Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Melatih Anak Meraih Mimpi

15 Desember 2016   10:21 Diperbarui: 15 Desember 2016   18:30 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suka lucu kalau mendengar anak-anak kecil Jepang berbicara tentang cita-cita mereka. Kok lucu? Soalnya cita-cita mereka bukan sebatas ingin menjadi dokter, guru, insinyur dan pilot saja, tapi banyak juga yang bilang kalau sudah besar mereka ingin menjadi penjual bunga, tukang kue, petani, bahkan supir truk. Dan lebih kagetnya lagi, mama-mamanya gak ada yang risau, resah gelisah, gundah gulana apalagi sampai marahin anak-anaknya yang bercita-cita seperti itu. 

Dulu waktu jaman anak-anak TK, saat hoikusankan (ortu melihat kegiatan belajar-mengajar dalam kelas) gurunya suka melempar pertanyaan tentang cita-cita. Ada anak perempuan lucu dikepang dua, semangat sekali tunjuk tangan sampai dia berdiri saking pengen ditunjuk gurunya untuk bisa ngomong di depan. Gurunya senyam-senyum dan akhirnya ada kesempatan si anak kepang dua ini maju ke depan. "Saya ingin menjadi tukang kue, terus mau bikin toko kue. Kuenya harganya 100 yen. Rasanya macem-macem, tapi nanti yang paling populer saya yakin pasti deh anpan (kue isi selai kacang marah). Nanti toko kuenya pakai nama saya. Temen-temen pada beli ya, saya kasih bonusnya satu kalau beli banyak." 

Kami yang denger semua pada ketawa ngakak dan bertepuk tangan. Satu lagi anak cowok maju, kayaknya aktif banget dan sedikit berani. "Saya mau jadi Kamen Raider! Saya akan tangkepin orang-orang jahat! Saya akan lawan monster jahat! Kalau temen-temen punya masalah panggil saya ya!" Huahahahahaha ini yang bikin saya ngelap ujung mata karena ketawa sampe nangis! Ampun deh bocah-bocah ini! Saya langsung lihat si sulung, dia kayanya sudah siap-siap kalau nanti ditunjuk saya yakin bangeettt dia akan bilang, "Saya mau jadi ultraman!" karena saat itu suka banget dengan tokoh ini. 

Gara-gara denger omongan anak-anak itu, saya suka want to know alias kepo dulu kalau pada main ke rumah. Iseng saya tanyain mereka mau jadi apa kalau sudah besar. Jawabannya lucu-lucu dan masih polos. Kalau yang cewek kebanyakan ingin jadi penjual kue dan penjual bunga. Kalau yang cowok biasanya masih berfantasi ingin jadi tokoh-tokoh hero gagah perkasa yang biasanya lihat di film-film. 

Si bungsu ingin jadi tukang kue, alesannya bikin saya geleng-geleng kepala, "Kan biar bisa makan kue setiap hari gratis." Haaa... dasar kuisinboo, tukang makan! Haha. Kalau si sulung pingin jadi nelayan, dengan alesan karena badannya besar dan keren, bisa makan sashimi enak hahaha. Ini alasannya kok ya nggak nggenah semua. Makin gede, masuk SD sudah mulai jarang ngomongin cita-cita. Terakhir, si sulung ingin jadi pemain profesional baseball. Ini dilatarbelakangi karena papanya suka mengajaknya nonton pertandingan olahraga ini bukan hanya di Tokyo, bahkan sampai nyamperin ke Kota Hiroshima, di mana tim favorit mereka berdua berada.

Jadi inget dulu, waktu si sulung cerita mau jadi nelayan itu, papanya kasih saran begini, "Wah jadi nelayan itu pekerjaan yang berat loh, kamu harus bangun pagi, dan harus cepat tidur. Karena nelayan harus melaut sebelum mataharinya nongol. Badannya jadi besar dan berotot begitu karena kalau kurus kering pasti gak kuat narik jala ikan yang berisi ratusan bahkan ribuan ikan. Harus pinter juga lihat situasi dan keadaan, jadi kalau tahu mau ada taifun ya jangan pergi melaut nanti tenggelem." Yang dinasehatin ngedengerin saran papanya dengan seksama. Kita ikutan serius ngedengernya, tiba-tiba adiknya langsung nyeletuk, "Aku gak mau ah, kan dingin kalau fuyu (winter)." Hadeuhh nyamber aja ini adiknya, hahaha. 

Saya gak kaget kenapa orang tua Jepang begitu mendukung anak-anak mereka memilih apa pun itu cita-citanya kalau sudah besar nanti. Walau bukan profesi yang terlihat keren-keren, mereka begitu mendukung bahkan justru memberi tahu langkah-langkah apa yang harus mereka hadapi dan lakukan kalau ingin cita-citanya tercapai. Temen si bungsu pingin banget jadi tukang kue, yang ternyata kayaknya ada bisnis keluarga besarnya yang punya toko kue. Temannya itu suka bantu-bantu usaha keluarga dengan melayani pembeli, membungkus makanan. Melihat itu semua kayaknya akhirnya timbul keinginan kalau sudah besar ingin jadi tukang kue atau penjual kue, seperti mamanya, kakek dan neneknya. 

Temen-temen si sulung ada yang orang tuanya petani dan supir angkutan malam. Dulu pernah ada pelajaran di sekolah di mana anak-anak temen sekelasnya mendapat kesempatan untuk mengunjungi kebun dan sawah orang tua temennya ini. Pulang dari acara itu, anak saya langsung membuat surat yang isinya terkesan dan terharu melihat dan mendengar cerita kegigihan orangtua temannya itu dalam bercocok tanam. Makanya gak heran kalau sudah besar, temennya itu ingin terusin usaha mama-papanya bahkan punya kebun yang lebih besar sehingga bisa ditaruh di banyak supermarket. 

Di Jepang profesi apa pun itu, pelayan restoran, supir truk, pegawai kantor, tukang insinyur pun semua adalah pekerjaan yang menjanjikan masa depan dan mampu untuk menafkahi kelangsungan hidup keluarga. Upah tenaga manusia di negeri ini memang dibilang tidak main-main. Begitu berharganya tenaga manusia sehingga negara ini tidak berani memandang sebelah mata kepada para tukang jahit, tukang sol sepatu, tukang reparasi AC, dan lain sebagainya. Coba deh tanyakan kepada orang Indonesia yang tinggal di Jepang bagaimana mahalnya biaya untuk permak sleting rusak atau reparasi AC kalau bocor, hahaha maap pengalaman pribadi yang ketika itu mendadak sesek napas pas lihat bonnya!

Kembali lagi ke cerita tentang mimpi anak-anak kecil ini yang begitu sepele dan kok kayaknya tidak seperti kebanyakan mimpi-mimpi saat saya waktu kecil dulu. Begitu detailnya anak-anak ini diarahkan dan dibimbing walau pada akhirnya mereka juga yang harus memutuskan ingin membawa hidupnya ke mana. Yang banyak saya lihat dan sedikit pelajari adalah, kebiasaan orang jepang yang tidak asal-asalan. Kalau sudah ada yang diniatkan, itu akan diraih dengan sungguh-sungguh dan kerja keras. 

Tentang niat sungguh-sungguh model begini, hmm saya suka denger cerita haru dari bapak mertua saya yang tidak pernah dekat dengan ayahnya karena selalu tak pernah ada di sisinya. Terakhir mendengar kabar kalau ayahnya meninggal tenggelam bersama kapal perang Musashi yang hilang selama 70 tahun dan akhirnya ditemukan di laut Filipina. Foto ayahnya yang seorang angkatan laut Jepang terpampang indah di Kuil Yasukuni bersama dengan foto-foto perwira lain yang meninggal saat perang sebagai tanda penghormatan dan penghargaan dari negara atas jasa bela negara. Walau tidak dekat dengan ayahnya hingga akhir hayatnya, bapak mertua saya sangat memuja dan mencintai serta menghormati ayahnya itu. 

Mendengar kisahnya, saya mengerti sekali kenapa bapak mertua saya akhirnya memutuskan untuk ikut sekolah khusus menjadi angkatan laut. Keinginan yang diraih dengan usaha kerasnya itu dia abadikan dalam tulisan di buku hariannya, yang hingga kini di umurnya yang sudah mendekati 75 tahun masih rajin menulis apa yang dilakukannya setiap hari. Beliau pernah berkata sama cucu-cucunya kalau mereka juga harus membiasakan menulis buku harian, terserah apa pun itu bentuknya, tulisan atau dalam bentuk gambar. 

Saya bilang sama anak-anak kalau tulisan itu juga seperti doa, bisa saja kita malu bilang sama orang apa yang sudah kita alami, kegagalan, penolakan, keputusasaan, tidak dihargai atau segala macem yang bisa buat down hidup kita. Tapi dengan menulis di buku harian, setidaknya sudah lepas sedikit apa yang menghimpit dada. Rahasia terjamin tidak bocor asal diumpetin di tempat aman atau kalau bisa digembok hahaha, saya banget nih dulu cari diary maunya yang wangi dan ada gembok karena ibu saya suka kepo dan baca-baca kalau saya gak ada, dan ternyata kok ya sekarang saya jadi ikutan suka kepo juga ngintipin diary anak-anak! Hahaha.

