(Aksi Mbok Wari dengan profesi dadakan tukang parkirnya / dokumentasi pribadi)
“Menjadi Tua adalah Sunnatullah .. Tetap berkarya di hari tua merupakan pilihan”
Kata-kata itu masih terus menggema dalam pikiran penulis, yah kata-kata yang diucapkan oleh ayah penulis memang ada benarnya. Semua akan menjadi tua sesuai dengan kehendak Allah SWT (kalau Allah SWT tidak berkenan ya tidak merasakan tua), sedangkan tetap berkarya dalam arti melakukan aktivitas adalah merupakan pilihan masing-masing.
Sebagaimana yang dilakukan ayah yang sekarang tinggal dikampung halaman, desa Timbang Reja, Kab. Tegal yang mengisi hari-harinya dengan ikut menyimak hafalan qur’an yang dikumandangkan ustadz dikampung halamanku. Kebetulan ayahku dipercaya oleh Ustadz Khaeron namanya untuk menemaninya menyimak setiap kali ada panggilan dari mana saja, pernah ke Jakarta, Cirebon dan daerah sekitar Tegal.
Lupakan sejenak aktivitas ayah dengan aktivitas menyimak hafalan Al-Qur’an dari sang ustadz. Hari ini kebetulan penulis kembali ke Cibitung, Bekasi setelah libur lebaran selama satu minggu dikampung halaman dan Alhamdulillah walau harus mengalami kemacetan yang luar biasa akhirnya kembali ke rumah dengan selamat dan penuh berkah .. Insya Allah.
Perjalanan kembali Cibitung hari ini terasa special karena penulis bisa bertemu dengan seorang wanita usia lanjut sekitar 80 tahun , Mbok Wari. Apa nya yang special ? bagi penulis pertemuan walau singkat karena harus melanjutkan perjalanan balik ke Cibitung memberikan sebuah nilai positif dari sosok Mbok Wari yang mampu melihat peluang untuk mendapatkan uang untuk jajan cucunya.
“Nek, sampeyan ora kesel ?” tanyaku padanya yang mengatur motorku yang akan kembali melanjutkan perjalanan setelah mengambil uang di ATM BCA Kantor Cabang Slawi, Tegal.
“Mboten .. mboten kesel mas. Malah kulo sehat dan enak,” jawabnya
“Jenenge sopo nek?” tanyaku lagi
“kulo ?” tanyanya
“Ya nek ..” ujarku
“Kulo .. Wari , undang Mbok Wari ,” jawabnya
“Duite kanggo opo , mbok ? tanyaku
“Kanggo putune kulo,” jawabnya
“rumahnya Mbok ning endi?” tanyaku
“Iku ning sebrang jalan,” jawabnya
“ta .. poto yach mbok ..” tanyaku
Sayang, penulis tidak meneruskan pertanyaan padahal masih ingin banyak bertanya dan mungkin akan banyak nilai-nilai positif yang bisa kuambil, seperti pelajaran sifat qana’ah dari mbok penjual bungan untuk nyekar di pasar Slawi, usianya boleh lanjut tetapi rasa menerima apa yang diberikan Allah SWT kepadanya itu yang bisa dijadikan pelajaran penting bagi penulis.
Mbok Wari memang hanya memanfaatkan peluang yang ada, kebetulan tukang parkir resmi BCA Cabang Slawi itu baru bertugas berbarengan dengan jam buka BCA tentunya. Sehingga ada waktu dimana momen lebaran memang ATM BCA banyak sekali yang datang mengantri untuk mengambil uang dari pagi hingga malam, sehingga Mbok Wari menangkap peluang tersebut untuk ikut serta mendulang uang dari profesi tukang parkir dadakan.
Mungkin Mbok Wari tidak selincah tukang parkir aslinya dan cenderung asal pritt saja ketika pengguna motor akan pergi dari ATM BCA tempat dia mengambil uang. Usahanya untuk melihat peluang patut diapresiasi karena dia tetap semangat untuk mendapatkan rejeki yang halal.
Tetap semangat Mbok Wari .. !
Salam Kompasiana,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H