Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Wabah Kutu Rambut di Jepang

8 September 2016   18:01 Diperbarui: 9 September 2016   13:52 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: nikitka.at.ua

Kemarin ketika Si Bungsu pulang sekolah langsung deh teriak, "Maaa otegamii... (Maa suratt nihh..)," sambil menyerahkan 3 lembar surat dari sekolah kepada saya. Setelah saya cek satu perlembarnya, shock lihat lembaran terakhir yang ada gambar binatangnya!

Setelah dibaca ternyata itu adalah surat pemberitahuan tentang wabah kutu rambut yang sedang melanda kota kami. Hee sampe segitunya ya Jepang kok repot ngurusin yang printilan begini, kutu rambut gitu loh! Di Jepang kita menyebutnya shirami (kutu rambut).

Tadi malem saya bahas nih sama suami dan anak-anak. Saking penasarannya saya tanya sama anak-anak, "Memangnya ada teman-temannya yang ketahuan rambutnya ada shirami ya, kok sampe ada warning letter dari sekolah begini?" 

"Nggak ada kayanya sih, Ma," kata Si Bungsu yang langsung di samber sama suami, "Mungkin kasusnya itu bukan hanya di satu sekolah saja, tapi sekolah-sekolah yang ada di dalam kota kita, dan biasanya akan ketahuan setelah ada kenko shindan (cek kesehatan) mungkin banyak kali anak-anak yang rambutnya penuh kutu, dan karena bisa menular makanya perlu pemerintah kota memberikan warning, khususnya ke sekolah-sekolah, tempat ngumpulnya anak-anak."

Oh iya ya bener banget, karena beberapa hari sebelumnya anak-anak saya bilang ada pemeriksaan kesehatan, mata telinga gigi dan pengukuran tinggi serta berat badan.

Pemeriksaan kesehatan di sekolah Jepang dilakukan 3 kali dalam setahun, biasanya setiap awal catur wulan. Hasil pemeriksaan untuk tinggi dan berat badan akan ditulis di buku penghubung guru dan orang tua (renrakucho) dan untuk bagian yang bermasalah seperti adanya gigi berlubang atau mata yang kurang jelas melihat, ada surat khusus yang menyarankan kita para orang tua membawa anak ke dokter spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Nah, mungkin dari pemeriksaan badan itu kali ya gak sengaja terlihatlah kutu-kutu atau telor telor kutu yang pada gelantungan di rambut anak-anak sekolah ini. Hiyyy...

Saya jadi inget dulu waktu Si Bungsu garuk-garuk kepala terus, pas saya cek, ya ampuunn nemu telor kutuuu *pengsaan*. Saat itu bener bener shocking karena gak nyangka Jepang pun ada juga kutu rambut, ckckck! Langsung panik cari info gimana cara membasmi si telor kutu yang kalau netes pastinya jadi kutu rambut yang bisa ngisep darah ini.

Karena anak masih kecil takut juga kalau pakai obat-obatan rambut, jadi saya cuma cari sisir serit. Susah juga cari sisir serit yang jual sisirnya aja, biasanya satu paket dengan obat rambut, jadi akhirnya saya coba manual yaitu nyeritin rambut pake jari dan kuku alias memeriksa helai per helainya sampe jereng deh mata.

Akhirnya bisa bersih juga rambutnya karena terus saya geber dengan keramasin setiap hari dan dikeringkan rambutnya dengan dryer. Saya baca cara ini cukup efektif karena telur-telur akan mati kepanasan. Dan terbukti, si bungsu akhirnya bisa terbebas juga dari gerayangan si kutu rambut ini.

Dan pas kemarin saya terima surat peringatan dari sekolah tentang wabah kutu rambut, waduhhh langsung sutris deh dibuatnya. Saya tarik tangan anak-anak untuk mulai saya periksain rambutnya satu-satu, alhmadulillah so far masih amaan, fiuhh. 

Saya kasih lihat surat yang ada gambar kutu rambut itu ke anak-anak dan menjelaskan apa yang tertulis. Terutama peringatan agar anak-anak tidak boleh saling pinjam topi, sisir dan handuk. Lalu mengingatkan juga rambut mereka harus dicuci bersih. Perhatikan rambut di belakang kuping dan tempat-tempat tumbuhnya rambut halus (daerah dahi dan belakang rambut). 

Dalam surat peringatan itu dijelaskan secara detil tentang kisah shirami ini. Gimana ngengkel-nya si telor kutu yang nempel kuat di helai rambut susah untuk kita ambil kecuali dengan kuku.

Karena itu sebelum berubah jadi kutu kita disarankan untuk menyegerakan membeli obat pembasmi ketika menemukan beberapa telur kutu pada rambut anak. Kalau di Indonesia, obat kutu terkenalnya sih Peditox, nah kalau di Jepang?? Untungnya dalam surat dijelaskan kalau obat bernama スミスリン (Sumithrin), baik yang dalam bentuk powder atau shampoo itu dibeli di toko-toko obat dan katanya bisa efektif membasmi para telor dan keluarganya ini.

Geli dan jijay ngebayangin si shirami ini. Untuk anak-anak perempuan yang rambut panjang para ibu musti waspada,karena paling cepat penularannya. Telur kutu yang panjangnya kira-kira 0.5 mm itu ternyata bisa berubah jadi kutu sebesar 2mm. Ganasnya kutu-kutu ini akan gendut dan sehat justru dari menghisap darah di kulit kepala anak-anak kita. Konsentrasi anak saat belajar pun akan terganggu karena kulit kepala terasa gatal dan lama kelamaan kulit kepala akan rusak dan luka.

Jepang lumayan tanggap dan bergerak cepat kalau sudah berhubungan dengan anak-anak. Ya iyalah anak-anak kecil itu adalah tunas bangsa yang harus dijaga dan dieman-eman.

Apalagi melihat semakin banyaknya orang Jepang yang enggan untuk menikah dan mempunyai anak. Jadi sangat dimaklumi kalau pemerintah Jepang begitu konsen dan tidak main-main kalau sudah berkaitan dengan anak-anak kecil. Melihat ini semua, sepertinya Jepang mempunyai tanggung jawab agar anak-anak kesehatannya harus tetap terjaga dan terjamin.

Salutnya dengan keseriusan Jepang dalam memperhatikan kesehatan anak-anak dari hal yang sepele pun bisa terlihat dari banyaknya surat peringatan  yang datang dari sekolah pada saat Jepang sedang dilanda wabah penyakit atau ada perubahan alam yang diperkirakan datang dan kemungkinan bisa membahayakan anak-anak (angin taifun, badai salju, pas terik menyengat, hujan lebat). Surat-surat itu berisi agar kita semua terhindar dengan menjelaskan secara rinci dan detail tindakan-tindakan pencegahannya, antisipasi ataupun cara penanggulangan kalau kita terlanjur terkena penyakit itu. 

Semoga saja wabah penyakit apapun itu, baik itu yang sedang melanda Indonesia ataupun Jepang dan di mana pun, bisa cepat teratasi dan tertanggulangi dengan baik serta mendapat perhatian serius dari pemerintah, sehingga tidak menjadi masalah serius dan meresahkan masyarakat. 

Salam hangat, wk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun