Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Seperti Ini Cara Jepang Merayu Warga Untuk Pindah Rumah

23 September 2016   10:38 Diperbarui: 23 September 2016   12:51 1989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hondoji Temple yang indah saat musim hujan, Bunga Ajisai. KOta Matsudo

"Ma, nanka omoshiroii zashi aruyo!" Ma, ada majalah unik loh!
"Majalah apa sih pa?"
"Nih saya kirim ya fotonya.."

Gak lama nongol foto dengan gambar majalah yang dipajang berderet.

"Haa... kota kita bikin majalah? maksudnya..??"
"Ya nanti saya bawa pulang majalahnya, kamu lihat deh bagus-bagus isinya, siap-siap nih banyak pendatang baru di kota kita nanti."

Suami pulang kerja saya tagih majalahnya, dan buru-buru saya balik lembaran halamannya. Ohh.. majalah promosi kota. Ya ampun unik sekali cara pemerintah kota Jepang dalam merayu warga untuk pindah rumah ke kotanya. Maksudnya apa ya? kok malah ngitik ngitik orang-orang untuk pindah ke kotanya, lah ntar penuh nduplek malah ribet bin riweuh nggak itu ngatur warganya kalau banyak yang pada datang kemari. 

Tapi, ternyata kebalikannya. Pemerintah kota yang ngundang itu malah girang banget justru kalau banyak yang datang dan menetap, lho kenapa? Ya iya karena akan ada pemasukan pajak dari warga kan? Pengennya sih yang masuk tinggal itu para pekerja muda yang masih produktif, apalagi yang suami istrinya kerja kantoran wah bisa makmur deh kotanya karena akan banyak pemasukan dari income tax warga. 

Isi Rayuan Maut Majalah Promo Kota di Jepang
Isi Rayuan Maut Majalah Promo Kota di Jepang
Dulu di TV Jepang pernah saya lihat acara hiburan yang membahas tentang kota-kota di Tokyo yang banyak peminatnya. Sampai dibuat rangkingnya. Loh ini gimana cara milihnya sih, berdasarkan apa? 

Nah dari majalah promosi kota ini baru terkuaklah semua pertanyaan yang dulu hanya di awang-awang saja. Saat membaca majalah yang dibawa suami ini sampe saya senyum senyum sendiri, kenapa? ya karena sekarang ini kita sudah tinggal di dalam kota ini. Jadi ya serasanya kayak sudah terkena rayuan gombal gambel deh, haha.

Majalah promosi kota Matsudo ini suami ambil di sekitar stasiun di daerah Tokyo. Majalah yang dibuat oleh Pemerintah Kota Matsudo bagian promosi kota ini hanya terdiri 26 halaman saja, bagus dong ya biar ga bosen yang baca, nanti dikira kamus lagi kalau tebel. Gambarnya menarik banyak foto-foto, tulisannya tidak membosankan, warnanya cerah dan banyak informasi yang tersaji dikemas dengan sangat apik, padat dan lugas. 

Terus rayuan yang modelan gimana sih untuk membujuk warganya agar mau pindah ke kota yang ditunjuknya itu. Pastinya gak jauh ya kaya cowok-cowok yang pada PDKT ngerayu pacarnya, rayuan pulau kelapa  yang indah-indah dengan segala jurus maut dan jitu tentunya dikeluarkan agar sang cewek bisa klepek-klepek jatuh ke pangkuan hahaha begitu juga dengan iklan kota ini yang juga mengeluarkan beberapa rayuan mautnya.

Rayuan dengan Akses Transportasi yang Mudah

Bicara transportasi di Jepang, saya yakin kalau ini adalah hal yang teramat amat sangat penting saat kita mau membeli rumah. Saya inget deh dulu waktu kami sepakat ingin beli tempat tinggal, hal yang dipikirin pertama adalah akses transportasinya. Memikirkan kendaraan umum apa yang mudah bagi suami untuk pulang pergi ke kantor, karena memang kebanyakan para pekerja kantoran di sini menggunakan kereta api dan bis daripada pakai mobil sendiri karena harus mengeluarkan biaya parkir yang mahalnya ampun-ampunan. 

Nah, dalam majalah promosi ini dijelaskan bahkan dikasih gambar rute kereta dan keterangan jauh dekatnya jarak tempuh serta waktu yang diperlukan kalau kita mau bepergian ke suatu tempat. Kami pribadi memilih tinggal di kota ini karena memang akses transportasi untuk suami yang bekerja di Tokyo cukup nyaman, karena tak perlu harus norikae, pindah kereta hingga sampai ke kantornya. 

Walau kota kami tidak masuk dalam cakupan kota Tokyo, tapi akses ingin ke daerah Tokyo hanya sekitar 20 menit (by train) kalau kita ingin ke Ueno Park untuk melihat bunga Sakura saat musim Hanami. Jadi untuk bepergian ke daerah Tokyo bisa dikatakan tidak banyak masalah karena memang kota Matsudo hanya dipisahkan Edogawa, sungai besar yang membelah wilayah Tokyo dan wilayah Chiba (Matsudo termasuk dalam Chiba Prefecture). Kalau kata suami, Matsudo itu suburbnya Tokyo, kota pinggiran. 

Nah ngerayunya pemerintah kota Matsudo ini bener bener menghanyutkan tapi ya memang benar adanya dan terbukti suami saya tidak merasa susah untuk menggunakan transportasi umum pulang pergi bekerja setiap harinya. Karena memang tertulis di majalah itu kalau letak kota itu yang jaraknya sekitar 20 km dari tengah kota Tokyo, sangat rekomen sekali bagi penduduk yang kerjanya di tengah kota tapi ingin membeli tempat tinggal yang nyaman dari hiruk pikuk kota besar. 

Apalagi dikatakan juga kalau Chiba Prefecture adalah salah satu kota yang padat penduduknya. Dan ternyata ini bisa  jadi kebanggan tersendiri loh! Hmm.. kok bisa banyak gitu ya penduduk Chiba? Ya mungkin saja, karena Chiba adalah propinsi yang bersebelahan dengan kota Tokyo dengan akses transportasi yang mudah untuk dijangkau. Untuk lebih mudah dibayangkan, bisa diandaikan dengan Chiba adalah Jawa Barat dan Matsudo adalah kota Depoknya. 

Rayuan dengan Fasilitas Kota yang Lengkap dan Terjamin

Habis gembar gembor ngomongin mudahnya akses transportasi, tentu saja kita penasaran dong dengan fasilitas kota yang akan kita tinggali. Yang pasti sih pengennya fasilitas umum, kaya rumah sakit, klinik, bank, sekolah, daycare, taman atau bahkan tunjangan sosial berupa bantuan biaya kelahiran, asuransi rumah sakit, bantuan biaya hidup, dan lain sebagainya itu ada banyak tersebar dan melimpah ruah bisa kita dapatkan dari pemerintah kota dimana kita tinggal.

Untuk keluarga yang mempunyai anak-anak yang masih kecil, banyaknya pelayanan kesehatan pasti sangat membantu karena anak kecil sangatlah rentan terkena penyakit. Ditambah lagi adanya bantuan dari pemerintah kota dalam hal biaya kesehatan, untuk kota kami, semua warga hanya membayar 200 yen (ard 26 ribu rupiah) per anak untuk sekali datang berobat, dan ajaibnya itu sudah termasuk ongkos dokter dan obat-obatannya loh.

Padahal kalau lihat kuitansinya kadang ada juga yang bisa sampai 5000 yen loh, tapi semahal apapun biayanya untuk anak semua dipukul rata dimana warga hanya membayar 200 yen saja. Makanya kalau anak batuk sedikit langsung saya bawa ke klinik terdekat,  atau kulitnya agak kering karena perubahan cuaca langsung deh boyong ke dokter kulit. Jadi jarang sekali ibu-ibu yang misuh misuh biaya dokter atau obat yang mahal disini. 

Setiap kota memberikan fasilitas kesehatan yang berbeda beda, untuk kota kami misalnya saja ringannya biaya kesehatan untuk anak yang hanya 200yen itu bisa kami dapatkan hingga anak duduk di bangku SMP. Untuk kota lain beda lagi, ada juga yang 300 yen atau bahkan lebih dari itu. Ketentuan itu ditetapkan tentu saja dari kebijakan cityhall atau pemerintah kotanya sendiri. Jadi bagi warga yang jeli,  fasilitas bantuan yang begini ini ya harusnya tak luput dari pertimbangan ketika akan membeli tempat tinggal. 

Bantuan keringanan dana untuk kesehatan juga meliputi penggantian biaya kelahiran anak di RS. Dulu anak-anak saya mendapat pergantian dana kelahiran sebesar kalau tak salah ingat kurang lebih 250 ribu yen  per anak. Dan biaya itu bisa kita reimburse ke cityhall tempat kita tinggal. Biaya itu adalah alokasi pergantian biaya kelahiran, jadi kalau ternyata biaya kelahirannya over dari yang sudah ditetapkan ya itu kita yang nanggung resiko dengan membayar kelebihannya. Serta bantuan-bantuan dana langsung/kodomoteate yang langsung di transfer ke rekening para warganya setiap 4 bulan sekali. 

Lalu bagaimana dengan sekolah dan daycare? ini juga salah satu hal tidak kalah pentingnya. Fasilitas pendidikan formal, seperti banyaknya TK, SD, SMP dan SMA serta kampus yang ada dekat dengan tempat tinggal pastilah membuat perasaan anshin, nyaman dan bisa feeling secure membiarkan anak-anak pergi dan pulang sekolah, apalagi Jepang mewajibkan anak-anak sekolah tidak diantar orang tua sejak kelas satu SD. 

Untuk ibu bekerja, salah satu yang jadi pertimbangan tentunya ada atau tidaknya daycare yang dekat dengan tempat tinggalnya nanti. Ya, sebenernya ini sudah jadi masalah nasional dimana ibu-ibu yang bekerja fulltime sulit untuk bisa mendapatkan daycare (hoikuen) untuk bisa menitipkan anak-anaknya dari pagi hingga sore.

Untuk kota kami sendiri ini sudah jadi perbincangan hangat ibu-ibu, kalaupun ada hoikuen yang bisa dimasuki, mereka harus rela merogoh uang bulanan yang cukup mahal karena hoikuen itu dikelola pihak swasta. Dan sekalipun ada hoikuen milik pemerintah yang harganya terjangkau, mereka harus mendaftar dan masuk dalam waiting list yang entah kapan mereka baru bisa menitipkan anak-anaknya. 

Dulu pernah dibahas di TV jepang, kira-kira solusi yang bagaimana yang akan diambil oleh pemerintah Jepang agar para ibu bekerja bisa nyaman bekerja dengan biaya hoikuen yang terjangkau, terjamin dan terpercaya. Biasanya sih ini jadi salah satu misi para politician Jepang yang sedang kampanye :D karena memang sampai sekarang pun belum terlihat bukti nyata kalau hoikuen bantuan pemerintah sudah banyak tersebar dan mudah untuk dimasuki. 

Nah, hal ini jadi salah satu penyebab kenapa masyarakat Jepang enggan untuk menikah. Karena ya itu bagi ibu-ibu yang sudah menikah pilihan untuk berkarir memang cukup berat, karena tidak adanya pembantu atau orang-orang yang bisa dititipkan untuk menjaga anak-anaknya, dan salah satu penolong mereka adalah dengan adanya hoikuen itu. 

Dan lucunya, dalam majalah promosi ini disebutkan untuk kota ini, hoikuen itu sudah ada sebanyak 61 tempat tersebar dimana-mana dan katanya mudah untuk dimasuki! Wah tentu jadi poin yang menggiurkan ya buat orang tua yang bekerja. Tahu aja nih pemerintah kotanya kalau hoikuen jadi isu hangat dan dicari bagi para working moms.

Terus tak lupa taman bermain. Hal sepele ini ternyata penting juga loh, khususnya untuk ibu-ibu muda yang masih mempunyai anak balita, yang kalau bermain diluar masih harus ditemani oleh ibu-ibunya. Susahnya taman untuk bermain anak-anak bisa membuat para ibunya stress juga, ya karena kan anak-anak butuh space yang luas dan besar untuk bisa lari-larian, tempat yang aman dan nyaman untuk bisa bermain dengan teman sebaya, dan di taman itu juga para ibu bisa saling berinteraksi satu sama lain sharing tentang anak-anak mereka dan terbukti ini bisa juga sebagai pelepas stress dan bisa refresh karena telah mengurus pekerjaan rumah tangga seharian penuh termasuk menjaga anak-anak. 

Semua fasilitas dan tunjangan yang disebutkan dalam majalah ini terbukti nyata dan memang kami dapatkan. Iyalah ya, kalau ternyata beda dengan kenyataan kayanya warga kota ini bakalan yang pertama teriak protes dan demo :D 

Rayuan Tempat Wisata yang Menarik

Lelah bekerja dan mengurus rumah tangga, tentu saja warga kota akan butuh tempat hiburan atau wisata untuk refreshing agar tidak jenuh dan bisa segar dan semangat kembali bekerja keesokan harinya. Karena itu adanya tempat wisata yang dekat dengan tempat tinggal pastilah membantu sekali daripada harus jauh-jauh ke luarkota. 

membuat prakarya di taman 21 seiki no mori
membuat prakarya di taman 21 seiki no mori
Nah majalah ini pastinya dong dengan bangga mengupas tuntas deh tempat hiburan menarik yang ada dan kegiatan yang diselenggarakan tiap tahunnya agar warga merasa terhibur dan bahkan diharapkan partisipasinya. Pemerintah kota Matsudo dengan detailsnya menjelaskan kalau kota mereka mempunyai taman yang sangat besar bisa untuk melakukan BBQ, atau sekedar piknik duduk-duduk bersama keluarga. Nama taman itu adalah Nijyuiseiki no mori Hutan Abad 21. 

Hondoji Temple yang indah saat musim hujan, Bunga Ajisai. KOta Matsudo
Hondoji Temple yang indah saat musim hujan, Bunga Ajisai. KOta Matsudo
Taman Lalu lintas Yukari di kota Matsudo
Taman Lalu lintas Yukari di kota Matsudo
Selain taman kota yang sangat besar itu ada juga peninggalan rumah milik The Last Samurai Tokugawa yang di sebut Tojo Tei, ini letaknya dekat dengan stasiun Matsudo.  Rumah Shogun Tokugawa ini bisa kita masuki loh, rumahnya besar banget! Halamannya woow luassss dipenuhi dengan pohon-pohon besar, setiap musim beda-beda keindahannya, kalau saya suka saat musim semi dan autumn karena bunga saura akan indah bermekaran dan saat musim gugur, daun-daun akan berubah menjadi kuning kemerahan, bagus banget!

Rumah Shogun Tokugawa di Matsudo, Chiba
Rumah Shogun Tokugawa di Matsudo, Chiba
Dan event tahunan yang gak kalah menarik dan sangat dinanti nanti adalah Hanami ketika musim semi tiba. Nah, sepanjang jalan Sakura dori yang letaknya di daerah Tokiwadaira itu banyak pohon sakura di kiri kanan jalan, jadi bisa dibayangkan dong gimana indahnya jalan itu kalau musim semi tiba. Saat sakura sedang mekar-mekarnya ada matsuri atau festival hanami, yaitu kegiatan melihat keindahan bunga sakura sepanjang jalan. Ruamenya minta ampun! Yang pasti kalau matsuri atau festival begini tukang jajanannya pun gak kalah ramee, asyiiik ;D 

Rayuan Hasil Produksi Makanan yang Melimpah

Di majalah itu disebutkan kalau kota terkenal dengan buah NASI, atau pear. Tapi memang sih, kota Matsudo buah pearnya gede-gede dan manis-manis. Dulu saya pernah ajak anak-anak untuk ke kebun pear, wisata metik buah langsung di kebunnya. Ternyata banyak ya tipe-tipe buah pearnya. Habis kita petik lalu di timbang dan bisa kita makan disana *sudah disediakan peralatan motong, sisanya kita bawa pulang.

