalam memberikan kartu kepada pemain yang dianggap melakukan pelanggaran.

Benny Wahyudi menjadi pemain pertama yang merasakan kartu dari sang wasit usai pelanggaran terhadap Chattong di babak pertama. Timnas mampu memulai laga babak pertama dengan baik, serangan-serangan pemain Thailand yang nampak terbebani dengan kekalahan di leg pertama mampu dipatahkan lini belakang Timnas Indonesia.

Serangan bergelombang pemain Thailand lewat aksi Chattong, Tristan dan Chanatiph membuat pemain bertahan Timnas harus bekerja ekstra keras agar gawang Meiga tidak kebobolan. Namun beberapa kali Timnas Indonesia mampu menyulitkan pertahanan Thailand termasuk peluang matang yang diperoleh Zulham Zamrun.

Di saat Timnas mampu mengimbangi permainan tim tuan rumah, Thailans justru mampu mencuri gol dimenit ke-37 lewat aksi Shirooth Chattong. Umpan Teerathon kejantung pertahanan Timnas mampu dihalau Fakhrudin namun sayang sepakannya justru membentur kaki Chattong yang bolanya menjebol gawang Meiga. Gol yang membuat Thailand ‘leading’ 1-0 atas Timnas dan bertahan hingga babak pertama usai serta unggul aggregat gol tandang 2-2 atas Timnas.

Babak kedua, Gol Cepat Thailand Merubah Situasi

Walau tertekan dengan gol Chattong, peluang Timnas masih terbuka sebagaimana yang diungkapkan sang komentator ‘Sebelum janur kuning melengkung di depan, peluang mendapat kekasih masih ada’, selama wasit Abdullah belum meniup pluit tanda pertandingan berakhir peluang masih ada untuk mencetak gol balasan kegawang Kawin (bukankah Timnas selalu mencetak dua gol sepanjang gelaran Piala AFF Suzuk 2016?).

Namun apa daya di saat Timnas mencoba memulai babak kedua, pertahanan Timnas justru dikejutkan oleh Chattong yang melewati pemain bertahan Timnas dan sukses menjebol gawang Meiga yang merubah skor menjadi 2-0 (47’) untuk keunggulan Thailand. Situasi yang membuat ‘Gajah Perang’ terus menekan pertahanan Indonesia untuk menambah keunggulan (semoga tidak seperti kala Thailand membungkam Myanmar disemifinal, ayo bangkit Boaz Solossa dkk).

15 menit babak kedua, Riedl coba memasukkan Lerby untuk mengubah pola serangan Timnas dengan memanfaatkan postur tubuh sang pemain. Ketinggalan 0-2 dengan Thailand yang memegang kendali permainan memang membuat Timnas harus mampu mencetak gol ke gawang tuan rumah dengan tetap menjaga gawang Meiga jangan sampai kebobolan lagi. Pergantian Rizki Pora juga belum merubah peruntungan Timnas yang ditekan pemain Thailand.

‘Bencana’ menghampiri Timnas ketika permainan satu dua Chanatiph dan Chattong harus dihentikan Meiga dengan melanggar Chattong. Wasit Abdullah tanpa ragu langsung menunjuk titik putih, dan Meiga pun sukses menghalau pinalti yang diambil Teerasil Dangda (80’) dan peluang Timnas masih terbuka jika mampu mencetak gol kegawang Kawin untuk memaksakan laga hingga babak perpanjangan waktu 2x15.

Peluang sempat diciptakan Lerby di lima menit jelang laga usai namun gagal menjebol gawang Thailand dan skor pun belum berubah di stadion Rajamangala yakni 2-0 untuk kemenangan Thailand. Serangan Timnas di akhir babak kedua kian intens lewat aksi Boaz hingga Lilipaly yang menerobos di sisi kiri pertahanan Timnas namun belum mampu merubah keadaan. Insiden terjadi jelang laga usai kala Abduh Lestaluhu dikartu merah wasit (91') dan hingga wasit Abdullah meniup pluit tanda laga usai, Thailand mampu mempertahankan keunggulan 2-0 dan sukses mempertahankan Piala AFF Suzuki dengan kemenangan aggregat 3-2 (1-2 dan 2-0).

Akhirnya Perjuangan Timnas Terhenti

Thailand akhirnya mampu keluar dari tekanan kekalahan 1-2 di leg pertama dan mampu menaklukkan Indonesia 2-0 dileg kedua. Perjuangan Timnas pun akhirnya terhenti di tangan sang juara bertahan dan julukan ‘spesialis runner up’ pun kian melekat untuk Indonesia diajang Piala AFF Suzuki. Lima kali runner up (2000, 2002, 2004, 2010 dan 2016) menjadi catatan Indonesia sedang Thailand dengan keberhasilannya difinal Piala AFF Suzuki 2016 menjadikan mereka sebagai kolektor terbanyak Piala AFF dengan lima kali.

Perjuangan Boaz Solossa dkk di Piala AFF Suzuki 2016 sudah maksimal dan walau pahit gagal kembali di partai puncak, namun mentalitas serta semangat yang diperlihatkan Timnas selama gelaran Piala AFF Suzuki 2016 patut diacungi jempol. Dengan keterbatasan yang ada, Riedl mampu membentuk mentalitas bertanding pantang menyerah sebelum laga usai. Catatan dibabak penyisihan hingga partai final membuktikan hal tersebut.

Gagal menjadi juara memang menyesakkan! membuat publik sepak bola nasional harus kembali berpuasa gelar hingga Piala AFF Suzuki 2018. Namun ‘show must go on’, PSSI harus mampu membuktikan sanggup membawa sepakbola Indonesia berprestasi dan perjuangan Boaz Solossa dkk layak dijadikan motivasi untuk mewujudkan hal tersebut.

Sampai jumpa di Piala AFF Suzuki 2018 !

#TerimaKasihTIMNAS
#TeruslahMenjagaAsaJuara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun