Saya ikutan seneng mendengar kalau di Tanah Air Pak Anies Baswedan mengoarkan Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Kalau saja saya tinggal di Indonesia, pasti saya juga kitik-kitik suami saya untuk cuti satu hari kerja untuk ikut bersama sama mengantarkan anak-anak pada hari pertama ke sekolah.
Melihat begitu antusias semangat teman-teman di Indonesia mengantar anaknya pada hari pertama sekolah, kok yao saya jadi ingat kenangan saat pertama kali kami orang tua mengantar buah hati kami untuk masuk ke sekolah pertama kali.
Di Jepang, tahun ajaran baru dimulai pada bulan April. Dari sekolah TK, SD, sampai perguruan tinggi bahkan masuk perusahaan untuk bekerja pun semuanya serempak dilakakukan di bulan April.
Hari pertama anak baru masuk sekolah dasar di Jepang biasanya diantar oleh bapak dan ibunya. Nah, upacara saat acara masuk hari pertama anak-anak kelas 1 itu disebut juga dengan Nyuugakushiki, 入学式. Nyuugakushiki atau upacara masuk sekolah itu dirayakan secara besar-besaran. Heboh pokoknya. Anak-anak kelas satu dan para orang tua murid kelas satu yang mengantarnya akan terlihat sangat rapih sekali.
Para orang tua biasanya mengenakan baju formal, berupa blazer atau jas, layaknya pakaian kalau kita ingin berangkat ke kantor. Sedangkan anak-anak tak kalah necisnya, baju dan tas ala nyuugakushiki pun akan banyak dipakai oleh anak-anak kecil yang baru masuk sekolah ini. Serta tak lupa TAS RANDOSERU baru sebagai ciri khas anak-anak yang baru masuk SD di Jepang.
Anak-anak SD di Jepang ternyata hanya diantar pada saat hari mereka masuk SD saja, yaitu saat mereka baru menjadi kelas 1 atau anak baru. Setelah kenaikan ke kelas 2 sampai 6 mereka sama sekali tidak diantar oleh orang tua. Jadi pengalaman mengantar anak pertama kali ke sekolah bagi kami para orang tua di jepang adalah ya pada saat mereka masuk SD dulu itu. Lalu setelah itu, kami dilarang mengantar jemput anak-anak.
Saat kami mengantar anak-anak di hari pertama sekolahnya, masih terbayang loh itu muka anak-anak gimana groginya. Banyak kekhawatiran terpancar dari wajahnya yang polos dan lugu. "Aku bisa dapet banyak temen gak ya ma? Nanti pelajarannya susah gak ya? Gurunya bagaimana ya? Nanti pulang sekolahnya sama siapa?" dan masih banyak pertanyaan yang diajukan anak-anak menjelang tidurnya.
Kasihan juga ya lihatnya, yah sama saja kalau kita saat masuk kantor baru, "Bosnya galak gak ya? Kerjaannya susah gak ya? Temennya baik-baik gak ya?" dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang menyiratkan kegundahan karena belum tahu situasi dan keadaan yang akan dihadapinya nanti.
Keesokan harinya tangan saya digandeng sangat erat sekali. Terasa sekali perasaan tak tenang anak saya dari pegangan jemari yang semakin menguat. "Daijyoubu dayo, shinpai shinai de..Gak apa-apa, jangan khawatir ya.." kata saya menenangkan.
Sampai masuk ke kelas pun, belum berani anak saya berkata sepatah katapun kepada calon teman-temannya yang duduk di bangku samping, depan dan belakang.
Lucunya, semua anak-anak kelas 1 ini pun terlihat begitu grogi, bahkan ada juga yang tetap berdiri di tengah orang tuanya sambil terus menggengam tangan ibunya. Sampai akhirnya ibu guru pun mulai memberi aba-aba untuk anak-anak ini menempati kursinya dan mulai mendengarkan perkataannya.