Saat menghadiri acara kondankai, pertemuan guru dan orang tua murid membahas evaluasi belajar anak, sampe senyam-senyum deh lihat kain pel anak-anak yang dijemur di depan kelasnya. Super duper dekil amat! Bahkan ada yang sudah berubah jadi hitam legam warnanya.
Saya tanya sama anak-anak, "Itu kain pel dekil amat ya?"Â
"Ya, dekil dong Ma, orang ngepelnya banyak banget."
"Loh emangnya ngepelnya selain dalam kelas di mana lagi?"
"Selain lantai kelas, ya lap-in meja dan bangku, ngepel koridor sekolah, ngepel setiap undakan tangga dan ngelap pegangannnya juga."
"Ya ampun, panteesaaan sampe item gitu."
Di sekolah Jepang memang sudah bukan hal yang aneh lagi anak-anak bersentuhan dan berkawan akrab dengan yang namanya kain pel. Tugas yang harus diemban mereka adalah kewajiban yang harus mereka lakukan setelah kyuushoku atau kegiatan makan siang bersama selesai.Â
Dulu sempet kaget juga saat anak-anak masuk Sekolah Taman Kanak Kanak, kami orang tua diharuskan mengumpulkan kain pel kecil sebanyak dua buah. Saya pikir ini untuk dipakai oleh para petugas kebersihan di sekolahnya nanti eh taunya kain pel ini dipakai oleh anak-anak kita! Ya ampun, selain jadi murid sekolah mereka juga jadi petugas kebersihan!
Di sekolah Jepang petugas kebersihan atau penjaga sekolah tidak ada, jadi jangan kaget loh kalau pagi-pagi saat mengantar anak-anak ke pintu gerbang sekolah terus melihat kepala sekolahnya lagi nyabutin rumput atau sedang nyapu halaman, atau jangan loncat kaget ya saat disapa oleh para guru yang suka berdiri di depan gerbang, memberikan salam kepada anak-anak yang datang ke sekolah.Â
Jadi, bukan hal yang aneh lagi, kalau anak-anak sekolah ini pun melakukan hal yang sama tanpa perlu para ibu-bapak gurunya berkoar-koar agar anak-anak ini melakukan apa yang mereka lakukan, terutama dalam hal menjaga kebersihan.
Pertama saya melihat anak-anak mengepel di sekolah yaitu saat mereka masih duduk di TK. Habis kyuushoku atau makan siang bersama dilakukan, mereka akan merapikan piring makannya, lalu menggeser kursi meja ke pinggiran dekat tembok dan segera mengambil kain pel, memberi air dan memerasnya, lalu mulai deh mengepel lantai kelas.Â
Kelihatan sekali mereka enjoy melakukannya, bahkan terkadang gurunya terlihat memperingatkan mereka yang melakukannya sambil bercanda dan main-main. Saya yang lihatnya sampe takjub.Â
Habis mondar-mandir ngepel lantai ruangan, mereka pun membersihkan dengan memeras kain pelnya yang sudah berubah warnanya menjadi coklat itu tanpa rasa jijik dan kembali menjemurnya di luar. Kemudian mencuci tangan dengan sabun dan kembali bermain bersama teman-teman. Kegiatan mengepel lantai ini dilakukan tiap hari setiap habis makan siang.
Melihat bagaimana Jepang menempa anak-anak kecil ini agar mau menjaga kebersihan di sekolahnya membuat saya berdecak kagum. Karena negara ini sudah mampu dan berhasil untuk membiasakan mereka menyapu, mengepel lantai, dan membersihkan lingkungan serta mendidik mereka bergotong-royong mengerjakan tugasnya dengan kompak dan bekerja secara tim dengan penuh tanggung jawab dan disiplin yang tinggi.Â
Ya, pendidikan sekolah di Jepang bukan hanya menekankan pada kemampuan membaca menulis saja tapi juga mendidik anak-anak ini untuk peduli dengan lingkungannya. Dan saya yakin dari kisah kain pel super dekil inilah, Jepang bisa menjadi negara besar dan maju seperti sekarang ini. Luar biasa.Â
Salam Hangat, wk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H