Suatu sistem yang sangat luar biasa!
Selain itu, adanya kyuushoku ini bukan tidak mungkin bisa mempererat hubungan antar murid dan para guru. Keseragaman menu yang dimakan dan adanya makan bersama dalam kelas ini, membuat mereka akhirnya punya perasaan kalau mereka semua sama. Menikmati hidangan dalam kelas bersama guru dan teman, adalah suatu ikatan rasa yang sangat erat, karena bukan dalam hal belajar-mengajar saja hubungan antara guru dan murid tapi untuk makan bersama ini, guru akan duduk sejajar dengan para murid-muridnya. Berceloteh dan bercengkerama saat menyantap atau setelah makan, membuat suasana kelas akan terasa akrab dan hangat.
Rasa kebersamaan yang sudah terpupuk sejak kecil, akan menimbulkan rasa saling tenggang rasa dan tolong-menolong. Mengasah rasa agar anak-anak ini mau bekerja sama saling tolong menolong adalah dengan memberikan tugas untuk menyiapkan hidangan yang sudah tersedia itu untuk dibagikan kepada teman-temannya sampai pada tahap mereka bersama-sama membereskan semua perlengkapan makan untuk ditaruh di dapur.
Saya pernah tak sengaja melihat suasana di sekolah, saat jamnya makan siang. Bagaimana anak-anak yang mendapat tugas giliran sebagai petugas kyuushoku akan mengenakan baju seperti baju dokter (baju putih dan topi putih). Mereka berdiri di depan kelas, dan menuangkan makanan kedalam tray yang berisi piring-piring kosong itu. Satu-satu murid akan mengantri dan kembali duduk ke mejanya masing-masing dan menyantap hidangan bersama-sama. Setelah selesai makan pun, anak-anak murid ini akan membereskan piring-piringnya ditumpuk menjadi satu. Untuk urusan sampah mereka sudah sangat terbiasa untuk memilah milahnya, dengan membuang sampah bekas duri dan tulang untuk sampah oganik dan sampah plastik untuk sampah non organik.
Mencuci tangan dan menggosok gigi, serta mengepel kelas setelah makan bersama adalah acara harian yang wajib dilaksanakan dan bukan merupakan hal yang digembor-gemborkan lagi oleh para guru di sini.
Melihat ini semua, ternyata bukan hanya 4 tujuan saja seperti kesimpulan yang saya tulis di atas. Banyak manfaat dan faedah yang terkandung dari sistem kyuushoku di sekolah Jepang, karena itu kelanggengan sistem yang termasuk dalam pendidikan di Jepang ini bisa dijaga hingga kini.
Selain bisa menempa pribadi untuk selalu menjaga makanan dan berpola makan sehat. Anak-anak kecil ini pun akan menyukuri nikmat hidangan makanan yang tersaji. Rasa syukur kepada para petani dan penghasil bahan makanan ini, karena pihak sekolah juga mengenalkan kalau bahan makanan ini dihasilkan dari daerah mana saja. Dan bentuk nyatanya adalah panen bersama, di mana anak-anak murid diberi kesempatan untuk ikut mencabuti wortel, kentang dan sayur lainnya di rumah petani petani yang ada di dekat sekolah itu.
Penempaan mental untuk rasa kebersamaan, gotong royong, tenggang rasa, bersyukur dan mau bekerja keras, memang sudah semestinya harus kita ajarkan, didik dan terapkan sejak kecil. Bukan hanya dikoarkan koarkan melalui lisan atau menyuruh anak-anak membaca buku edukasi saja. Tapi perlu adanya kegiatan dalam bentuk nyata di mana anak pun melihat dan bisa berperan aktif di dalamnya, ternyata jauh lebih manjur dan cepat terserap oleh anak-anak kita. Di sinilah, kita sebagai orang tua dan pihak sekolah tentunya, ternyata mempunyai andil paling besar dalam pembentukan kepribadian anak-anak di masa yang akan datang.