Sosok yang satu ini bagaimanapun menjadi sosok yang paling berperan dalam kesuksesan serta kegagalan Timnas U-19 sejak 2011 hingga Piala Asia U-19 2014. Kegagalan Timnas U-19 memenuhi target ‘suci’ PSSI – BTN yakni lolos ke Piala Dunia U-20 2015 Selandia Baru memang menjadi akhir dari perjalanan Evan Dimas dkk, keberhasilan mengalahkan Korea Selatan di PPA U-19 dengan skor tipis 3-2 seakan tak berbekas di Myanmar kemarin.
“Kegagalan ini sepenuhnya tanggung jawab saya, bukan pemain. Saya siap mempertanggung jawabkan kegagalan ini, apapun bentuknya,” ujar coach Indra Sjafrie.
Sebuah ungkapan ‘gentleman’ dari pelatih kelahiran 2 Februari 1963 tersebut tentang kegagalan Timnas U-19 di fase grup B Piala Asia U-19 di Myanmar, lalu bagaimana dan apa yang ada dibenak coach Indra Sjafrie berikut petikan beberapa curahatan hati alias curhat-nya coach Indra Sjafrie.
"Korsel itu langganan juara di Piala Asia . Tapi mereka seperti kita, gagal. Kok kita menyikapinya secara berlebihan? Seolah -olah kegagalan kami sebuah aib. Yang penting adalah dievaluasi, tetapi tidak dengan cara menyalahkan dengan membabi buta. Saya melihat banyak yang positif dari perjalanan tim ini," ujar coach Indra Sjafrie tentang kegagalan Timnas U-19 yang dilatihnya dibandingkan dengan Korea Selatan sang juara bertahan Piala Asia U-19.
Selain itu coach Indra Sjafrie juga menyesali adanya pihak-pihak yang menggunakan kegagalan Timnas U-19 untuk menyerang federasi (PSSI) .. (by the way siapa yach coach ?). Ia justru lebih mengapresiasi jika momentum terkini dijadikan fondasi untuk membenahi diri.
"Untuk saya, mau di federasi atau nggak, saya merasa berdosa jika tidak membantu sepakbola Indonesia. Saya akan selalu membina pemain lewat klub atau akademi nantinya. Saya akan bekerja lebih keras lagi," jelas Coach Indra.
"Jadi, jangan dibalik, jangan disuruh Federasi yang membina pemain. Federasi memang perlu untuk peningkatan kualitas pelatih, wasit atau kompetisi. Tetapi membina pemain itu ya harus dilakukan klub, SSB, Akademi, Asprov (Asosiasi Provinsi) atau anggota PSSI lainnya. Jangan hanya muncul pas kongres," pungkasnya. (sumber : Harian Berita Kota Super Ball).
Beberapa prestasi yang ditorehkan coach Indra Sjafrie sejak menangani Timnas U-16 tahun 2011 :
1. Membawa Timnas U-17 juara HKFA Youth Football Invitation Tournament 2011
2. Membawa Timnas U-18 juara HKFA Youth Football Invitation Tournament 2012
3. Membawa Timnas U-19 juara Piala AFF U-19 di Jawa Timur
4. Membawa Timnas U-19 lolos ke putaran final Piala Asia U-19 sebagai juara grup G usai mengalahkan Korea Selatan.
Itulah beberapa curhatan coach Indra Sjafrie terkait kegagalan Timnas U-19, tentang PSSI dan tentang rencana nya terkait pembinaan pemain muda. Lalu sekedar flashback tentang beberapa komentar coach Indra Sjafrie paska keberhasilan Timnas U-19 menaklukan Korea Selatan (semoga tidak basi yach ..)
"Kita bakal mencari tim yang berkualitas, bukan masalah usia. ISL? Lah ngapain dari ISL? Kita yang berat Eropa lah. ISL kan bukan level kita, tim-tim ISL kan umurnya sudah 30-an tahun. Yah ke tim-tim yang sepadan dengan kita yang umurnya 21 tahun atau 23 tahun, masak ISL," ujar coach Indra Sjafrie.
