Ada beberapa miskonsepsi tentang pembelajaran berdiferensiasi yang terjadi di sekolah. Miskonsepsi pembelajaran berdiferensiasi dapat diartikan sebagai salah pengertian atau kesalahpahaman mengenai konsep pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal baru dalam dunia pengajaran dan pendidikan namun saat ini semakin banyak dipraktekkan dan dikembangkan oleh satuan pendidikan.Â
Seorang Guru yang selalu memberikan pengajaran dengan merespons untuk kebutuhan bersama dan individu muridnya. Pada saat yang sama, beberapa praktik pembelajaran yang dilaksanakan mengungkapkan bahwa diferensiasi itu tidak dipahami dengan baik atau diterapkan secara konsisten dan bijaksana, terlepas dari tingkat kelas, mata pelajaran, atau konteks pengajaran.
Banyak guru menyadari perlunya pembelajaran berdiferensiasi; namun hanya sebagian guru telah dilengkapi dengan pemahaman yang jelas tentang bagaimana melakukannya dengan baik.
Menurut Tomlinson dalam bukunya The Differentiated Classroom Responding to the needs of all learners, menuliskan sebagian besar dari apa yang dilakukan guru di kelas mereka dipandu oleh filosofi pengajaran dan pembelajaran mereka sendiri. Diferensiasi bekerja dengan baik di kelas di mana keyakinan tertentu memotivasi mengapa, apa, dan bagaimana pendekatan guru dalam merencanakan dan merespons perbedaan siswa.
Menurutnya, empat prinsip tentang kemampuan dan potensi semua siswa, dan tentang peran dan tanggung jawab semua guru, mewakili asumsi guru di kelas yang berbeda.
Empat prinsip tersebut yakni :
- keberagaman adalah hal yang normal dan bernilai
- setiap anak mempunyai kapasitas belajar yang tersembunyi dan luas
- Tanggung jawab guru adalah menjadi engineer keberhasilan siswa
- Guru harus menjadi juara bagi setiap siswa yang memasuki pintu sekolah.
Keempat keyakinan ini meletakkan dasar filosofis agar diferensiasi dapat mengakar. Sangat mudah untuk membayangkan diferensiasi diterapkan di kelas oleh seorang guru yang menganut keyakinan ini.
Sebaliknya, sulit membayangkan diferensiasi diterapkan di kelas ketika seorang guru meyakini bahwa keberagaman tidak diinginkan atau merupakan gangguan; bahwa beberapa anak dapat belajar namun yang lain tidak; bahwa keberhasilan siswa ditentukan oleh faktor-faktor di luar kendali guru; atau bahwa beberapa anak tidak dapat dijangkau atau diajar.
Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain.
Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak.