(Sebuah sudut markas FIFA / sumber : fifa.com)
Ranking ke-180 FIFA adalah kado awal tahun yang harus diterima Indonesia saat FIFA mengumumkan rilis terbaru untuk ranking FIFA bulan Januari 2016 (07/01) kemarin. Ranking Indonesia hanya lebih baik dari Kamboja dan Brunei Darussalam dikawasan ASEAN tetapi kalah dari Filipina, Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Timor Leste, Malaysia dan Laos. Sebuah efek domino dari disanksinya Indonesia oleh FIFA yang berujung tidak boleh tampilnya Timnas Indonesia di PPD 2018 Rusia yang sebenarnya bisa menjadi kesempatan besar untuk mendulang poin demi poin.
Tapi ya sudahlah, ranking makin turun pun tidak ada yang peduli. Jargon sepakbola nasional yang lebih bersih dengan tata kelola Kemenpora RI yang diyakini sebagai obat manjurnya lebih menarik dibanding perjuangan Timnas Indonesia segala level umur. Ndak papa disanksi FIFA toh masih bisa memutar turnamen yang memberikan pemasukan bukan saja kepada pemain, klub tetapi juga pajak untuk negara (sebagaimana yang dilaporkan Erick Thohir saat melaporkan gelaran Piala Presiden 2015 ke presiden).
Kemana arahnya dalam pandangan penulis seperti sudah terlihat sejak Kemenpora RI merilis twitter saat kepastian datangnya delegasi FIFA ke Indonesia dengan men-twitt PSSI Baru. Bahwa Menpora RI dengan tim transisinya condong dengan PSSI Baru-nya, nanti mau bergabung kemana FIFA atau yang lainnya hanya mereka yang tahu. Pastinya baik Pengurus PSSI dan Menpora RI mempunyai pandangan sendiri tentang sanksi FIFA jika Komite Ad Hoc reformasi gagal membuahkan hasil.
“Sikap kami masih sama. Silahkan jalan, good luck,” ujar juru bicara Kemenpora RI, Gatot Dewa Broto soal penegasannya tidak ada kaitannya Pemerintah dengan segala keputusan yang diambil pihak-pihak yang ada di komite Ad Hoc Reformasi yang dipimpin Agum Gumelar. (sumber : harian top skor)
Jika laporan tim komite Ad Hoc Reformasi NIHIL adanya ke FIFA saat deadline yang diminta maka peluang untuk pencabutan sanksi semakin menipis, dan jika ini yang terjadi maka pembekuan Indonesia tinggal ketok palu saja (kemungkinan terburuk dari FIFA). Hal itu berarti Indonesia dikucilkan hingga KLB FIFA selanjutnya (akhir 2016), lalu efek yang lainnya, yah yang terjelek pemain Indonesia diluar negeri harus pulang kampung karena memang status Indonesia yang dikucilkan dari sepakbola internasional. (termasuk bisa jadi peluang tunas-tunas muda kita yang sedang mencoba mengembangkan kemampuan olah bolanya di luar negeri).
“Tanpa disuruh, sudah pasti kami akan mencoba berbicara dengan FIFA, entah itu bakal berguna atau tidak. Seperti diketahui, FIFA sudah memberi jalan kepada Indonesia yakni lewat komite Ad Hoc. Masih ada waktu semoga ada jalan,” kata Sekjen PSSI, Azwan karim soal usaha PSSI lewat jalur lobi di KLB FIFA Februari mendatang dimana Indonesia mendapat undangan kesana. (sumber : harian top skor)
“Belum tentu, FIFA-nya juga masih saling sikut antar anggotanya. Mereka (Komite Eksekutif FIFA) juga belum tahun negara mana saja yang nantinya bakal diputuskan,” ujar Menpora RI, Imam Nahrawi yang tidak begitu yakin kalau sanksi FIFA terhadap PSSI akan dinaikkan dan ditetapkan di kongres FIFA (sumber : berita kota super ball)
Lalu seperti apa nasib Indonesia di KLB FIFA ? yach setidaknya kita mengetahuo schedule KLB FIFA yang akan diselenggarakan pada bulan Februari (26/2) mendatang sebagaimana yang dirilis fifa.com ..
Agenda KLB FIFA, 26 Februari 2016
1. Pembukaan
2. Absen negara anggota
3. Persetujuan pemeriksa
4. Skors dan pemecatan negara anggota
5. Persetujuan agenda
6. Pemeriksaan terakhir oleh lima negara anggota
7. Pidato Presiden (Plt.Issa Hayatou)
8. Penjelasan Reformasi Organisasi FIFA
9. Voting amandemen Statuta FIFA
10. Pemilihan untuk anggota badan yudisial
11. Pemilihan Presiden
12. Pidato Presiden terpilih.
Ada agenda nomor 4 (Skors dan pemecatan negara anggota) yang bisa jadi akan membahas dua negara yang sedang menjalani sanksi FIFA yakni Indonesia dan Kuwait. Bagaimana nasib keduanya hanya komite eksekutif FIFA yang mengetahuinya sebagaimana publik sepakbola dunia menanti calon presiden FIFA baru yang diharapkan membawa perubahan dari lima capres yang ada yakni Tokyo Sexwale, Gianni Infantino, Prince Ali bin Al Hussein, Sheikh Salman, dan Jerome Champagne.
#BerharapSolusiNyataSepakbolaINDONESIA
Salam Sepakbola Nasional,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H