Nanti bulan depan, si sulung harus maju lagi untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat karatenya. Itu berarti saya harus nodong suami untuk mengantarkannya ke tempat ujian karate yang digelar pada hari minggu nanti.
Tidak inginnya saya hadir dalam setiap pertandingan disebabkan karena saya tidak tega melihat si sulung kena pukul atau tendang ketika bertanding. Yang ada nanti saya bisa jejeritan sendiri saking shocknya hihihi
Sukanya si sulung dengan olahraga  karate sebenernya cukup membuat kami sebagai orang tua merasa lega. Kenapa? Karena tidak selamanya kami orang tua bisa mengawasi keadaan si anak yang bisa saja tiba-tiba dihadang oleh bahaya. Oleh karena itu kami berharap semoga si sulung bisa menjaga keselamatan dirinya sendiri.
Olahraga Karate yang berasal dari Jepang ini memang cukup unik. Kanji karate, 空手 apabila dipisah satu-satu menjadi : 空 (kara : kosong) dan 手 (te : tangan), jadi bisa disimpulkan sebagai ilmu beladiri dengan menggunakan tangan kosong. Ya, serangan yang tiba-tiba menyerang, pastilah tidak mungkin kita mencari alat bantu pertahanan, yang paling cepat adalah menggunakan tubuhnya sendiri sebagai senjata pertahanan.
Awalnya kami mengenalkan ilmu beladiri Karate kepada si sulung ini, sebenarnya ada dua alasan, yaitu : si sulung yang mempunyai sifat pemalu dan alasan kedua adalah kami sebagai orang tua khawatir anak kami akan dibully oleh teman-teman sekolahnya karena sifat pemalunya itu.
Ya, karena saya pernah dengar dari seorang teman kalau anak laki-lakinya pernah dibully oleh teman-temen sekelasnya, dan ibunya sama sekali tidak tahu! Sadarnya adalah ketika ibunya melihat ada lebam dikaki anaknya karena bekas tendangan teman-temannya, yang tidak pernah diketahuinya oleh orang tuanya karena sang anak yang selalu menggunakan celana panjang.
Kasihan ya, mungkin sang anak begitu tertekan tapi tidak berani juga bilang ke orang tuanya. Lalu setelah sang ibu meminta pendapat dari teman-teman Jepangnya, dan salah satu saran yang diberikan adalah dengan mencoba memasukannya ke latihan ilmu beladiri, yaitu dengan maksud agar tumbuh kepercayaan dirinya dan akhirnya berani untuk mempertahankan dirinya apabila terjepit dalam situasi yang membahayakan.
Si sulung  mulai mengikuti karate ketika berumur 6 tahun bersamaan dengan masuknya dia ke Sekolah Dasar. Dan pada akhirnya terlihat sangat menyukai olah raga ini, bahkan begitu semangat apabila setiap 6 bulan pelatihnya memberinya surat kalau dia berhak ikut ujian kenaikan tingkat.
Ketika saya tanya si sulung, kenapa kok suka banget sama karate?? Jawaban yang bikin saya terkejut adalah : "omoshiroii kara!" (Karena menarik!) hehehe ya syukurlah dia belajar sesuatu karena dasarnya memang suka. Karena begitu sukanya dengan olahraga ini, sering ia berlatih dengan temannya di apartemen yang kebetulan juga berlatih judo. Dan lambat laun sifat pemalunya semakin berkurang dan terlihat menjadi begitu percaya diri untuk bergabung bermain bersama teman-teman sebayanya.
Dan saya yakin karena olahraga Karate itulah maka kepercayaan dirinya sedikit demi sedikit tumbuh. Kalau melihat perkembangan si sulung dari awal ketika masih sabuk putih polos, lalu ke sabuk oranye, lalu ganti menjadi oranye strip silver dan kemudian (apabila lulus nanti) menjadi sabuk biru, sungguh suatu proses perkembangan jiwa dan pribadi yang sangat menakjubkan. Kenapa? Karena si sulung banyak belajar tentang ketegaran dalam menghadapi kekalahan pada suatu pertandingan. Walau memang kadang terlihat raut muka kesal, sedih bahkan marah ketika kalah, tapi sejalan dengan waktu si sulung bisa mengontrol semua kekecewaan itu, agar cepat bangkit dan harus "ganbaru" (semangat) lagi agar bisa lolos dan lulus sampai berhasil.
Yah, ternyata bukan hanya kepercayaan diri saja yang tumbuh dalam dirinya, tapi selain itu ada banyak keuntungan lain seperti adanya keberanian membela diri apabila dalam bahaya, disiplin terhadap waktu, loyalitas terhadap institusi/organisasi, hormat terhadap para senpai (pelatih), kewajiban moral untuk memberi contoh baik kepada kohai (adik tingkat bawah), serta seringnya latihan membuat badannya terlihat segar dan kuat.
Dan menurut si sulung, ada satu pesan yang selalu disampaikan oleh senpai-nya (kakak pelatih) setiap akhir latihan, yaitu: "teknik yang diajarkan hanya boleh dikeluarkan untuk menjaga diri bukan untuk menyakiti."
Salam Hangat, wk
Image : www.senbukai.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H