Minggu ini memang sedang panasnya berita tentang Bekasi di-bully yang juga ikut dibahas dimedia cetak, media TV hingga media online termasuk juga di Kompasiana. Bagi penulis yang kebetulan tinggal di Cibitung, Kabupaten Bekasi kayaknya perkara macet adalah hal yang biasa terjadi baik di Kota Bekasi maupun di kabupaten Bekasi.
Bekasi bagaimanapun memang telah menjadi magnet khususnya untuk pencari kerja, karena memang terkonsentrasinya Kawasan Industri yang ada disana sehingga wajar dong terjadi migrasi dari desa ke Bekasi maupun yang pindah dari Jakarta ke Bekasi seperti penulis yang bersama keluarga pindah ke Cibitung tahun 2004 atau 10 tahun yang lalu.
10 tahun berlalu sudah terbayang perkembangannya seperti apa, Giant Express masuk ke Cibitung, Perumahan makin menjamur belum lagi pabrik yang banyak didirikan hingga kontrakan-kontrakan yang dibangun baik orang pribumi maupun pendatang untuk mengakomodir kebutuhan pendatang yang menetap di Bekasi.
Efeknya sudah kebayang, dengan kondisi jalan yang tidak berubah sejak 10 tahun lalu utamanya di daerah Cibitung dan Cikarang sedangkan penduduk dan kendaraan bermotor (roda dua dan empat) kian bertambah plus disiplin berlalu lintas dari pengendara motor. Maka wajar apabila kemacetan pun sering terjadi baik saat jam berangkat maupun jam kepulangan kerja, baik dijalur umum maupun jalur tol yang masuk atau keluar Cibitung dan Cikarang.
http://m.kompasiana.com/post/read/609076/2/hari-sabtu-malah-macet-total-.html
Disinilah pentingnya kita mensiasati apa yang kita hadapi, ‘Never Ending Story of Macet – Cibitung’ memang akan menjadi menu sehari-hari. Tinggal kita akan menggerutu atau menikmatinya, kalau penulis memilih untuk menikmatinya apalagi kan ada Kompasiana (bukan meng-iklankan kompasiana lho ..).
Tapi sejak aktif di Kompasiana, macet menjadi tidak terasa. Malah bisa aktif untuk membuat draft tulisan saat mengalami kemacetan di jam berangkat dan jam pulang kerja. Dan alhamdulillah terlepas apakah itu efek dari tulisan tentang kemacetan di pintu tol Cibitung di Kompasiana atau tidak, tetapi ada perubahan lumayan walau belum sepenuhnya mengurai kemacetan yakni adanya rekayasa lalu lintas di perempatan tol Cibitung.
Saat macet itulah (kalau hape tidak low bat) , kita bisa mengakses Kompasiana dan berselancar ria tanpa ada yang melarangnya. Kecuali kalau ada pengamen yang silih berganti bernyanyi ditengah kemacetan sedikit mengurangi kenikmatan berselancar di Kompasiana. Penulis bisa membaca , menulis ataupun memberikan comment atas artikel Kompasioner.
Bekasi khususnya Cibitung dan Cikarang bagi penulis yang sudah 10 tahun tinggal Macet itu ya biasa saja, kan ada Kompasiana yang menjadi media efektif untuk menikmati kemacetan yang terjadi daripada kita tidur, menggerutu tak ada ujungnya. Itu pandangan penulis lho , tidak tahu bagaimana dengan rekan Kompasioner !
Salam Kompasiana,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H