Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kenangan Banjir di Pondok Labu

22 Agustus 2016   21:26 Diperbarui: 22 Agustus 2016   21:45 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaget bercampur sedih kala melihat berita di televisi tentang banjir di Pondok Labu yang memakan korban.

Akhir pekan kemarin memang berita banjir di Pondok Labu, Jakarta Selatan menjadi topik terupdate baik di Televisi, surat kabar maupun media online. Kenangan lama saat di Pondok Labu pun terlintas dalam benak penulis, bagaimana tidak tumbuh kembang penulis ya lebih banyak dihabiskan di Pondok Labu. (kompas.com)

Lahir di Tegal, usia 2 tahun penulis langsung dibawa ayah ke Santa dekat Blok M untuk kemudia pindah ke Pangkalan Jati dekat UPN dan komplek marinir.

Lalu berpindah lagi ke Jl. Pondok Labu 1 dibelakang Pom Bensin Pondok Labu dekat perumahan komplek AL dan mulai sekolah dasar di SDN 16 Pagi sejak 1983. Lalu melanjutkan ke SMPN 85 dan SMAN 34 di Pondok Labu dekat dengan Pasar Pondok Labu sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik UI, Depok.

Banyak cerita dan kenangan selama hampir 21 tahun diujung kotamadya Jakarta Selatan tersebut termasuk salah satunya adalah banjir.

Maklum kontur tanah di Pondok Labu memang ada yang dibagian bawah terutama dekat dengan kali yang menjadi tempat favorit penulis untuk bermain seusai sekolah siang di Madrasah Ibtidaiyah ataupun saat ketika bulan puasa. Walau almarhumah Ibu sering memperingatkan untuk tidak mandi disana.

Aliran sungai yang memisahkan dengan daerah Karang Tengah (tempat syuting sinetron ‘Si Doel Anak Sekolahan’ ataupun Bona Indah memang kerap tinggi saat hujan deras sehingga menyebabkan daerah disekitarnya terendam banjir.

Artinya dari sejak 1985-an saat masih SD sering mendapatkan kondisi banjir dirumah yang kami kontrak (saat hujan biasanya penulis yach cari duit dengan ojek payung) lalu bantu ayah untuk menguras air yang masuk ke rumah.

Walaupun sering dilanda banjir, namun Pondok Labu tetap menjadi tempat yang nikmat untuk ditempati karena udaranya kala itu yang masih asri dan bersih.

Mau  main bola ada lapangan, mau berenang ada kali pegangsaan, mau cari duit tingga merapat ke Pom bensin Pondok Labu. Jadi dech jualan kopi hingga kupon porkas alias SDSB pun dilakoni setelah selesai belajar dimalam hari (walau ayah sejatinya melarang anaknya untuk berjualan).

Pengalaman kupon porkas/ SDSB diborong almarhum Bob Tutupoly yang membeli 100 kupon masih teringat hingga sekarang, ataupun pertama kalinya melihat artis yang datang menengok jenazah dari ayah Rano Karno yang kebetulan rumah tidak jauh dari kontrakan penulis menjadi beberapa catatan yang masih diingat penulis tentang tempat tinggal di Pondok Labu beserta kenangan masa kecil lainnya.

Kini Pondok Labu semakin berkembang sesuai dengan perkembangan jaman yang terus bergerak kencang. Pembangunan disana-sini baik infrastruktur maupun perumahan telah menjadi Pondok Labu layaknya tempat lain di Ibu kota yang terus bersolek.

Namun banjir sepertinya masih tetap menjadi cerita setiap tahunnya, apalagi jika hujan terus menerus menyiram Pondok Labu sehingga membuat kali pun meluap debit airnya. (kompas.com)

#KenanganPondokLabu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun