Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Trik Licik Money Changer Abal-abal di Bali!

21 Agustus 2014   06:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:59 5026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan aneh tapi nyatanya hitungan saya dengan hitungan yang tertulis di kuitansi kok bedaaaa banget! Sampe saya pinjem kalkultor si bapak money changer, dan di depan dia langsung saya hitung dan menunjukkan hasilnya sama dia, dan tahu nggak, si bapak seperti tersenyum sinis, mengatakan, “Itu rate belum termasuk komisi saya dong bu!” Duh jengkelnya setengah mati, sambil merepet kaya petasan cabe rawit saya ngomel, “Ya mbok dicantumin dong Pak di depan, kalau rate itu untuk komisi juga, kalau gini kan saya jadi merasa tertipu, karena kalau dihitung-hitung kok malah lebih rendah dari yang rate biasa sih!” dan dari jengkel berubah jadi dongkool banget karena si bapak dengan cueknya ngeloyor ke depan toko sambil main game di hp-nya setelah saya bilang gak jadi untuk menukarkan uang di sini dan buru-buru ngegeret anak-anak saya masuk ke taksi.

Dalam taksi nggregetnya sudah sampe ke ubun-ubun, tega banget sih tuh orang usaha tapi kok caranya culas gitu! Dasar emak-emak gak lihat sikon, langsung deh curhat sama pak supir taksi tentang kejadian tadi. Dan ternyata kejadian yang saya alami itu bukanlah hal yang aneh lagi! Ya, bisa dikatakan di Bali banyak money changer liar yang culas! Ih serem ya, dari keterangan si bapak supir, sudah beribu-ribu kasus tentang kecurangan yang dilakukan para money changer liar yang telah menipu para turis yang sedang berlibur ke bali. Dan kejadian inilah yang merusak image keindahan Pulau Dewata yang sudah kesohor ke seantero dunia.

1408550756712661465
1408550756712661465

Dari hasil curhat dengan bapak supir taksi itu, maka tercenganglah saya mendengar penuturan tentang kenakalan para money changer liar ini, adalah sebagai berikut:

  1. Saat kita menukarkan uang janganlah terbuai dengan tulisan di papan yang mencatumkan rate yang `luar biasa` karena ternyata itu hanya tipuan merek untuk menarik perhatian saja. Ketika kita sudah masuk perangkap, maka rate `luar biasa` itu akan terlihat menjadi rate yang sangat `mengenaskan` karena banyak potongan tak terduga dari rule yang ditetapkan sendiri oleh si money changer itu!
  2. Ketika menghitung jumlah uang, coba periksa lagi keakuratannya, jangan percaya begitu saja dari omongan atau tulisan yang tertera di kuitansi yang langsung disodorkan oleh money changer itu. Kalau ada perbedaaan, minta perincian secara details, karena ada money changer yang minta komisi dan ada yang tidak pakai komisi. Biasanya authorized money changer itu tidak pernah ada komisi-komisian (tapi hati-hati authorized atau licensed money changer juga ada yang palsu!) yang terpampang ya itu rate yang sesungguhnya. Untuk money changer liar atau abal-abal kadang suka menipu menetapkan rate tinggi padahal rate itu termasuk dengan komisinya, gaya trik seperti ini sudah lazim di Bali, jadi waspada waspada!
  3. Nah, trik licik bin culas yang bikin saya gemas dengernya adalah nilep uang customer-nya! Lah gimana bisa? Yaitu, saat kita selesai transaksi lalu mengecek dengan menghitung uangnya lagi, setelah pas jumlahnya, maka sang money changer licik itu akan pura-pura berbaik hati untuk meminta uang yang sudah dihitung pas tadi untuk dimasukkan ke dalam amplop. Nah saat kita lengahlah, maka uang yang katanya mau dimasukkan ke dalam amplop itu akan ditilep dengan menjatuhkan beberapa lembar uang itu ke bawah. Dan customer baru tersadar kalau uang itu kurang setelah sampai di hotel. Ngenesnya, ketika para turis ini balik lagi dan protes, para money changer yang culas ini akan berbalik ngotot kalau mereka tidak salah karena uang tadi dihitung bersama-sama. Jadi saran dari pak supir taksi, habis hitung uang langsung masukin dompet atau tas aja dan buru-buru keluar dari tempat itu, karena kita nggak tahu apa yang akan terjadi kalau trik culas mereka itu tidak mempan oleh customernya.
  4. Dan yang terakhir, pernah ada kasus beberapa turis yang ngotot dan gak terima kalau mereka ditipu, tapi ternyata lebih galakan si money changer yang culas itu daripada turis yang tertipunya. Malah kadang sempat mengundang bahaya karena turis tersebut ada yang dipukul atau dimarahi dengan kata-kata yang kotor, jadi sebaiknya kalau merasa tertipu langsung datengin saja polisi setempat untuk diperiksa lebih lanjut. So far, katanya sih para money changer culas ini masih takut sama polisi kok, fiuh syukurlah.

Makanya saya kapok sekapok-kapoknya deh, mudah-mudahan jadi pengalaman pertama sekaligus terakhir berurusan sama money changer abal-abal macam gini walau keadaan sedarurat apa pun, ya mbok ya sabar sampai menemukan money changer yang jelas dan terdaftar, biasanya sih kalau yang `bener` money changer-nya, itu tempatnya berupa kantor, bukannya numpang pada sebuah toko atau lapak di pinggir jalan yang hanya diisi dengan meja dan kursi dan bermodal pada papan yang tulisan rate-nya pun pake spidol yang mudah dihapus pulak!

Jadi yuk ah, jangan buat liburan di bali kita jadi tidak menyenangkan hanya karena berhubungan sama makhluk-makhluk yang tak bertanggung jawab ini. Mudah-mudahan pemerintah daerah Bali bisa cepat menangani masalah money changer liar yang ternyata kerap menipu dan merugikan para wisatawan asing dan juga jangan sampai dong image Bali tercoreng hanya karena masalah tipu-tipuan yang katanya setiap saat ada aja tuh korban yang jatuh terjebak dan tertipu.

salam hangat, wk

image http://www.nomad4ever.com/2007/09/24/never-trust-a-money-changer/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun