Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Menyikapi Menu Makanan Sekolah yang Mengandung Daging Babi

2 Maret 2014   18:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 2091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mendapat kelonggaran dari sekolah, membuat kami bisa bernafas lega karena saya masih bisa mencegah butaniku masuk ke dalam perut anak saya. Pada umumnya untuk setiap dua minggu sekali kami orang tua akan mendapat skejul perincian menu dan komposisi makanan yang terkandung dalam menu Kyuushoku (school lunch). Khusus untuk anak saya, kami mendapat 2 lembar kopi skejul menu Kyuushoku. Untuk lauk yang mengandung butaniku saya beri tanda dengan stabilo, lalu satu lembar di kirim kembali ke sekolah dan satu lembar saya pegang di rumah. Jadi setiap ada lauk yang mengandung butaniku, saya akan membawakan lauk dari rumah dengan jenis masakan yang sama tapi butaniku saya ganti dengan daging sapi/ayam. Repot? Tidak kok, terkadang bekal yang anak saya bawa itu adalah lauk yang akan nanti saya makan juga buat dinner, yah sambil menyelam minum air, sekalian bikin jadi gak repot dan capek.

1393730363811490730
1393730363811490730

Keadaan ini berlangsung sampai anak sulung saya lulus TK, dan ketika masuk SD masalah pun bertambah berat. Kenapa? Anak menjadi kritis! Bukan saja masalah membeda bedakan menu saja, tapi alasan kenapa tidak memakan butaniku itu yang membuat saya meminta pendapat teman-teman senpai/senior yang sudah tinggal lama sekali di Jepang atau teman yang mempunyai anak yang seumuran dengan anak saya, jawaban apa yang seharusnya diberikan agar cepat bisa dimengerti oleh anak kecil.

Memberikan suatu jawaban yang mudah dicerna oleh anak kecil ternyata lebih susah daripada harus menjelaskan kepada orang dewasa. Kenapa? Karena kalau orang dewasa tidak mengerti dengan jawaban yang didengarnya, mereka bisa usaha untuk mencari jawaban yang lebih jelas melalui internet dan membaca buku yang berhubungan dengan itu. Tapi untuk seorang anak kecil? Ya, kalau bukan orang tuanya, siapa lagi? Karena itu, seperti yang saya utarakan, menjelaskan sesuatu yang tidak terlihat mata itu lebih susah karena dari satu jawaban yang saya utarakan. itu akan menelorkan 1000 pertanyaan baru, apalagi saya bukan orang yang pintar tentang ilmu agama, dalam arti ilmu agama saya sangatlah cetek sekali, sehingga terkadang membuat saya jadi bingung sendiri.

Dari diskusi teman-teman senpai (senior) dan teman sebaya yang tinggal di Jepang, saya mendapat banyak pencerahan, walaupun beraneka agam jawaban yang saya dengar, saya sangat menghormati dan menghargai setiap penuturan alasan yang mereka kemukakan. Tapi tetap saja, pada akhirnya keputusan bagaimana aturan yang akan kami terapkan terhadap masalah Kyuushoku ini, adalah harus dari pemikiran kami sebagai orang tua dengan melihat kondisi dan kemampuan sang anak.

Ada satu hal yang sangat saya takuti apabila anak saya harus membawa bekal sendiri dari rumah karena tidak memakan kyuushoku dari sekolah. Ya, hal yang menakutkan itu adalah sang anak yang akan terkena IJIME! Ijime atau Bully, adalah suatu perlakuan tidak menyenangkan dengan cara mengolok-olok, menghina dan mencaci maki, bahkan melakukan kekerasan kepada orang yang dianggap berbeda dengan lingkungannya! Berbeda dalam arti apa? segala hal! Hal yang sangat mudah seseorang kena Ijime/bully adalah, anak campuran, anak yang terlalu gemuk atau kurus, pendiam, dan lain-lain. Dalam hal ini, karena anak saya berbeda karena tidak makan lauk yang sama dengan teman-temannya, saya khawatir si sulung akan jadi sasaran empuk untuk menjadi bahan olokan teman-temannya. Dan anak kecil yang baru masuk sekolah tentu masih sangat labil apabila suasana sekolahnya tidak nyaman dan kemungkinan akan berefek kepada kegiatan belajarnya disekolah.

Menyikapi kekhawatiran ini maka saya dan suami berdiskusi dengan guru wali kelas di sekolah, dan akhirnya menghasilkan keputusan yang membuat kami cukup lega, yaitu kalau anak saya diberi kelonggaran untuk tidak memakan lauk yang mengandung butaniku, tentu saja atas pengawasan gurunya, dimana ketika ada seseorang temannya yang menanyakan keadaan si sulung, sang guru akan turun tangan membantu menjelaskan. Jadi, anak saya tetap memakan menu Kyuushoku di sekolah, tapi dengan kesadaran sendiri si sulung selalu menyingkirkan lauk dengan kandungan butaniku, karena itu setiap skejul menu yang saya terima dari sekolah saya juga memberi tanda dengan stabilo agar anak saya bisa aware nantinya, dan saya pun juga akan selalu mengingatkan sebelum ia berangkat sekolah.

Susah dan repot?? Ah, tidak kok. kalau hanya membayangkan saja, sepertinya memang agak sulit untuk diterapkan, tapi sejalan dengan waktu, kita akan terbiasa dengan situasi ini, intinya kita harus juga bisa berkompromi terhadap keadaan yang terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita, dalam arti tidak saklek! Jadinya kita juga tidak stress sendiri, kasihan juga anak-anak kalau selalu ditekan terus, syukurnya seiring dengan waktu juga lambat laun si sulung dan sibungsu sudah sadar dan mengerti tentang hal butaniku disekolah. Dan sampai sekarang sepertinya tidak ada masalah tentang pemilahan daging ini. Yah, saya yakin tidak hanya di Jepang saja ada situasi yang tidak kondusif seperti ini. Di negara manapun pastilah ada masalah kok yang memang harus kita hadapi, walau memang masalah yang muncul itu berbeda beda jenis dan kadarnya. Yang penting bagaimana kita menyikapinya. Jangan lah menganggap sesuatu yang berbeda itu adalah suatu masalah, karena sesulit apapun keadaan yang menimpa kita, saya berkeyakinan pasti ada jalan keluar yang terbaik yang bisa kita pilih.

Note.

Sampai detik ini pun, saya selalu tertarik untuk membaca dan mendengarkan cerita teman-teman yang tinggal di Jepang, bagaimana menyikapi pemilahan butaniku dalam Menu Kyuushoku di sekolah. Semoga ada teman-teman K yang tinggal di Jepang yang berkenan menceritakan pengalamannya disini. Yoroshiku Onegaishimasu.

BUTANIKU (豚肉)  : DAGING BABI

KYUUSHOKU (給食) : MAKAN SIANG DARI SEKOLAH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun