[caption id="attachment_318509" align="aligncenter" width="600" caption="Garam Penangkal Bala "][/caption]
"Ma, chotto matte!" Kore tte nani??" (Ma, tunggu sebentar! Ini apa sih??), saya pun menoleh kebelakang dan melihat si sulung sedang jongkok sambil tangannya menunjuk kepada dua gundukan "pasir putih" menyerupai bentuk gunung yang ditaruh di depan pintu sebuah warung ramen di pinggir jalan.
Ya, suatu pemandangan yang terkadang saya temui ketika melewati toko bahkan rumah di Jepang. Sambil menyusuri jalan pulang, saya pun memberitahu si sulung kalau gundukan pasir yang baru saja dilihatnya itu adalah gundukan garam, yang disebut juga dengan Okiyome Shio (おきよめ塩).
Okiyome Shio yang berarti Garam penangkal/penolak bala yang berfungsi untuk membersihkan dan menyucikan agar tidak terkena pengaruh buruk dari luar.
Jadi sangat tidak aneh kalau di depan rumah Jepang kadang terlihat ada garam berbentuk gunung dalam piring kecil yang ditaruh di depan rumah atau warung makan. Kenapa? Ya, tidak lain dan tidak bukan agar kesialan dan ketidakberuntungan tidak bisa masuk kedalam rumah atau warung/toko tersebut.
Melihat kejadian ini, saya jadi teringat ketika beberapa waktu yang lalu saat suami saya pulang dari melayat, sebelum sampai rumah, dia menelfon saya untuk meletakkan sedikit garam di piring kecil yang diletakkan di depan pintu masuk rumah.
Dan ternyata, sebelum masuk rumah, garam itu ditaburkan di badannya (suami) dengan maksud agar pengaruh-pengaruh negatif/buruk yang menempel pada dirinya tidak terbawa sampai kedalam rumah. Ya, garam sebagai okiyome yang berarti untuk "membersihkan" dan "mensucikan" diri.
Berbicara tentang "membersihkan dan mensucikan" ini pikiran saya melayang kepada acara olahraga tradisional Jepang, yaitu pertandingan sumo yang pernah saya lihat dilayar TV. Biasanya sebelum memulai pertandingan arena sumo itu akan ditaburkan oleh garam, diciprat ciprat disekeliling arena pertandingan. Bahkan sebelum "duel" pun dua petarung sumo ini terlebih dahulu menyebarkan garam dengan menyipratkannya ke arena bahkan ke tubuhnya sendiri. Acara ritual ini tentu saja dengan maksud agar mereka terhindar dari malapetaka serta kesialan yang datang dari luar.
Kalau dipikir pikir kok sama ya dengan di Indonesia, kalau garam itu bisa berfungsi sebagai tolak bala. Karena saya pernah dengar, garam yang disebar disekeliling rumah katanya, bisa juga sebagai penangkal pengaruh jahat yang sifatnya kasat mata. Yah, wallahualam. Kalau garam yang ditabur di sekeliling rumah agar tidak dimasuki lintah, saya percaya banget, karena waktu kecil saya pernah menabur garam pada tubuh lintah yang menempel pada dinding sumur hiiyy membayangkan lintah yang menggeliat lalu mati itu jijik bangett!
Lalu untuk kasus "membersihkan diri" setelah pergi melayat? Kalau menurut saya, ada sedikit perbedaan Indonesia dengan Jepang, bedanya adalah kalau di Indonesia kita disarankan mandi, cuci muka, tangan dan kaki atau berwudhu, mengguyur anggota badan dengan air bersih. Sedangkan di Jepang seperti yang tertulis diatas, yaitu dengan "mengguyur" badan dengan garam. Tapi tetap saja semua cara yang dipakai kedua negara ini mempunyai maksud yang sama, yaitu "membersihkan" serta "mensucikan" diri dari hal-hal yang negatif, mencegah dan mengusir bala/pengaruh buruk dari luar.
Tapi tolong hati-hati yaa ketika ingin menyebar garam, awaas jangan sampai ketuker sama gulaaa, gawatt kalau sampai taburin gula pasir di halaman rumah, bisa-bisa rumahnya nanti digotong atau dikeroyok sama semuutt hehehe :) :)