Si bungsu perempuan punya beberapa diary, sampe saya akhirnya suka nyerah bacainnya saking banyaknya. Isi diary-nya penuh sama mark atau simbol gambar-gambar lope lope, bunga, tulisan juga amburadul, jalan cerita loncat-loncat, meriah dan heboh isi diary-nya. Memang si bungsu beda sifatnya sama mas-nya. Sifat si bungsu lebih banyak kaya mamanya, bawel dan cerewet. Pulang sekolah, baru buka pintu sudah merepet cerita tentang sekolahnya, hari ini siapa temen cowoknya yang jahil suka bukain rok-rok temen-temennya (kok sama ya mainan jayus begini bisa lestari sampai sekarang ckckck!), hari ini pulang sekolah bareng siapa, lihat apa di jalan sampai makan siang sekolah tadi makan apa aja, nyerocos ga berhenti, malah mamanya yang suka bilang, "Ceritanya nanti aja cuci tangan dulu taruh tasssss...."

Lain cerita dengan Mas Hiro-nya. Waktu saya bilang coba bikin diary dan nulis apa aja yang terjadi sehari-hari, gak pakek ba bi bu lagi langsung bilang NGGAK MAU mendokusai, males! Degg, yowes lah. 

Nah, ceritanya tadi malam anak-anak habis beresin meja belajar terus langsung tidur, saya cek-in meja belajar mereka. Saya buka lembaran note-nya. Yang konon katanya, cara ini adalah salah satu cara kita orang tua bisa tahu cepat anak kita diijime, bully oleh teman-temannya. 

Kaget juga ada dua buku belum dibereskan, yang satu masih kebuka halamannya. Dua buku itu bukan note sekolah tapi seperti buku harian. Satu buku yang ditulis untuk klub baseball-nya dan buku ini kayanya harus dikumpulkan setiap latihan Sabtu Minggu, isinya tentang perasaan saat mereka menang dan kalah. Apa kekurangan dan kesalahan saat pertandingan yang kemarin-kemarin, kelemahan diri mereka di mana, dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan itu. Dan ada sign-sign rahasia dari gerak tubuh coach yang harus mereka hafal di luar kepala! Ya ampunnnn kelihatannya "sadis" juga nih coach-nya mendidik gimana ngegojlok mental anak-anak kecil ini agar bisa punya mental yang kuat, kalau kalah bukanlah untuk diratapi atau malah mewek, tapi justru mencari kesalahan dan kelemahan diri dan kelemahan tim sendiri kenapa bisa kalah. 

Dan yang note-nya satu lagi ini yang bikin deg-degan bacanya. Judul cover-nya Yume no Pitcher. Kayaknya anak saya bermimpi atau bercita-cita ingin jadi pelempar bola (pitcher). Saat ini memang posisinya sebagai outfilder atau gaiya, seperti posisi Ichiro, seorang profetional baseball player untuk klub Amerika yang dipujanya karena masih usia 40 tahunan pun masih tetap berjaya. Tapi gara-gara note ini saya baru tahu ternyata dalam hati kecilnya ia ingin menjadi PITCHER. Pantesan pulang sekolah hanya taruh tas dan langsung ambil tas baseball dan ngacir naik sepeda entah ke mana, yang kalau ditanya, "Ya ya nanti pulang kalau alarm kota sudah bunyi." Ternyata ia latihan melempar bola dan sudah ditentukan oleh dirinya harus latihan berapa lemparan setiap harinya. 

Membaca tulisan-tulisannya jadi ngembeng. Buru-buru saya foto tulisan tulisannya dan gambar-gambarnya untuk nanti saya diskusikan sama suami pulang kerja. 

Dalam buku itu tertulis cita-cita dia ingin jadi pitcher. Karena itu harus selalu latihan lempar bola cepat. Hari ini latihan berapa putaran, berapa kali lemparan bola. Sampai ada gambar posisi lemparan yang benar yang dia ingin contoh/belajar. Akhir tulisannya, ada tulisan ganbarimasu! Saya akan berusaha keras! Ya ampun hiro sampai segitunya. Amin amin aminnn YRA, semoga tercapai ya, ganbatte!

Ya, ternyata menulis di buku harian itu memang banyak manfaatnya. Melatih merangkai kata, melatih ingatan, merunut tujuan hidup dalam bentuk tulisan, instrospeksi diri, atau juga hanya sekedar melepas beban dengan mencurahkan isi hati agar pikiran bisa plong dan tenang. 

Salam hangat, wk. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun