[caption id="attachment_374636" align="alignnone" width="550" caption="Hasil karya ibu-ibu untuk nanti dipentaskan"][/caption]
Ini adalah pengalaman kedua saya dimana saya harus gowal gowel meliuk liukan badan diatas panggung dengan menggunakan kostum yang alaihim gambreng warnanya super ngejreng dengan pita segede gaban nongkrong di atas kepala. Sampe malu pas disuruh ngaca sebelum naik panggung saking takut pengsan ngeliat penampakan dengan umur segini tapi masih ngegaya fesyen kaya ABG hik hik
Tapi apa daya, tuntutan skenario kita emak-emak harus legowo sambil saling cekakak cekikik saat harus mulai memakai kostum yang `gak banget` untuk mentas diatas panggung. Lah mang ngapain pake acara manggung segala wong bukan model apalagi artis?
Ya ini adalah acara TK yang disebut dengan SHAONKAI. Shaonkai adalah suatu acara yang diadakan dalam rangka apresiasi orangtua murid kepada para guru sebagai tanda terima kasih yang sangat dalam karena telah mendidik anak-anak kami disekolah. Acara ini diselenggarakan dan dibuat oleh kami para orangtua murid untuk dipersembahkan kepada para pendidik anak-anak kami disekolah.
Acara Shaonkai yang dilakukan oleh setiap sekolah itu berbeda-beda. Ada yang dengan memberikan hadiah atau bingkisan kepada setiap guru, atau ada juga yang menyelenggrakan pentas seni. Nahhh..kok yao ndilalahnya sekolah TK anak saya pas banget yang menyelenggarakan pentas seni ini. Pentas seninya bukan main musik atau nyanyi koor bareng-bareng, tapi masing-masing kelas harus nyumbang tarian yang lagu-lagunya sedang trend dikalangan anak-anak kecil. Lagunya bisa berupa lagu anime, idol grup atau lagu-lagu anak kecil yang sering dikumandangkan di sekolah.
Di sekolah anak saya, ada 4 kelas untuk TK nol besarnya (di Jepang disebut Nenchou) dan setiap satu kelas itu berisi 30 orang murid, yang berarti ada 30 orang ibu-ibu. Karena kami merasa kebanyakan kalau satu tarian isinya 30 member, maka satu kelas dibagi menjadi 3 grup. Sebagai contoh satu kelas ada grup A, B dan C. Grup A akan nari lagu Mario Bros, Grup B akan menari lagunya Heavy Rotation-nya AKB48, dan grup C kena suruh nari lagu Doraemon.
Wuihh, kebayang itu ibu-ibu yang kegiatannya cuma masak sama nyapu ngepel dirumah ehh tiba-tiba didaulat suruh manggung untuk nari lagu-lagu anak-anak, yang adaa.... HEBOH! Bukan hanya heboh ajaa PANIKKK...!
Jadi inget dulu jaman si sulung lulus TK, grup saya kena disuruh nari lagu Mario bros, manah pakek koprol segala pulak, yang ada keplanting planting kita ngikutin dan nyamain gaya sama semua member wkwkwk selain ribet sama gayanya gak ketinggalan yang bikin pening kepala adalah kostumnya yang alamakjan! Nggilani banget. Lengkap dari topi merah (saya kebagian jadi mario), baju overall warna biru blink blink, kaos lengan panjang merah super norak, sama sepatu boot semata kaki, belum lagi masang kumis segala, hadeh!!
Narinya gak boleh klemar klemer, harus genki (semangat) katanya, oalah! Ibu-ibu pada jejingkrakan riang gembira, muka harus senyum nyengir, dan terakhir harus angkat plakat yang berisi tulisan gede bage berisi “先生ありがとうございました!”Terimakasih sensei!! Dan kami melihat `kelakuan` kami itu ternyata bisa membuat mereka, para guru yang hadir dihadapan kita, menyeka sesuatu yang jatuh bergulir dipipinya.
Dan kami pun saling membungkukkan badan untuk sekali lagi mengucapkan rasa terima kasih kepada mereka yang telah membimbing anak-anak kami hingga akhirnya lulus sekolah.
Dan untuk yang kedua kalinya, saya dan teman-teman kelasnya si bungsu tahun ini juga menyumbangkan sebuah tarian yang kali ini temanya adalah tentang anak-anak di dunia yang bersatu padu. Karena grup saya kebanyakan orang asing, jadi kami dapet tugas untuk menuliskan kata Terimakasih dengan berbagai bahasa, ada kata ARIGATOU (Japan), TERIMAKASIH(Indonesia), XIE-XIE(China), THANK YOU(English), dan TOMAKE DHAN YABADA (Bangladesh) serta bahasa mongolia, maaf yang mongolia ini saya gak bisa bacanya susah banget hihi. Semuanya kami pegang satu-satu didepan, dan akhir lagu semua plakat ini kami angkat sambil mengucapkan kata Arigatou Gozaimashita, yang tentu saja ditujukan kepada para guru yang duduk didepan kami. Sedih melihat wajah-wajah pendidik anak-anak kami yang sebentar lagi akan kami tinggalkan dan sangat terharu dengan perjuangan mereka dalam mendidik anak-anak kami hingga hasilnya bisa kami lihat sekarang.
Kegiatan shaonkai ini mempunya arti yang sangat mendalam. Tentu saja sebagai persembahan terakhir ucapan terima kasih kami kepada para guru, selain itu juga membuat kami para ibu yang sebelum adanya shaonkai ini hanya sekedar basa-basi mengucap salam kalau ketemu disekolah menjadi sangat teramat kompak!
Ringan sama dijinjing berat sama dipikul, kami semua ibu-ibu, sama-sama tanpa pengecualian saling bahu membahu dan bekerjasama demi suksesnya acara ini nantinya.
Lah emang ngapain aja sih acara shaonkai ini sampe perlu saling pengertian dan saling bahu membahu tolong menolong. Ya, karena semua bahan dan alat serta kostum semuanya adalah kita yang merancang. Bukan hanya itu saja koreografer nari pun ya kita-kita ini, masih kebayang gimana bingungnya kita mencari gaya saat awal latihan nari. Karena itu semuanya ini butuh waktu panjang yaitu kurang lebih 2 bulan kita belajar nari plus ngejahit kostum serta bikin aksesoris buat acara Shaonkai ini.
Melihat perjuangan ibu-ibu ini semua membuat saya terharu. Ditengah aktifitas dan rutinitas mereka, mereka mau meluangkan waktunya 2 kali dalam seminggu untuk latihan menari bersama-sama. Walau terkadang ada ibu yang ijin karena harus part time job, atau ada yang tiba-tiba absen nari karena anaknya sakit panas, belum lagi cuaca yang kurang bersahabat seperti turun hujan deras, salju, dingin menerpa, semuanya dilakoni dengan semangat dan ikhlas. Gak pernah saya dengar ada yang misuh-misuh dibelakang atau ngomel-ngomel merasa kerepotan akan kegiatan ini.
Makanya terakhir acara ini sudah bisa dipastikan saya akan sibuk ngelap mata sama sesenggukan srat sret srot ngelap hidung pakai saputangan hiks. Terlalu banyak kenangan indah saat bersama ibu-ibu ini. Kenangan ketika kami saling support saat ada gerakan kita yang salah saat menari, kenangan ketika kami harus ngangkut peralatan lenong saat latihan kesana kemari, kenangan saat kami makan onigiri bareng yang dibeli di seven eleven saat latihannnya ternyata diperpanjang jadi 3 jam!! dan kenangan-kenangan indah lainnya. Maka gak heran kalau terakhir acara, semua mata kami merah dan saputangan ibu-ibu ini pun sudah lepek basah dan kebes oleh rembesan airmata mereka. Otsukaresama deshita!
Buat guru dan teman-teman baik saya, arigatou gozaimashita!
Salam hangat,wk!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H