Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Bola

Menanti Militer Ketujuh Dikursi PSSI-1

9 November 2016   19:54 Diperbarui: 9 November 2016   19:59 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya setelah ditunda KLB PSSI digelar juga besok (10/11) di Jakarta dimana segala persiapan tentunya telah dipersiapkan dengan matang, termasuk menyambut kedatangan voters PSSI, perwakilan AFC/FIFA hingga sedulur bonek mania yang akan kembali ke Jakarta memperjuangkan haknya. Semua akan menjadi warna warni tersendiri dalam KLB kali ini termasuk dalam urusan soal siapa calon ketum umum PSSI yang baru periode 2016-2020 menggantikan La Nyala Mattalitti.

Calon ketum PSSI sudah kita ketahui, mulai dari mantan striker Timnas Kurniawan Dwi Yulianto hingga tiga orang jenderal yang ikut meramaikan bursa calon ketum PSSI yakni Letjen Edi Rachmayadi, Jendral Moeldoko dan Mayjen Benhard Limbong. Menarik untuk melihat tampilnya tiga calon dari militer untuk posisi ketum PSSI mendatang , bagaimana mereka akan mampu membuat voters PSSI berpihak kepada mereka walau pun kita ketahui kelompok 85 sudah menjagokan Letjen Edi sebagai jagoan mereka.

PSSI dengan ketum dari militer memang bukanlah hal yang baru karena memang dalam perjalanan PSSI sejak 1930 dengan 15 Ketum PSSI dan 2 plt yang pernah terpilih beberapa berasal dari militer. Mari kita lihat dari yang masih hangat didekade 1990 hingga 2000 ada sosok Jenderal TNI (hor) Agum Gumelar, lalu sebelumnya ada Letjen (purn) Ir. Azwar Anas dan Kardono, yang juga seorang militer TNI AU bintang tiga.

Sebelum ketiganya, PSSI juga pernah memiliki Ketum PSSI dari militer yakni Ketum PSSI kelima (1964-1967), Maulwi Saelan. Kemudian ada sosok Bardosono (1975 – 1977) dan tentunya sosok yang cukup terkenal yang juga mantan gubernur Jakarta, Letjen KKO AL Ali Sadikin. Sebagai alat perjuangan sebagaimana salah satu ikhtiar awal PSSI didirikan oleh Soeratin Sosrosoegond, kehadiran sosok militer untuk memimpin PSSI memang masih perlu.

Apalagi diera kekinian dimana PSSI selau terlihat penuh konflik didalamnya maupun dalam hubungannya dengan pemerintah yang diwakili Menpora maupun juga badan lainnya seperti BOPI, yang menuntut sosok yang tegas dan memiliki pengaruh (strong leadership) kuat agar PSSI mampu berjalan tegak sehingga bisa fokus dalam meraih prestasi serta keluar dari konflik yang kerap terjadi (istilahnya memiliki kemampuan manajemen konflik yang mumpuni).

"Masalah PSSI bukan hanya soal prestasi, tapi juga soal bagaimana seorang pemimpin harus bisa mengayomi kelompok-kelompok yang ada. Jadi, tak boleh lagi bawa-bawa masalah masa lalu. Jangan lagi ada kelompok-kelompok. Semua harus bersatu. Maju bersama-sama," ujar Moeldoko.

"Saat ini, PSSI masih kental akan perselisihan. Padahal untuk menjadi organisasi yang baik, semua pihak harus islah, harus mulai dari nol. Sebagai bagian dari TNI, saya mengedepankan persatuan untuk Indonesia. Demikian pula yang harus terjadi di PSSI," ujar Benhard. Limbong (sumber : kompas.com)

Ada quote menarik dari Menkopolhukam, Jenderal Wiranto yang terpilih sebagai Ketua Umum PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) terkait alasannya lebih memilih PBSI dibanding memegang PSSI. Sebuah quote yang bisa menjadi rujukan Ketum PSSI yang baru terutama dari kalangan militer yang memang memiliki kans besar untuk menang melihat perkembangan yang terus berkembang jelang dan selama kongres PSSI besok.

“Harus orang yang punya kharisma dan punya cukup waktu. Tapi, kalau untuk memimpin PBSI saya bisa. Saya punya waktu dan tahu bagaimana membuat bulu tangkis Indonesia lebih baik,” ungkap Wiranto sembari mengkonfirmasikan urusan sepakbola terlalu banyak dan rumit sehingga tidak bisa dipimpin sambilan (sumber : harian topskor).

Semoga proses pemilihan Ketum PSSI tidak antiklimaks sebagaimana KLB di 2015, tahulah saat KLB di Surabaya lalu tahu-tahu semua calon memilih mundur teratur dari pencalonannya mulai dari Djohar Arifin hingga Djoko Driyono. Otomatis membuat La Nyala Mattalitti melaju mulus menjadi Ketum PSSI menggantikan Djohar, akankah KLB PSSI Jakarta (10/11) besok akan seperti Surabaya? Menarik ditunggu tentunya.

Salam sepakbola nasional,
Wefi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun