Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Inilah yang Paling Susah Dicari di Jepang

5 Juni 2014   20:16 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:11 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14019399781754994964

[caption id="attachment_327509" align="aligncenter" width="579" caption="Tukang Jahit dalam Mall"][/caption]

Jepang..ah image saya adalah negara maju yang segalanya ada dan mudah di dapat. Tidak usah berbicara teknologi deh, kalau soal ini saya suka minjem jempol tetangga karena saking canggihnya, dimana orang Jepang yang suka bereksperimen sehingga selalu bisa menghasilkan suatu inovasi yang berguna bagi kepentingan orang banyak. Kalau mau lihat contoh inovasi Jepang yang murah meriah,  coba deh jalan-jalan ke Daiso, itu tuh toko seratus yen, yang dalemnya bisa dikatakan toko serba ada. Dari alat pertukangan, alat tulis, kebutuhan dapur, kosmetik, dan lain sebagainya. Kadang saya suka menghabiskan berjam-jam hanya buat lihat alat-alat dapur yang lucu dan menarik serta unik fungsinya.  Kalau sudah tidak sadar begini, bisa dipastikan keranjang saya pun bukan hanya 1-2 barang saja yang nyemplung di keranjang, tapi bisa sampai 10! waakkss..

Ya, Jepang adalah negara sagala aya/serba ada. Sampai suatu ketika saya dihadapkan pada situasi yang sebenernya bukan suatu masalah yang sulit kalau saja saya ada di Indonesia.  Apa itu?  Yaitu saat saya mencari Tukang foto kopi dan tukang Fax. Duh sempet pusing carinya, karena saat itu ada satu urusan yang mengharuskan saya harus mengkopi dan mengirim surat itu melalui mesin Fax. Menyusuri jalan sambil mengamati toko-toko dengan berharap ada tulisan, Menerima Foto Copy perlembar xxx yen atau Menerima pengiriman Fax perlembar xxx yen. Tapi susahnya minta ampun, setelah usut punya usut kenapa susah banget cari tukang fotokopi dan tukang fax disini,  ternyata rumah-rumah di jepang itu biasanya sudah ada mesin fotokopi yang satu set dengan printer atau mesin Fax yang satu set dengan telefon. Koalah! jadi gimana ceritanya dong yang gak punya kayak saya ? Tenanggg...setelah gempor ngukur jalan hanya cari tukang fotokopi akhirnya nyerah deh, ntar malem coba tanya suami. Ehh tahu nggak, ternyata kalau mau foto kopi dan fax itu bisa dilakukan di konbini (convinient store) kayak, lawson, family mart, seven eleven, dan sebagainya. Doohh coba tanya dari jaman baheulaaa...gak sampe pegel betis begini ya! Apalagi cari konbini di Jepang kan kayak cari warung rokok di Jakarta, gampang banget karena ada dimana mana.

Ya sudah yuk kita ke konbini, jangan kaget ya kalau kita cuma dijogrokin sama mesinnya doang wkwkwk trus siapa yang ngerjain?? ya tangan kita sendiri! hehehe Jadi, ya jangan manja! Mau foto kopi, nah tinggal datengin mesin fotokopi dan fax ukuran besar yang ada di pojok, biasanya dekat pintu masuk toko. Pertama masukkin koin, lalu ikutin deh petunjuknya, kayanya ada juga yang pakai bahasa inggris kok, jadi gak perlu bingung. Begitupula kalau mau fax, tinggal ikutin petunjuknya. Ya, lakukan sendiri, self service! Tapi kalau mbak/mas penjaganya lagi gak sibuk, boleh kok teriak minta tolong, daripada kita malah rusakin mesinnya wkwkwkw

Itulah resikonya hidup di negara maju, segala hal yang menggunakan tenaga manusia itu bener bener bernilai tinggi, lebih murah memakai mesin. Lihat aja tuh tempat jual minum, vending machine di jepang, saya yakin banget mesin otomatis di sini paling banyak ada di dunia. Belum lagi gasoline stand, biasanya lebih murah harga bensinnya kalau kita cari yang self service daripada yang ada mas/mbak yang bantuin kita isiin bensin. Pokonya yang pakai tenaga manusia lebih dihargai dan bernilai daripada yang hanya digerakan oleh mesin. Iyalah, tenaga kerja di jepang dibayar mahal loh, lihat deh itu yang kerja part time di supermarket perjamnya, bisa 900-1100 yen per jam. ( kurleb 90ribu-110rb rupiah/jam). Jadi jangan main-main kalau untuk upah minimum di sini untuk pegawai, alhamdulillah bisa sejahtera kok walau bukan sebagai permanent employee sekalipun.

Jadi kalau kita makan di restoran itu banyak loh pegawai yang multifungsi, satu pelayan bisa banyak tugas, ya jadi kasir, pelayan pelanggan, tukang cuci atau yang bersih-bersih. Tenaga manusia mahal! Ya, disini terasa banget suasana seperti itu. dan ada satu kejadian yang menurut saya cukup unik. Yaitu saat saya kesulitan mencari tukang jahit baju atau reparasi baju! nah, ini bukan saya saja yang puyeeng tapi temen-temen Jepang saya pun pusing dan malahan tanya ke saya (duilee tebolak!). Pernah kejadian retsleting celana kerja suami saya rusak, dan meminta tolong untuk diperbaiki secepatnya. Lah, karena saya gak punya mesin jahit dan apalagi saya gak bisa jahit pulak, akhirnya coba ngukur jalan lagi kali ini cari tukang jahit sambil ngonthel sepeda, dan hasilnya NIHIL! Deuhh gemes! Akhirnya tanya tetangga, eeh malah mereka juga curhat kalau celana kerja suaminya pun bagian belahan pantat jahitannya lepas, dan katanya sudah sebulan belum diperbaiki, karena nggak  tahu tempat FUKU NAOSHI (permak baju). Huwaaa kali  ini bener-bener puyeng, karena gak mungkin nih ada permak baju di convinient stores trus mesinnya yang ngejahit sendiri. kali ini nyerah deh, harus tenaga manusia dan saya yakin banget carinya susaaaah!

Akhirnya bareng suami cari di internet, ya internet! wkwkwkwkw gila ya cari tukang jahit sampe browsing internet. Ngubek-ngubek, dan ternyata ada, gak jauh dari rumah saya, dan lucunya letaknya itu ada di dalam mall. Lalu saya pun mendatanginya sambil membawa celana suami yang rusak. Disambut oleh ibu penjahitnya, setelah saya jelaskan yang mana yang rusak, dan oleh si ibu di cek sana sini, dan ia mengatakan kalau baru bisa diambil lagi celananya 2 minggu kemudian, duh lamaa bangedd ya. Ya, mungkin banyak orderan tapi yang mengerjakan sedikit, saya lihat hanya 2 orang ibu yang sedang menjahit baju saat itu. ya sudahlah apa boleh buat, yang penting beres. baru saja selesai saya bilang OK, ibu jahit memberi saya kuitansi dengan total harga di bawahnya. Sambil ngucek ngucek mata, dan serasa kok jadi burem nih soft lens, saya coba jelasin lagi, beneran tertera biaya membenarkan retsleting celana itu hampir 3500 yen!! (350ribu rupiah). Ini gak salah  ya?! tapi keingetan suami yang bawel nagih-nagih mulu celananya, akhirnya saya confirmed dengan harga itu.

Mikir selama jalan pulang dari mall itu, yang bener nih...gak salah nihh..duh mahal banget sih, kalau di Indonesia bisa dapet baju satu biji tuh! Nah dari situ baru deh saya sadar dan sangat respect dengan orang-orang yang mempunyai skill, keahlian menjahit, menyulam, melukis, menyanyi, dan lain sebagainya. Menyadari kita memang masih tetap membutuhkan tenaga seseorang untuk melakukan sesuatu kerjaan yang kita tidak bisa kerjakan sendiri. Apalagi karena keahliannya itu hasil dari belajar, ya memang harusnya dinilai dengan harga tinggi, toh mereka yang punya skill itu bukan dalam waktu singkat dan tidak dengan biaya yang sedikit, sampai akhirnya pada tahap menjadi tenaga kerja yang profesional. Yah, benkyou ni narimashita. Melihat fenomena ini saya pun menjadi belajar banyak.

Salam hangat, wk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun