Kesiapan anak-anak kecil disini dalam menyambut bencana yang datang bisa terlihat dari hal-hal berikut ini, dan lagi-lagi saya kehabisan kata-kata mengungkapkan rasa takjub saya.
a) Bousai Zukin
Ada yang unik saat anak-anak saya masuk sekolah, bukan saja harus menyiapkan alat-alat sekolah loh, tapi lucunya kami diminta untuk menyiapkan BOUSAI ZUKIN, yaitu pelindung kepala saat terjadi bencana.
Bousai zukin ini akan ditaruh atau dijepitkan di senderan kursi atau sebagai bantalan/cushion, jadi kalau mendadak ada pemberitahuan bencana,mereka bisa langsung memakai bousai zukin-nya dengan segera.
Dulu waktu anak-anak masih TK, saya pernah melihat latihan evakuasi penyelamatan diri secara tidak sengaja. Melihat langsung anak-anak TK ketika latihan menyelamatkan diri saat bencana. Saat mendengar pemberitahuan adanya goncangan gempa, di mana anak-anak kecil ini segera memakai bousai zukin, dan membentuk grup-grup kecil, lalu berbaris menuju lapangan sekolah dengan para guru pembimbingnya.
Lucu sekali melihat anak-anak umur 3, 4 dan 5 tahun dengan muka cemas dan bingung, kemudian dengan dituntun ibu guru yang dengan sabar mengajari mereka cara memakai topi pelindung bencana ini, lalu berpegangan tangan menuju lapangan.
Dan setelah masuk SD, saya cuma bisa mendengar cerita dari anak-anakkalau saat hinan kunren itu mereka diajarkan untuk segera berlindung ke bawah meja dan menuju ke tempat terbuka, serta tak lupa melakukan 4 prinsip yang wajib dilakukan agar proses evakuasi tidak berjalan dengan kacau.
- OSANAI 押さない。
Jangan dorong-dorongan!!
Saat terjadinya bencana, tentulah orang-orang bisa menjadi sangat kacau dan panik, sehingga membuat orang akan saling dorong-dorongan agar bisa segera cepat keluar menuju tempat yang paling aman. Tapi justru saling dorong-dorongan ini lah malah makin menghambat arus yang bergerak menuju ke tempat evakuasi bahkan bisa juga mencelakakan orang lain. - HASHIRANAI 走らない。
Jangan lari!!
Keadaan panik bisa membuat orang tidak tenang dan ingin segera ke tempat evakuasi dengan cara berlari kencang. Sama seperti dengan nomor satu, sebaliknya ini bisa sangat membahayakan diri dan orang lain, dan bisa menghambat proses evakuasi. - SHABERANAI 喋らない。
Jangan Ngobrol!
Disarankan untuk bergegas dan konsentrasi untuk segera menuju tempat evakuasi. Jangan melakukan tindakan yang tak berguna di saat genting. Mengobrol dan berbicara dengan teman atau orang lain akan membuat terhambatnya proses evakuasi dengan cepat. - MODORANAI 戻らない。
JanganKembali!
Apabila teringat ada teman yang masih tertinggal atau tahu ada seseorang yang terkurung dalam tempat kejadian, jangan melakukan tindakan ceroboh dengan kembali ke tempat itu, karena justru bisa membahayakan diri kita sendiri. Tapi segera beritahu tenaga ahli/profesional agar bisa cepat melakukan tindakan darurat karena mereka lebih tahu dan biasa menanganinya, misalnya saja saat kejadian bencana kebakaran.
Mengalami bencana gempa bumi yang pernah saya alami di sini dan melihat bagaimana masyarakat Jepang begitu tenang dan tertib menghadapinya, saya yakin yang mempunyai andil paling besar kenapa Jepang terlihat begitu akrab dengan musibah yang menderanya, tentu saja semuanya karena tindakan aktif Pemerintah Jepangnya itu sendiri.
Membuat program-program dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penanggulangan gempa, disosialisasikan kemudian diterapkan dengan baik sesuai dengan aturan. Berhasil membuat masyarakat bisa menyikapi kecemasan dan ketakutannya bukan dengan memberikan fasilitasnya saja tapi juga bekal ilmu pengetahuan yang selalu dikoar-koarkan kepada seluruh lapisan masyarakatnya dari level pendidikan yang paling bawah sekalipun.
SalamHangat, WK!
Sumber image:
- Gbr. 1: http://shisui-shougakkou.blogspot.jp/2014_04_01_archive.html
- Gbr. 2 dan 3: dokpri
- Gbr 4: FB teman, Maria Sasai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H