Sebagian rekan kompasioner tentu kenal dengan lirik lagu diatas, yah itu adalah lirik lagu Nirvana yang berjudul 'Smells like ten spirit' yang begitu menghentak di era 1990-an. Lagu yang menjadi hits kala itu dan memunculkan warna baru dunia musik internasional yang dibawa Kurt Cobain and friends, yakni musik grunge.
Penulis yang kala itu masih SMP semakin bertambah kesukaan grup musiknya setelah sebelumnya senang dengan Iron Maiden, Beatles, Metallica, Scorpion menjadi penyuka Nirvana. Menjadi penjual koran di kantor pos fatmawati disaat pagi memudahkan penulis mencari tahu tentang grup musik Nirvana tersebut.
Kebetulan waktu itu ada majalah HAI yang diterbitkan Kompas Gramedia memudahkan penulis untuk mengetahui perkembangan musik yang sedang menjadi hits. Perkembangan Nirvana pun selalu tak lepas dari penulis termasuk kisah tragis sang vokalis, Kurt Cobain yang memilih mengakhiri hidupnya dengan meninggalkan isterinya, Curtney Love dan anaknya, Frances.
5 April 1994 atau 21 tahun lalu, dunia musik internasional dikejutkan dengan kematian Kurt Cobain yang ditemukan tewas dirumahnya. Vokalis Nirvana berusia 27 tahun itu meninggal saat karirnya sedang dipuncak bersama grup bandnya, dan pada saat itu Kurt Cobain sedang menghadapi proses perceraian dengan sang isteri.
Kematiannya memang tragis yakni mencoba bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri. Walau kematiannya sendiri tetap menyimpan misteri salah satunya kematian Kurt Cobain adalah rekayasa karena tidak ada sidik jarinya dipistol yang digunakan. Namun sebelumnya Kurt Cobain juga pernah berusaha bunuh diri yakni dengan menenggak drugs melebihi dosis.
Yang menarik adalah surat terakhir Kurt Cobain sebelum meninggal yang menggambarkan kondisi dan kegundahan dirinya, dan berikut surat Kurt Cobain dalam terjemahan bahasa Indonesia yang dirujuk dari buku Dibalik Tirai Kematian :
"Selama beberapa tahun ini, aku sudah tidak bisa merasakan lagi kegembiraan dalam mendengar, meresapi dan juga menciptakan musik.
Aku merasa bersalah akan hal ini contohnya, ketika kami (Nirvana) ada dibawah panggung dan lampu-lampu panggung nenyala serta orang-orang berdesakan menunggu kami sambil berteriak histeris.
Itu tidak mempengaruhiku seperti halnya Freddie Mercury yang notabene sangat menyukai dan menikmati kekaguman penonton dibawah panggung. Semua itu merupakan sesuatu yang sangat aku kagumi sekaligus membuatku iri.
Faktanya adalah aku tidak bisa membohongimu, kalian semua, atau aku sendiri. Kejahatan terburuk yang pernah aku lakukan adalah berpura-pura kepada semua orang bahwa aku orang yang sangat bahagia 100 persen. Jelas, ini tidak adil bagi kalian dan juga bagiku.
Kadang aku merasa perlu adanya dorongan jam waktu sebelum aku naik ke atas panggung. Aku sudah mencoba sekuat tenaga untuk menghargainya dan aku benar-benar menghargai hal itu. Tuhan mempercayaiku dan aku juga.