Sambil ngunyah menikmati pear yang legit, bapak pemilik kebunnya pun bercerita tentang jenis-jenis pear, gimana perawatannya, dan sebagainya. Biasanya ini adalah usaha perorangan yang diwariskan secara turun temurun dari keluarganya. Selain buah pear, hasil tanaman yang banyak dihasilkan di kota ini katanya sih daun bawang. Jadi banyak produk produk olahan daun bawang yang kemasan. 

Pemerintah kotanya sepertinya mendukung keberlangsungan hidup para petani kecil di kota ini, karena kalau saya lihat di supermarket-supermarket selain produk sayuran pabrikan ada corner khusus untuk hasil tani petani lokal. Lucunya juga ditempeli foto-foto mereka dengan memegang hasil taninya. cara ini saya yakin makin membuat para petani juga semangat dan merasa tak kalah saing dengan hasil tani dari perusahaan-perusahaan besar. 

Foto para petani dengan hasil sayur dan buahnya
Foto para petani dengan hasil sayur dan buahnya
Nah dari semua rayuan maut yang dijabarkan di majalah promosi kota itu, saya merasa memang apa adanya. Hampir 10 tahun saya tinggal di kota yang tercantum di dalam majalah itu dan tidak banyak masalah ataupun kesulitan yang ditemui. Hal yang paling saya suka adalah jaminan kesehatan yang hanya membayar 200 yen itunya loh untuk semua perawatan kesehatan.

Bener-bener membantu sekali. Apalagi dulu anak-anak masih bayi, wah ke rumah sakit bisa kali berkali kali. sampai sekarang pun anak-anak sudah SD, bantuan kesehatan ini cukup membuat ringan para orang tua dan kami pun masih bisa bernafas lega karena bantuan diberikan hingga anak-anak SMP. 

Melihat ini semua, saya kadang berfikir wah para pemerintah daerah ini pastinya sibuk banget tiap hari melayani warga kotanya. Kenapa? karena mereka harus melakukan pendataan secara details berkaitan dengan pembagian bantuan berupa uang yang dikirimkan melalui rekening warga. Melakukan pendataan karena harus mengecek warga-warga yang harus diberi imunisasi wajib dan mendata warga yang harus diberitahu tentang sekolah-sekolah pilihan yang akan dimasuki anak-anaknya. Dan percaya atau tidak semuanya itu masih dilakukan dengan cara MENGIRIM SURAT kepada masing masing warga loh!! Lucu ya, negara modern tapi masih menggunakan sistem yang konvensional. 

Belum lagi harus membuat promosi kotanya agar bisa menarik para pendatang untuk menetap disana. Dan untuk itu kan mereka harus sekuat tenaga membuat fasilitas umum yang memadai, sarana transportasi yang baik serta tentu saja meningkatkan kesejahteraan warga kotanya. Semuanya itu tentu saja harus banyaknya campur tangan para petinggi kota untuk bebenah dan memikirkan bagaimana membuat makmur kotanya hingga tak kalah saing dengan kota-kota lain yang ada di Jepang ini.

Ya, jadi persaingan kota ini cukup menarik untuk disimak. Karena dengan adanya persaingan ini, nasing-masing pemerintah kota tak bisa tenang dan tinggal diam terhadap kota yang dipimpinnya. Mereka akan terus berinovasi dan mencari cara bagaimana penduduk kota ini bisa nyaman. Dan yang senengnya kita dong warga yang tinggal sekarang, karena makin banyak sarana, prasarana, fasilitas umum dan tunjangan yang didapatnya. Karena dengan itu diharapkan akan banyak warga yang pindah ke kota ini dan tentu saja pendapatan kota dari pajak penghasilan warganya pun akan meningkat.

salam hangat, wk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun