Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mengajar Privat Bahasa Indonesia di Jepang, Dag-dig-dug tapi Mengharukan

8 Maret 2016   08:31 Diperbarui: 8 Maret 2016   11:41 2374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Belajar bahasa indonesia"][/caption]Ini adalah salah satu pengalaman hidup yang sampai sekarang saya masih gak percaya.

Ngajar bahasa Indonesia untuk orang Jepang? Haah... gila apa saya ini ya. Wong tiap hari aja pake bahasa preman kok yao berani-beranian ngajar bahasa Indonesia, untuk orang Jepang lagi! Nggilani. Itu kan berarti saya musti pakai dua bahasa saat mengajar, bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, ohh tidakkk... kutak sanggup... tatuutt...!

"Daijyoubu dayo, gak papa, kamu coba dulu...kalau kira-kira masih belum mampu ya tidak apa-apa, temen saya yang mau belajar bahasa Indonesia ini adalah sahabat-sahabat saya, namanya bapak dan ibu Yokosuka, anak perempuan mereka menikah dengan pria Indonesia, dan mereka ingin sekali bisa sedikit percakapan Indonesia agar bisa berkomunikasi dengan besannya.Tolong yaa... sekalian kamu kan bisa melancarkan bahasa Jepang juga, ayuk coba ya..!" bujuk guru bahasa Jepang saya, sensei Kato. 

Lalu malamnya saya diskusi sama suami, gak pakai ba bi bu lagi suami langsung, Yatte mitara.. anata ni mo benkyou ni naru yo! coba aja...kamu juga bisa belajar loh..! 

Hmm... dan percakapan itu tak terasa sudah 3 tahun berlalu sudah...

Saya bukan orang pintar, tidak pernah sekolah guru, belum pernah mengajar, jarang memakai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, bahasa Jepang masih amburadul, orangnya tidak serius, pemalas, pelupa. Nah, kekurangan-kekurangan itu yang membuat saya maju-mundur tidak langsung menerima tawaran sensei bahasa Jepang saya saat itu. Namun, support keluarga untuk mencoba sesuatu yang baru itulah yang akhirnya meruntuhkan semua kegalauan saya untuk menjadi seorang guru privat bahasa Indonesia di Jepang.

Mengajar untuk orang Jepang adalah hal yang sangat luar biasa bagi saya, untuk orang yang masih belepotan bahasa Jepang dan yang sama sekali tidak pernah bermimpi untuk menjadi pengajar. Saya inget dulu waktu pertama kali bertemu dengan bapak dan ibu Yokosuka yang meminta tolong untuk diajari bahasa Indonesia. Mereka mau menerima dengan legowo semua kekurangan saya yang tak punya latar belakang pendidikan guru. Sampe nitikin airmata, karena tak menyangka. Mendapat bayaran dari hasil jerih payah dan keringat sendiri. Ditambah setelah tahu keinginan sederhana mereka untuk belajar bahasa Indonesia itu adalah ingin segera bisa berkomunikasi dengan keluarga besan Indonesianya itu. HIkss... terharu.

Saya jadi ingat kejadian dulu saat orang tua suami datang pertama kali ke Indonesia menemui keluarga saya di Indoensia. Tidak bisanya komunikasi dua arah antara mereka, akhirnya semua hanya didominasi dengan senyuman, pelukan, dan jabat tangan saja. Mengingat kejadian itu, makin kuat sajalah hati ini untuk membantu walau hanya sedikit kemampuan yang ada agar orang tua Jepang ini bisa untuk berkomunikasi, yah minimal menyapa keluarga besan Indonesianya.

Mengajar privat bahasa Jepang untuk orang Jepang ternyata banyak dilakukan oleh teman-teman Indonesia di sini. Tentu saja kebanyakan mereka yang memang sudah fasih bahasa Jepang dan bahkan yang dulunya pernah sekolah di Jepang. Ada situs khusus bernama Hallo Sensei di mana situs itu kita bisa mendaftar menjadi guru berbagai bahasa. Selain itu, bisa juga kita yang berniat belajar bahasa mencari guru bahasa di situs itu.

Tapi lucunya, justru saya mendapat pengalaman menjadi guru privat bukan melalui internet atau situs khusus itu, tapi melalui guru bahasa Jepang saya, Sensei Kato. Berdasar pengalaman sendiri dan dengar cerita dari teman, untuk memulai proses belajar privat itu biasanya dimulai dengan berbagai tahap dan kesepakatan, yaitu sebagai berikut:

Taiken Lesson

Taiken Lesson atau memberikan Trial Lesson kepada murid yang akan belajar. Saya tidak mengenakan tarif untuk trial ini alias gratis selama satu jam. Biasanya berisi perkenalan murid dan guru. Tempat dilaksanakannya taiken ini biasanya diadakan di rumah murid, cafe atau restoran yang telah disepakati kedua belah pihak. Setelah taiken dilaksanakan, murid serta guru akan saling mempertimbangkan, karena mengajar privat kita harus menggunakan pendekatan personal yang cukup dalam, baik itu murid kepada guru serta guru kepada murid. Jadi kalau murid oke tapi guru tidak oke, kursus tidak bisa dilanjutkan, demikan juga sebaliknya.

Waktu dan Tempat Belajar

Apabila kedua belah pihak sudah oke, tahap selanjutnya bisa membicarakan waktu dan tempat belajar. Murid-murid saya adalah sepasang suami-istri. Mereka meminta untuk proses belajar dilaksanakan di rumah mereka yang alhamdulillah ternyata dekat sekali dengan rumah mertua saya. Waktu belajar, kapan mulai, dan berapa lama belajar serta sampai kapan para murid  mau belajar bahasa Indonesia harus dibahas secara detail agar kita bisa merencanakan semuanya dengan baik.

Silabus

Setelah waktu dan tempat belajar sudah disepakati, lanjut ke masalah materi pelajaran seperti apa yang mereka ingin belajar. Syukurnya, tidak ada silabus tertentu yang mereka ajukan kepada saya. Murid-murid saya hanya ingin bisa sedikit bercakap-cakap dan mengucapkan salam dengan bahasa Indonesia agar komunikasi dengan besannya tidak terlalu canggung. Mereka memberi saya beberapa buku pedoman belajar bahasa Indonesia untuk orang Jepang untuk saya pelajari, dan jujur sajaaaa saya langsung pengen pengsan saat membuka halaman demi halaman buku pedoman itu yang mengupas secara detail bahasa Indonesia DALAM BAHASA JEPANG!!! Walhasil setiap saya mau belajar bahasa Indonesia esok pagi, saya pun malemnya berpuyeng-puyeng ria buka kamus Jepang-Indonesia yang biasa buat gebuk nyamuk itu hahaaa....

Membuat sedikit rangkuman atau topik belajar untuk materi kursus keesokan harinya yang memakan waktu1-5 hingga 2 jam, padahal persiapan saya membuat resume itu bisa sampe 4 jam saking kebanyakan berkutat dengan kamus hikksss maklum masih oon bahasa Shinchannya :((

Alat dan Perangkat saat Belajar

Biasanya saya membawa whiteboard kecil, spidol hitam dan merah, kamus elektronik serta handphone agar bisa langsung mencari gambar yang berhubungan dengan materi belajar, jadi murid bisa langsung mendapatkan image dan segera mengerti. Dari pihak murid pun mereka menyediakan laptop, kamus, dan buku-buku pedoman belajar.

Untuk topik saat belajar, saya akan membuat suatu percakapan dalam bahasa Indonesia, dan menyuruh mereka membacakan agar bisa cepat diketahui lafal dan aksen mereka. Membaca dengan suara keras saya pikir efektif agar murid bisa mengingat dengan cepat dan segera saya bisa koreksi apabila terdengar aneh atau malah menimbulkan arti lain. Membaca dengan suara keras (ONDOKU) juga ada dalam materi sekolah SD Jepang yang hingga kini masih dilakukan oleh anak-anak saya di rumah, untuk mata pelajaran bahasa Jepang (KOKUGO).

Tarif

Nah, pembahasan inilah yang sangat sensitif dan buat saya tak enak untuk membahasnya. Awalnya saya tidak mau menerima sepeser pun uang dari mereka. Karena proses belajar privat ini juga sangat menguntungkan bagi saya sendiri, yaitu bisa melancarkan bahasa Jepang saya yang masih acak kadut. Namun, kedua murid saya memaksa karena mereka ingin saya bekerja secara profesional.

Akhirnya saya menyerahkan semua tarif kepada murid-murid saya dan guru bahasa Jepang saya. Disepakati kalau biaya per jamnya itu adalah 1000 yen/orang atau sekitar Rp. 115,000 per jam untuk satu orang. Selain itu, uang transport juga mereka perhitungkan dengan menghitung biaya bis dan ongkos kereta. Sangat detail ya, karena memang orang Jepang suka sekali dengan segara sesuatu yang teratur dan pasti.

Dan 3 tahun berlalu sudah saya sudah mengajar bahasa Indoensia kepada mereka. Sedikit percakapan dan salam sudah fasih mereka pakai saat bertemu dengan saya. Tahun kemarin mereka begitu gembira saat mengunjungi putrinya di Indonesia. Mereka mempraktikkan apa yang sudah dipelajarinya untuk berkomunikasi dengan keluarga besannya. Ngembeng mata saya saat mereka kembali ke Jepang dan begitu gembira menceritakan kepada saya kalau mereka mencoba berbahasa Indonesia saat berlibur ke Indoensia. Tak lupa mereka pun mencoba gaya salam Indonesia  seperti memeluk dan  menjabat tangan erat sebagai tanda salam yang kerap dilakukan orang-orang Indonesia.

Melihat mereka begitu senang saat berkunjung ke Indonesia, makin membuat saya semangat untuk mengajarkan bahasa Indonesia sehari-hari sebagai bekal kalau mereka berlibur ke Indonesia lagi. Beraneka ragam dan budaya Indonesia, serta adat istiadat yang tak kalah unik dan menarik dari Jepang pun ingin sekali saya perlihatkan kepada mereka. Ya, sebagai balasan kebaikan mereka juga yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya dalam proses belajar-mengajar ini.

Bismillah, semoga ilmu yang sedikit ini bisa menjadi manfaat buat mereka. Amin.

Arigatou Gozaimasu. salam Hangat, WK! 

foto : dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun