Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Evolusi Taktik di Piala Eropa

9 Juli 2016   21:17 Diperbarui: 9 Juli 2016   21:36 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lolos ke final dengan rata-rata operan sukses no. 3 (sumber : mirror.co.uk"][/caption]

Stade de Reims (10/7) akan menjadi tempat laga final Piala Eropa 2016 antara tuan rumah, Perancis kontra Portugal. Inilah partai final ke-16 dalam sejarah Piala Eropa dimana sembilan negara tampil sebagai juara dengan Spanyol dan Jerman (dulu Jerman Barat) sebagai negara dengan gelar juara terbanyak yakni tiga gelar juara.

Jika juara maka Perancis akan bergabung dengan Spanyol dan Jerman dalam urusan gelar juara, sedangkan Portugal akan menjadi negara kesepuluh dalam sejarah yang mampu menjadi juara. Pastinya siapapun akan juara Piala Eropa 2016 akan menghadirkan tren taktik terbaru dalam perjalanan 56 tahun Piala Eropa.

[caption caption="Lolos ke final dengan rata rata operan sukses no. 4/ sumber : mirror.co.uk"]

[/caption]

Siapa yang tak kenal total football ala Belanda, lalu gaya bertahan namun mengejutkan ala Denmark dan Yunani kemudian taktik super ofensif ala Uni Sovyet dan Spanyol. Hingga muncul era Tiki Taka ala Spanyol di dua edisi terakhir Piala Eropa menjadi catatan tersendiri dalam urusan taktik yang diusung tim juara.

Dan berikut tren taktik dalam sejarah Piala Eropa yang dirujuk dari tabloid bola edisi 9-13 juli :

[caption caption="Piaka eropa 1960 dan 1964 / sumber : tabloid bola"]

[/caption]

1. Taktik Ofensif di Piala Eropa 1960 dan 1964, Uni Sovyet dan Spanyol sukses menjadi juara dengan pola ofensif. Lima striker ditempatkan dalam pola permainan 2-3-5 yang cenderung menyerang dan menyerang, malah tiga striker Uni Sovyet sukses mengemas lima gol diedisi 1960 yakni Valentin Ivanov, Viktor Ponedelnik dan Slava Metreveli.

2. Taktik Defensive yang diterapkan Italia di Piala Eropa 1968 sukses mengubur permainan menyerang ala Sovyet dan Spanyol. Sistem lima bek dalam formasi 5-3-2 dengan trio bek andalan Inter Milan ternyata sukses diterapkan Italia.

3. Munculnya Libero di Piala Eropa 1972, Franz Beckenbauer sukses berperan sebagai libero/ sweeper dalam pola pertahanan Jerman Barat. Formasi 4-3-3 ala Helmut Schoen sukses membawa Jerman Barat jadi juara di Piala Eropa 1972

4. Pengembangan posisi Libero di Piala Eropa 1976 dan 1980, Cekoslovakia sukses menjadi juara di 1976 usai menaklukkan Jerman Barat. Gagal diedisi sebelumnya membuat Jerman Barat memodifikasi pola 4-3-3 menjadi 3-4-3 dan sukses diPiala Eropa 1980.

5. Era playmaker sekaligus bomber, Michael Hidalgo sukses menyulap Michel Platini sebagai playmaker sekaligus bomber dan menjadi top skor dengan 9 gol serta membawa Perancis juara Piala Eropa 1984.

6. Era total football di Piala Eropa 1988, Belanda dengan Rinus Michels nya mengembalikan kembali total football yang menghentak di era 1974-1978. Hasilnya Belanda sukses tampil sebagai juara usai menaklukkan Uni Sovyet 2-0.

7. Pola defensif 4-4-2 ala Denmark sukses besar di Piala Eropa 1992. Berstatus pengganti Yugoslavia, Laudrup dkk sukses membawa Denmark juara eropa usai menaklukkan Jerman Barat 2-0 difinal.

8. Pola 3-5-2 kuasai final Piala Eropa 1996, Jerman dan Ceko sukses besar dengan formasi 3-5-2 yang disesaki pemain gelandang dengan tampil dipartai puncak yang dimenangi Jerman.

9. Kekuatan lini tengah masih menjadi andalan di Piala Eropa 2000. Perancis dan Italia tampil dipartai puncak ditengah minimnya 'goal getter' dengan memperkuat lini tengah.

10. Era pemain sayap di Piala Eropa 2004 dengan munculnya Figo, Ronaldo, Beckham, Pires, Rosicky hingga Gronkjaer. Namun Yunani yang mengandalkan permainan bertahan mampu tampil sebagai juara dengan juga memaksimalkan peran winger-nya.

11. Tiki Taka menjadi tren 2008 dan 2012, Gaya permainan Barcelona dengan tiki taka nya menjadi gaya yang dipakai Spanyol yang mengkombinasikan passing passing pendek dengan pergerakan para pemainnya.

Bagaimana dengan Piala Eropa 2016 ? Sejauh ini Tiki Taka telah bertemu dengan taktik anti Tiki Taka yang membuat Spanyol tersingkir di 16 besar Piala Eropa 2016. Partai final tidak lagi diisi tim dengan penguasaan bola terbanyak yang sejauh ini dikuasai Jerman (63 persen), Spanyol (61 persen) dan Inggris (59 persen). Perancis dan Portugal masuk dalam lima besar tim dengan operan sukses dibawah Jerman (598 kali) dan Spanyol (585 kali).

Piala Eropa 2016 menghadirkan dua mentalitas yang dikembangkan sejak menit awal yakni penguasaan bola yang diwakili Jerman, Spanyol dan Perancis serta permainan yang mengutamakan serangan balik yang diwakili Wales, Italia dan Polandia. Namun taktik yang dikembangkan Didier Deschamp (Perancis) dan Fernando Santos (Portugal) sukses membawa timnya ke partai puncak.

Salam sepakbola,

Wefi

(Tegal, 9 juli 2016)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun