Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menurut WHO : Angka Rasio Bunuh Diri di Indonesia meningkat di 2020 (2,4 per 100 ribu penduduk)

3 Maret 2014   03:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dulu sebelum zamanmu ada seorang yang terluka dan tidak tahan menanggung derita lukanya itu, lalu mengambil pisau dan memotong sendiri tangannya dan mengalir darah terus menerus sehingga ia mati. Allah pun berfirman : ‘Hamba-Ku telah mendahului-Ku atas kemauannya sendiri, Aku mengharamkan surga untuknya,”(HR. Bukhari dan Muslim)

Sedih dan miris mendengar serta membaca berita tentang kejadian bunuh diri yang menimpa sebuah keluarga yang masih memiliki hubungan di Pekalongan dan Cirebon. Sebagaimana berita di Televisi kejadian bunuh diri tersebut terkait dengan masalah hutang piutang yang menimpa keluarga tersebut.

Lalu sore hari ada pembahasan di berita TV swasta (TV7) yang mengabarkan tentang angka rasio bunuh diri yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan angka dan berita di TV Swasta tersebut , menurut WHO (Badan PBB yang menangani masalah kesehatan dunia). Angka bunuh diri di Indonesia akan mengalami peningkatan di tahun 2020.

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu,” (QS. An-Nisa : 29)

Rasio angka merujuk kepada per 100 ribu penduduk, di tahun 2005-2007 angka rasio bunuh diri 0.72. per 100 ribu penduduk. Kemudian di tahun 2010 meningkat menjadi 1,6 – 1,8 per 100 ribu orang dan diprediksi oleh WHO angka rasio akan semakin meningkat pada enam tahun mendatang menjadi 2,4 per 100 ribu penduduk.

Perkembangan teknologi yang membuat semua serba mudah ternyata tidak membuat semua orang bisa menyesuaikan diri, tingkat taraf hidup yang tinggi dikarenakan beban ekonomi yang semakin berat membuat sebagian masyarakat yang terlibat didalamnya menjadi tidak kuat.

Memang banyak alasan yang menyertai kasus bunuh diri yang terjadi di negeri ini, mungkin yang terbanyak adalah masalah dengan motif ekonomi yang sering mengemuka sehingga banyak segelintir masyarakat yang tidak kuat memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

“Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS. At-Tiin : 4)

Semua mungkin mahfum bahwa bunuh diri itu sangat dilarang oleh semua agama di dunia, dengan kelebihan akal pikiran serta hati nurani yang dikaruniakan oleh Allah SWT sudah sepatutnya bunuh diri bukanlah pilihan akhir yang harus diambil.

Orang yang bunuh diri bagi penulis merupakan orang yang lari dari tanggung jawabnya sebagai manusia dengan kelebihan yang telah diberikan Allah SWT. Tetapi dengan bunuh diri secara tidak langsung telah mengingkari kemurahan Allah SWT.

Oleh karena itu sudah sepatutnya sebagai hamba-NYA dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki, tetap membuat kita untuk selalu berpikir positif mengambil sisi positif dari kejadian yang menimpa kita dengan tetap selalu dekat kepada Allah SWT.

Semoga prediksi WHO tidak menjadi sesuatu yang nyata, selama kita memulai dari keluarga kecil serta masyarakat sekitar kita untuk peduli minimal. Dan terus meningkatkan sisi spiritual kita untuk selalu dekat dengan Allah SWT dan selalu memohon kepada-NYA karena DIA lah pengabul segala permohonan.

“Berdoa-lah kepadaku, niscaya kuperkenankan bagimu,” (QS. Al-Mukmin :60)

Semoga bermanfaat untuk rekan Kompasiana.

Salam Kompasiana,

Wefi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun