Mudik ke Indonesia tahun ini sepertinya menjadi liburan sekolah yang paling berkesan untuk anak-anak di rumah. Banyak peristiwa dan kejadian yang mereka lihat dan alami yang dapat menambah pengetahuan dalam hidupnya. Selain bisa berpartisipasi ikut lomba makan krupuk dan lomba gigit koin dalam perayaan hari kemerdekaan Indonesia di daerah rumah eyangnya, ada satu pengalaman yang saya yakin akan menjadi pelajaran berharga dan tak akan pernah mereka lupakan.Â
Pengalaman itu adalah ketika mereka didaulat untuk menjadi origami sensei atau Guru Origami di sekolah Indonesia.Â
Origami adalah seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Bahan yang dipakai adalah kertas warna-warni yang berbentuk persegi. Seni ini mengajarkan kepada kita bagaimana kelenturan tangan dalam melipat kertas hingga menjadi sebuah bentuk, bisa berupa bentuk binatang, barang atau benda ataupun bunga dan tumbuh-tumbuhan. Membuat origami ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang besar.Â
Anak-anak di rumah sudah mengenal origami sebelum mereka masuk TK. Tentu saja papa dan kakek neneknya yang pertama mengajarkan seni melipat kertas indah itu. Terus ibunya, hmm...apa ya? bagian nyediain minum aja kalau sudah pada puyeng kleyengan kalau habis pada main origami wkwkwk...
Ternyata si sulung jatuh cinta dengan si origami ini. Saat mulai masuk TK, makin terasah kemampuannya dan membuat banyak bentuk binatang dan tumbuh-tumbuhan serta mobil-mobilan dibantu oleh para gurunya. Saya tahunya anak saya suka origami adalah karena seringnya ia membawa pulang oleh-oleh buatan origaminya yang ditaruh di kantong plastik. Awalnya, lipatan bentuk origaminya begitu simpel dan mudah saya ikuti, tapi lama kelamaan keteter juga saya coba buat origami yang persis ia bikin di sekolah. Apalagi kalau sudah mamanya di tanya-tanya bentuk-bentuk serangga deh, aduhh pusing tujuh kelilinggg.
Melihat begitu antusiasnya ia bermain origami, akhirnya saya belikan banyak buku origami dan kertas origami. Â Bisa diduga, senengnyaaaa bukan main. Satu bundel origami isi 180 helai yang saya biasa beli di daiso toko 100 yen itu bisa cepet habis saking serunya membuat banyak macam bentuk yang ia suka. Dan rumah sudah kaya pameran origami, di dalam kamar, depan TV, sampe lemari kulkas penuh origami yang di tempel pakai magnet.Â
Tingkah laku kakaknya itu ternyata nurun ke adik ceweknya. Diem-diem suka curi curi lihat buku-buku mas-nya dan mulai belajar origami dari bentuk-bentuk yang mudah. Kalau sudah selesai saya kasih kantong plastik untuk di simpan. Ternyata adiknya juga ikutan jatuh cinta sama si origami ini. Banyak prakarya di sekolahnya selalu menggunakan kertas origami yang dengan bentuk yang beraneka ragam. Saya pikir si bungsu ga minat dengan seni melipat kertas dengan penuh ketelitian ini karena sifatnya yang sradak sruduk ga sabaran persisss mamanya, hahahaa..tapi ternyata ohh ternyataa...
Dulu saya pernah dengar si bungsu punya cita-cita jadi guru. Saya langsung bercandain : "gimana kalau mudik nanti jadi guru origami ngajarin anak-anak kecil di Indonesia. Kan bisa belajar juga, walau susah komunikasinya nanti mama deh yang bantu untuk terjemahin, kata saya main-main.Â
Gak disangka, langsung di iya-kan penuh semangat. Bahkan mas-nya juga pengen ikutan. Syukur deh. Langsung saya mulai menyiapkan kertas origami banyak dan buku-buku origami untuk dibawa nanti mudik.Â
Sebenernya ada 2 tempat yang nanti anak-anak saya bisa mulai belajar bersamanya. Namun sayang di sayang, karena keterbatasan waktu dan padetnya acara mudik yang cuma sebentar itu, gagal lah keinginan anak-anak untuk berbagi pengetahuan dan mengenalkan budaya origami ini yang akhirnya mereka cukup puas mengajaran origami kepada sepupu sepupu nya di rumah saja.Â
Tapi di saat detik-detik kami mau pulang Jepang, ada teman saya yang menawarkan anak-anak untuk mengajarkan origami di sekolah anaknya. Karena lokasinya masih satu daerah dengan rumah kami, maka mudahlah untuk urusan transportasi dan kami berterima kasih kepada seorang sahabat yang mengantar jemput dan memberi kesempatan emas kepada anak-anak saya untuk belajar berinteraksi dengan kawan-kawan sebayanya berbagi pengetahuan.Â
Anak-anak saya pun seneng saat memasuki gerbang sekolah alam ini. Apalagi saat kami naik tangga masuk ke dalam kelas, wah sambutan hangat dari anak-anak kelas satu dan langsung mereka mulai mendekati kami walau masih telihat agak malu-malu.Â
Di acara perkenalan, saya juga mengajarkan aisatsu atau salam perkenalan ala Jepang. Ohayou Gozaimasu untuk selamat pagi. Konnichiwa untuk selamat siang dan Konbanwa untuk selamat malam. Ada satu anak yang ngacungin tangan katanya bisa mengucapkan dan ingat kata-kata Jepang yang baru saja saya sebutkan itu. Saat ia maju ke depan, mulailah ia mengucapkan salam dengan bahasa Jepang, dan ternyataaa bukan hanya itu saja loh,  sudah kaya air itu mulutnya deres keluar bahasa sang seng song gedumbreng (bahasa jepun) ngomong tentang perkenalan nama dan gaya perkenalan ala Jepang!! Koalaahh..suggooii hebaaattt!! ..anak kecil itu katanya pernah tinggal (atau main ya?) ke Jepang! Panteeuuusaann.
Melihat ada satu anak yang bisa bahasa shincan, bernafas legalah anak-anak saya, sedikit groginya mulai hilang sirna.Â
Di grup cewek kita mulai membuat origami yang paling simpel dan mudah dibuat. Kertas warna-warni origami pun dibagikan oleh si bungsu kepada masing-masing anak. Dan mulailah kami belajar melipat origami bentuk bunga tulip. Aiiisshh feminin banget ya? Pertama membuat batangnya dulu, carilah kertas yang warna coklat, habis itu bunga tulipnya, carilah kerta warna merah atau pink, dan terakhir adalah daunnya, maka kertas yang dipilih adalah warna hijau daun.Â
Reaksi anak-anak kelas satu ini terlihat gembira dan senang saat bunga tulip warna warni berhasil dibuatnya. Dengan bangga di tunjukkan kepada kami dan muterlah mereka mencari guru sekolahnya untuk diperlihatkan. Origami yang telah selesai ditempel di papan tulis dengan tak lupa diberi nama si pembuatnya. Si bungsu pun ikutan senyam senyum sumringah melihat kelakuan adik-adiknya itu.Â
Melihat si bungsu yang gelegepan kalau ada pertanyaan dari adik-adiknya itu membuat saya harus cepat tanggap dan turun tangan untuk menjelaskan apa yang maksud dari perkataan anak-anak ini. Dan yang bikin saya terharu adalah mereka berusaha segenap tenaga dan berusaha menggunakan sedikit pengetahuannya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sepatah demi sepatah kata. Dan membantu satu per satu anak dengan mendatanginya kalau ada yang terlihat kesusahan membuat origami.Â
Karena serunya grup cewek ini membuat banyak bentuk origami yang lucu-lucu, sampee lupa saya sama si sulung!! aduh maapp mas!
Pintarnya anak-anak ini dalam memodifikasi bentuk-bentuk dasar yang telah diajarkan oleh si sulung, dan saya tahunya karena si sulung bolak-balik ke mamanya menanyakan tentang bahasa Indonesia hahaha mungkin banyak pertanyaan kali ya dari adik adiknya yang cerdas ini.Â
Dari hasil belajar origami selama kurang lebih dua jam itu, ternyata banyak banget loh bentuk bentuk lucu yang berhasil anak-anak kelas satu ini buat. Bisa terlihat pada papan tulis yang sudah penuh dengan tempelan origami. Origami warna warni ceria membuat kelas menjadi lebih rame seru dan berwarna.Â
Karena adik-adik kelas satu ini begitu tekun, sabar dan mau belajar dengan baik maka dari orang tua murid mereka mendapat hadiah satu lembar sticker sebagai penambah semangat untuk belajar lebih giat. Si bungsu membantu membagikan sticker-sticker kepada masing-masing anak. Karena bersifat surprise, maka sticker di taruh di atas kepala agak tak terlihat gambarnya. Kalau semua sudah tersebar merata, barulah mereka boleh melihat hadiahnya :D tentu saja kelas jadi ruameee kayak pasar, ada yang rebutan, tuker tukeran, lari-larian, intip intip-an dan sebagainya.Â
Dan tibalah saat kami harus berpisah. Saya sampe nyengir lihat si sulung di gelayuti adik-adik kelasnya itu. Ada yang tarik tarik bajunya karena merasa sudah dekat. Ada yang megang tangannya terus, bahkan mengiringi langkahnya hingga sampai gerbang sekolah. Sebelum berpisah kami disuguhi performance adik adik ini bernyanyi dan menari.
Sesekali terdengar mereka memanggil..senseiii..senseiii dari panggung, dan melambaikan tangan-tangan kecilnya. Ternyata walau sebentar saja ternyata bisa membuat kami semua sudah seperti saudara. Sambutan dan perlakuan yang hangat bersahabat dari mereka dan pihak sekolah membuat kami begitu betah untuk berlama-lama disana.
Sekolah Alam Indonesia Studio Alam Depok, arigatou ya..sampai ketemu lagi!
Saya juga sangat berterima kasih kepada pihak sekolah dan sahabat saya yang mau mengajak kami untuk belajar bersama di sana. Kegiatan yang sangat bermanfaat bagi anak-anak saya. Bisa melatih mereka untuk berkomunikasi dengan baik walaupun ada kendala bahasa. Melatih kesabaran dan peduli sesama. Menumbuhkan perasaan sensitif dan cepat beradaptasi serta yang terpenting adalah membagi pengetahuannya walau masih sedikit kepada teman-temannya dan berharap itu bisa bermanfaat untuk mereka.Â
Semangat terus dalam berbagi, semoga tenaga dan pikiran yang kalian berikan bisa bermanfaat bagi orang banyak.Â
Salam hangat, wk
Image : dokpri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H