(lebaran syawal atau banyak dikenal dengan lebaran ketupat / sumber : infotegal)
Ndak terasa sudah seminggu lebih bulan suci Ramadhan 1436 H berlalu dan kita sudah masuk dalam bulan syawal yang didalamnya mengandung banyak hikmah. Apa itu ? apalagi kalau bukan Puasa 6 hari di bulan Syawal yang memiliki begitu banyak hikmah terkandung didalam amaliah tersebut. Namun hingga seminggu berlalu, belum sekalipun puasa syawal dikerjakan alias ZONK !
Yang paling kita ketahui tentang hikmah dari puasa 6 hari syawal apalagi kalau bukan nilainya yang sama dengan puasa selama 1 tahun (wow, gimana tidak menarik itu!) tentunya dengan kita juga telah melaksana Puasa Ranadhan.
Rumusnya : Puasa Ramadhan + Puasa Syawal = Puasa Satu Tahun.
Jadi kalau ingin mendapat ganjaran seperti puasa selama setahun, jangan lupakan puasa 6 hari bulan Syawal.
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim).
Kok bisa seperti itu perhitungannya, ya karena memang sudah tertuliskan didalam Al-Quranul Karim (QS. Al-An’am :160)
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al An’am: 160).
Rasulullah SAW sendiri sudah memberikan petunjuka terkait amalan Puasa 6 hari bulan Syawal.
“Allah telah melipatgandakan setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipat. Puasa bulan Ramadhan setara dengan berpuasa sebanyak sepuluh bulan. Dan puasa enam hari bulan Syawal yang menggenapkannya satu tahun.” (H.R An-Nasa’i dan Ibnu Majah dan dicantumkan dalam Shahih At-Targhib).
Puasa Ramadhan selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa Syawal adalah enam hari berarti semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465).
Hikmahnya apalagi kalau bukan memperoleh cinta ALLAH SWT yang begitu besar serta memperbaiki kekurangan kita selama Puasa Ramadhan kemarin. Selain itu juga menjadi kontrol diri bagi kita untuk tidak kebablasan mentang-mentang sudah tidak puasa lagi.
“Tiada yang paling Aku sukai dari hamba-Ku selain mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan apa yang Aku wajibkan padanya. Apabila hamba-Ku mendekat pada-Ku dengan senantiasa melakukan hal-hal yang sunnah maka Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat, Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk mengambil (bertindak) dan Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan, jika ia meminta pada-Ku, pastilah Aku beri, dan jika ia memohon perlindungan, pastilah Aku melindunginya.” (HR. Bukhari).
“Kalau sudah dimulai pasti tidak berat, anakku. Biasa masa transisi sehabis puasa Ramadhan lalu kembali ke kebiasaan tapi mumpung belum terlalu lepas dari Ramadhannya jangan lupakan Puasa Syawalnya,” pesan bapak penulis saat penulis menelponnya untuk memberitahukan sudah sampai di Cibitung, Bekasi.
#SemangatPuasa6HariSyawal
Salam Kompasiana,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H