”Tim sesama Asia bukan lawan kami. Korea Selatan saja yang juara Piala AFC sudah kami
kalahkan. Malaysia pun bisa kami injak-injak sekarang. Sementara Timor Leste, jelas bukan lawan kami,” tandas Indra Sjafri seperti dikutip dari Bola.Net.
“Saya akan berdiskusi dengan Badan Tim Nasional (BTN) untuk mencari lawan tanding asal
Eropa,” lanjut pelatih asal Sumatera Barat ini, dan yang kita ketahui Timnas U-19 pun gagal berangkat ke COTIF walau akhirnya bisa Tur Spanyol melawan Barcelona B, Real Madrid Castilla, Atletico B dan Valencia B.
Lalu apa yang diucapkan oleh pelatih Timnas Korea Selatan paska kalah dari Timnas U-19 di PPA grup G .
"Selamat kepada Indonesia. Pertandingan tadi cukup menarik meski kami kurang maksimal
karena performa pemain menurun. Apalagi pertandingan sempat dihentikan," jelas Kim Sang Ho, pelatih Korea Selatan usai laga kontra Timnas U-19 seperti dilansir Antara.
Lalu apa yang disimpulkan .. dan sekali lagi ini hanya kesimpulan penulis yang bisa jadi juga salah :
1. Harus diakui coach Indra Sjafrie telah berhasil mengembalikan antusiasme publik dengan keberhasilan anak asuhnya di Piala AFF U-19 dan PPA U-19 2013
2. Coach Indra Sjafrie pun mampu menemukan bakat-bakat pemain muda dari seluruh pelosok negeri sesuatu yang bisa menjadi aset dimasa depan
3. Sikap optimisme yang terlalu berlebih menjadikan tim ini seperti tidak membumi, padahal commentnya pelatih Timnas Korsel U-19 datar-datar saja dan cenderung menyoroti permasalahan laga yang dihentikan.
4. Keyakinan tinggi coach Indra Sjafrie termasuk tidak banyak merubah pemain memang bagus untuk mentalitas dan kebersamaan tim, hanya harus diakui satu kegagalannya adalah tidak munculnya nama baru di Timnas U-19 kala tampil di Myanmar (praktis hanya 5 nama itupun tidak tim utama, beda misalnya dengan Myanmar, Uzbekistan yang menyertakan 13 pemain baru di timnya kala melakoni Piala Asia U-19).
5. Membandingkan dengan pencapaian Korea Selatan pun kurang bijak karena Korea Selatan langganan juara jadi kalaupun tidak lolos mungkin bukan sesuatu yang harus diributkan, lagian 2017 mereka sudah pasti tampil di Piala Dunia U-20 (maklum tuan rumah), Indonesia ? yach harus melewati kualifikasi PPA U-19 dulu.
6. PSSI bagaimanapun berkepentingan dalam membentuk sebuah sistem pembinaan pemain muda yang akan diseragamkan ke seluruh Asprov, klub dan akademi. Karena perkembangan pemain muda pun AFC dan FIFA selalu melewati PSSI terlebih dahulu.
So, semoga curahan hati coach Indra Sjafrie didengarkan PSSI dan publik sepakbola nasional, dan akan ada langkah nyata kedepannya dalam hal pembinaan pemain muda agar Timnas Indonesia semua level usia akan mampu berpretasi kedepannya. Semoga saja karena sepakbola nasional membutuhkan orang yang benar-benar mau dan bisa bekerja seperti yang telah ditunjukkan oleh coach Indra Sjafrie.
"Semua orang bisa mengkritik. Yang sulit itu mencari yang benar-benar mau dan bisa bekerja. Paling tidak, makin banyak munculnya kompetisi , akan membantu untuk menciptakan pemain. Inilah yang membuat saya mau ikut membantu. Karena diusia mudalah periode vital untuk mencetak pemain. Salah di dasar , akan sulit untuk mengubah," jelasnya mantan pelatih Timnas, Danurwindo yang sekarang fokus membina pemain muda di Legenda Football Academy (LFA).
Salam sepakbola nasional,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H