Terakhir adalah pembentukan SAD Uruguay atau Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Indonesia pada tahun 2008 untuk berkompetisi di Uruguay (kompetisi yunior). Nama-nama pemain jebolan SAD tahun 2008 kini sebagian mengisi Timnas U-23 seperti Rizky Pellu, Alfin Tuasalamony, Yandi Sofyan. Serta ada juga Syamsir Alam, Alan Martha hingga Yerico Christiantoko.
“Proyek (pengiriman tim ke luar negeri) tak melulu negatif. Ada juga sisi positifnya. Lihat saja, tim –tim itu selalu mampu mencetak pemain-pemain bagus,” ungkap mantan pelatih tim primavera, Danurwindo.
Dan tahun 2010 kebijakan tak lazim dilakukan PSSI yakni menaturalisasi pemain asing yang bermain di kompetisi Indonesia yang dimata mantan Ketum PSSI waktu itu Nurdin Halid sebagai program jangka pendek untuk mendukung target timnas waktu itu. Beberapa nama pemain naturalisasi yang menghisasi Timnas Indonesia termasuk sekarang seperti Cristian Gonzales, Igbonefo, Greg Nwokolo, Raphael Maitimo hingga Sergio Van Dijk.
Kini publik sepakbola nasional berharap Timnas U-19 yang terdiri dari pemain hasil blusukan coach Indra Sjafrie plus dari SAD Uruguay diharapkan akan menjadi Timnas masa depan Indonesia dengan target awal adalah lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru tahun depan.
Melihat berbagai terobosan yang dilakukan oleh Pengurus PSSI empat dekade terakhir semuanya memiliki mimpi yang sama yakni juara disemua even yang diikuti tetapi ternyata memang belum mampu menunjukkan bahwa Timnas Indonesia memang disegani utamanya di ASEAN dengan gelar diraihnya. Termasuk gelar Piala AFF yang sudah menjadi incaran lama PSSI untuk diraihnya, lalu apa solusinya agar Timnas Indonesia disegani dan mampu menjadi raja ASEAN, Asia dengan torehan gelarnya.
Solusinya jelas PSSI yang paling berkompeten, tetapi dari catatan sejarah diatas dapat ditarik benang lurus bahwa pelatih kepala yang ditunjuk PSSI tentunya sudah memiliki konsep dan cara bermain. Mencari pemain hingga ke pelosok negeri kalau istilah coach Indra Sjafrie itu blusukan sangat penting dan tepat disaat Asprov belum maksimal dalam hal menyediakan bank data pemain potensial didaerah mereka.
Dan juga ‘peer’ bagi PSSI-BTN yang katanya sudah ‘on the track’ mampu konsisten dalam mengawal dan menjaga semua program yang berkaitan dengan Timnas semua level, karena bagaimanapun semua Timnas punya target dan BTN sudah mempercayai semua Timnas kepada pelatih kepala. Serta menjadikan kompetisi elit di Republik ini mampu menjadi pondasi awal munculnya pemain berkualitas dan siap pakai untuk Timnas.
Ujung dari itu semua adalah pentingnya PSSI punya road map (mungkin PSSI sudah punya bro) yang berisi target tiap level Timnas (U-16, U-19, U-23 hingga Timnas Senior) dan muaranya adalah Timnas Senior tampil di Piala Dunia dalam dua dekade kedepan.
Salam sepakbola nasional,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H