“Selambat-lambatnya pelatih Timnas Senior baru akan ditentukan pada Januari 2015”
itulah janji yang diberikan oleh Sekjen PSSI, Joko Driyono terkait calon pelatih Timnas Indonesia Senior. Siapa calonnya ? jawabannya hanya dua yakni mau pelatih lokal atau pelatih asing.
Berharap pelatih lokal menangani Timnas Indonesia Senior sepertinya akan sulit terwujud bila komentar yang utarakan Anggota EXCO PSSI, Tony Aprilani benar-benar menjadi kenyataan. Kok bisa ? yach karena dalam komentarnya di sebuah harian olahraga mengisyaratkan tiga kode negara sesuai dengan keanggotaan FIFA sebagai calon pelatih Timnas Senior yakni NED, BRA dan JPN.
Jika merujuk kepada kode tersebut maka calon pelatih kepala yang juga nantinya didiskusikan dengan Direktur Teknik PSSI, Meneer Huistra akan mengerucut kepada nama pelatih kepala dari Belanda (NED), Brazil (BRA) dan Jepang (JPN). Dan Anggota EXCO PSSI yang akan berakhir masa baktinya sebelum KLB memiliki satu peer lagi yakni memutuskan pelatih kepala Timnas Senior.
“Semua calon pelatih sudah dikenal baik oleh Pieter Huistra (Direktur Teknik PSSI). Kalau yang dari Belanda punya pengalaman melatih di timnas Eropa maupun Asia. Tapi yang dari Brazil dan Jepang saya belum tahu persis,” ungkap Anggota Exco PSSI, Tony A yang juga memberi tahu kode asal calon pelatih Timnas yakni NED, BRA dan JPN (sumber : harian top skor)
Jika pelatih kepala Timnas jatuh kembali ke pelatih asing maka di 2015 untuk kawasan ASEAN hanya ada dua negara saja yang menggunakan pelatih lokal dan kebetulan juga merupakan mantan pemain Timnas negaranya masing-masing yakni Kiatisak Senamuang (Thailand) dan Dollah Salleh (Malaysia). Negara kuat lainnya justru dilatih pelatih asing yakni Bern Steinge (Singapura/ Jerman), Toshiya Miura (Vietnam/ Jepang) , Radjoko Avramovich (Myanmar / Serbia) dan Thomas Dolley (Filipina/ USA).
Pemilihan pelatih lokal secara adaptasi lebih cepat tetapi memang masih ada beberapa kekurangan dari sisi pengalaman teknis. Hanya memang mantan pemain Timnas tidak serta merta menjamin prestasi Timnas yang dilatihnya, masih ingat dulu komentar mantan Ketua BTN, Bob Hippy terkait alasannya kenapa lebih memilih pelatih bukan mantan pemain Timnas.
Pelatih berbakat yang bisa membawa tim meraih prestasi bukan ditentukan memiliki pengalaman bergabung dengan tim nasional sebagai pemain. Mantan pemain timnas bukan jaminan bisa melatih tim dengan bagus. Sehingga federasi harus melihat hasil karya bukan latar belakang pelatih.
"Saya dari dulu memerangi itu di PSSI. Pelatih berbakat yang bukan pemain timnas dijelek-jelekan," ujar Bob Hippy kepada Harian Super Ball.
"Kalau ada pelatih yang bukan dari timnas sepertinya ada yang tidak senang. Saya dulu tunjuk pelatih bukan dari timnas," ujarnya sembari menjelaskan bahwa persaingan tidak sehat terjadi kepada pelatih yang bukan dari Timnas dimana gesekan itu sudah muncul sejak dulu.
Bob Hippy menyebutkan beberapa pelatih dunia yang beken dan bukan berasal dari tim nasional. Ia menyebut pelatih spesialis juara, Jose Mourinho yang menahkodai klub Chelsea dan pelatih yang memutuskan pensiun dari klub Manchester United, Sir Alex Ferguson.
"Mourinho itu siapa? Ferguson itu siapa, apakah mereka mantan timnas, tidak?" ujarnya.
Pelatih asing ditunjuk sebagai pelatih Timnas bisa jadi pertimbangannya masalah teknis terkait pengalaman melatih baik level klub maupun timnas luar negeri, selain itu faktor disiplin juga menjadi rujukan. Hanya terkadang kekurangannya adalah faktor bahasa yang terkadang membutuhkan waktu adaptasi bagi sang pelatih untuk membiasakan diri (walau harus diakui bahasa sepakbola sendiri itu universal alias mudah dipahami lagian kan ada penterjemah).