Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Pernahkah Merasa Menjadi Ibu Tak Berguna?

14 April 2016   15:43 Diperbarui: 14 April 2016   18:06 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap malam, saya membacakan Hiro dan adiknya buku cerita sebelum mereka terlelap tidur. Jatah satu anak adalah satu buku, Hiro satu buku dan adiknya satu buku. Kadang belum selesai dua buku saya bacakan, terlihat anak-anak sudah lelap berada di alam mimpi. Suatu kenangan indah yang tak akan saya lupakan seumur hidup dimana saya begitu dekat dengan mereka dan saya masih bisa lugas menjawab pertanyaan lugu dari kedua anak-anak saya tentang tokoh-tokoh dalam buku cerita itu.

Tahun berganti tahun, pertumbuhan anak sangatlah cepat hingga anak laki-laki saya sekarang tak terasa sudah duduk di kelas 4 SD, dan adiknya duduk di kelas 2 SD. Kepinaeran mereka akan segala hal sudah jauh dan lebih di atas saya. Di sekolah mereka bisa mendapatkan hal-hal yang ternyata tak bisa didapatkan di rumah. Guru-guru nya pun adalah sosok penting yang membuat anak-anak saya mengetahui segalanya dan bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik.

Bahasa Jepang mereka yang sangat lancar kadang membuat saya bingung berkomunikasi dengan mereka apabila terselip satu kata yang saya belum pernah dengar. Biasanya saya akan tanyakan ke mereka apa itu artinya. Mereka berdua akan semangat menjelaskan secara detil sampai saya mengerti maksudnya. Arigatou ya sayang..

Merasa Menjadi Orang Tua yang Tak Berguna?

Perasaan ini pernah ada dan sangat hebat berkecamuk dalam dada karena saya merasa useless menjadi orang tua yang baik. Kejadian awal yang membuat saya bermuram durja dan sedih berkepanjangan, saat anak-anak saya menanyakan kanji-kanji dan tulisan-tulisan yang ada di dalam bis, kereta atau di jalan-jalan. Keingintahuan anak-anak yang semakin besar menandakan kalau anak-anak semakin pintar dan pandai, dan harusnya membuat senang setiap orang tua. Namun saat itu, tidak buat saya, kepandaian anak-anak saya justru membuat saya semakin tertekan dan merasa malu bahkan bingung harus bagaimana.

“Ma..kono kanji tte nani..?" Ma, ini kanji apa?

“Ma..kore douiu koto..?" Ma, ini maksudnya apa?

“Ma..kore nani..douyatte...nandee..??" Ma, ini apa, bagaimana dan kenapa..?

Pertanyaan demi pertanyaan terus menghujani saya tanpa henti, kapan dan di mana pun bahkan saat berada dalam kerumunan orang yang akhirnya saya mendapat tatapan aneh dari sekitar. Anak-anak yang saat itu masih lugu dan merasa kalau seorang mama pastilah tahu akan segala hal tanpa sadar terus menanyakan kepada saya sesuatu yang sama sekali tidak saya mengerti, tanpa mereka mau mengerti perasaan mamanya yang selalu diliputi perasaan bersalah saat harus menjawab, “Gomen, mama chotto wakaranai ne, atode uchi ni kaettara shirabemashou ne..." Maaf, mama gak ngerti, nanti sampe rumah kita cari ya artinya...

Perasaan malu sebagai orang tua yang tidak bisa segera memberikan penjelasan kepada buah hatinya saat itu juga membuat saya diliputi penyesalan karena tidak belajar Bahasa Jepang saat kedua anak saya belum terlahir ke dunia. Ya selain persiapan baju dan stroller anak dalam menyambut kelahirannya ternyata persiapan BAHASA JEPANG jauh lebih penting dari segalanya!

Sedikit demi sedikit saya menanamkan perasaan simpati, empati dan pengertian akan kekurangan seseorang kepada kedua anak saya. Kedua anak saya saya beri pengertian kalau mamanya berasal dari Indonesia. Tentu saja bahasa yang sangat dikuasainya adalah Bahasa Indonesia, jadi mereka tak perlu heran kalau ada Bahasa Jepang yang mamanya belum mengerti dengan baik. Kalaupun ada yang mau ditanya, harus catat, ingat dan bisik dengan suara kecil ke telinga mama, agar saat mamanya tak bisa menjawab mamanya tidak perlu malu karena terdengar oleh orang lain. Mereka pun mulai menerapkan cara itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun