Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Korupsi, Dasar Kuat Negara Menjadi Labil

1 Oktober 2014   14:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:50 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_345273" align="aligncenter" width="521" caption="Image :http://smp.labschool.upi.edu/2012/10/1-oktober-hari-kesaktian-pancasila/"][/caption]

Tadi malam saya lihat acara berita politik di TV Jepang yang kembali mengisahkan tentang seorang anggota parlemen yang nyeleneh dengan menyelewengkan uang negara hampir kurang lebih 16 juta yen (almost 2 milyar rph). Kasus ini bergulir sekitar bulan Juli kemarin ini, tapi believe it or not, masih di ungkit tak kunjung selesai bahkan semakin dijembreng tuh keboborkan si wakil rakyat yang ngenes memalukan ini. Memalukan? Pakek banget! Berita yang kalau dihitung bisa kali itu 100 kali di ulang di TV dari berbagai channel, saat ia menangis meraung-raung meyakinkan para wartawan dengan jawabannya yang sangat emosional dan keluar dari nalar, ketika ditanya oleh wartawan saat jumpa pers, yang secara langsung disiarkan live dan ditonton oleh seluruh masyarakat di Jepang.

Delalahnya apa sih sampai anggota parlemen ini digelandang rame-rame untuk memberikan penjelasan kepada khalayak ramai kalau dirinya itu bersih dan tidak melakukan korupsi? Ternyata pemerintah sudah mengendus dan mencium gelagat tidak baik dimana anggota parlemen ini memalsukan data, berbohong bahkan menggunakan uang negara bukan pada tempatnya! Dan masalah yang bisa dibilang super klise kalau saja kasus ini ditaruh di Indonesia.

Kaget juga secara tiba-tiba suami mematikan TV dan bergumam sendiri kalau berita yang baru saja dilihatnya itu bikin malu dan gila banget karena berani-beranian dia nyeleneh dan tak tahu diri karena sampai mengorupsi uang rakyat, gimana coba perasaan rakyat Hyogo yang milih dia karena kebetulan memang anggota parlemen ini tidak bernaung dalam suatu partai tapi usung nama sendiri. Lah justru malah lebih ke personal dong saat masyarakat Hyogo ketika menulis nama wakil rakyat ini saat senkyou (pemilu) dulu, sebelum akhirnya ini orang duduk di bangku singgasana jadi salah satu anggota parlemen. Tidak beradab! Kata suami mengakhiri ngedumel-nya, saya saat saya coba tanya, anggota dewan yang nyeleneh ini masuk dalam partai apa.

Kata “Tidak beradab!” terus terngiang dalam kepala saya. Hmm.. dulu kok kayak familiar sekali dengan kata-kata itu, dimana ya?? Ya, baru ingat! Adil dan beradab! Lebih panjangnya lagi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab! Salah satu asas hidup yang terpatri menjadi salah satu sila dari pancasila, pedoman hidup bangsa indonesia.

Berbicara tentang adil di Indonesia, sudah merata kah pembangunan di Indonesia? Sudah adil kah kehidupan pendidikan, kesehatan, perekonomian, politik berbangsa dan bernegara kita ini?? Kata adil yang berdempet erat dengan kata sama rata ini, kadang masih tampak terlihat samar-samar saat saya lihat, berita di media kalau masih banyak anak-anak yang semangat pergi sekolah tapi gedung sekolahnya tidak layak untuk di masuki, ya genteng bocor, kursi meja reyot, bahkan kekurangan guru pengajar! Begitu mirisnya saya ketika mengetahui banyak gedung sekolah yang keadaanya sangat memprihatinkan, dan saat saya membaca berita itu masuklah pesan pendek di hp saya ternyata dari suami yang mengabarkan berita sedih juga dengan beda versi kesedihannya, yaitu kalau gedung SD dan SMP nya dulu tempat iya belajar, akan dirobohkan dengan alasan karena kekurangan muridnya!!

Ya, sudah jadi rahasia dunia, dimana pemerintah jepang selalu mengkoar koarkan kalau negaranya ada pada tanda bahaya kalau sudah berkaitan tentang laju pertumbuhan penduduk yang semakin menyusut, kalau dianalogikan adalah dengan gambar segitiga terbalik. Intinya imbauan pemerintah jepang ini adalah, ayo dong pada menikah, punya banyak anak, karena negara bisa kuat dan kokoh kalau ditopang dengan jumlah penduduk yang banyak, sebagai salah satu unsur negara bisa dikatakan ajeg! Ternyata ya pikiran saya meleset, kalau kecanggihan teknologi dan kemapanan ekonomi bukan satu-satunya unsur kalau negara bisa dapat berlangsung lama kestabilannya.

Melihat masalah jepang yang sudah dibilang kritis ini, dimana generasi muda semakin malas menikah apalagi punya anak yang alasannya cukup dimasuk akal, punya anak repot, gak bebas dan perlu tanggung jawab penuh. Kenapa sih di Jepang terlalu berlebihan sekali untuk urusan menikah dan memiliki anak?? tak lain dan tak bukan karena memang budayanya disini dimana saat seorang wanita masuk kedalam pernikahan, maka ia harus melepas atribut sebagai seorang wanita karir untuk menjadi ibu rumah tangga yang mengabdikan hidupnya untuk mengurus suami dan anak-anaknya sampai besar. Tapi Jepang bisa fair kok, para ibu rumah tangga bisa dengan mudah loh mendapatkan pekerjaan sampingan tanpa pernah saya dengar adanya dikriminasi yang kerja part time itu harus yang single cakep cakep biar narik customer hahaha fiuhh

Bicara tentang keadilan di Jepang, saya merasa pemerintah sudah sangat bagus membagi `keadilan` dengan terus mensejahterakan masyarakatnya. Coba yuk kita lihat dalam bidang pendidikan saja, itu bisa dikatakan ZERO YEN ya bener-bener gak bayar, alias sekolah gratis 9 tahun, SD sampai SMP, kecuali uang lunch yang harus kita bayar biar anak-anak pada gak kelaparan dan konsen dong belajarnya. Makan siang rame-rame dengan lauk pauk yang sama rata dan adil dan kemudian disantap bareng-bareng di dalam kelas. Pendidikan di Jepang kalau saya dengar dari cerita suami yang suka menceritakan jaman waktu dia SD jaman baheulanya itu dicompare dengan situasi SD anak saya sekarang ini, kayaknya tidak mengalami banyak perubahan. Kok bisa gitu? Gak usah susah susah mikir, itu karena pemerintah Jepang selalu memikirkan secara dalam dan tidak main-main, merumuskan kurikulum bukan jangka pendeknya saja , tapi jauh kedepan dengan harapan kalau nantinya kebijakannya itu bisa everlasting dan accepatable di segala masa. Dan itu bisa saya rasakan dengan jelas.

Melihat banyak masalah yang ada di tanah air, khususnya bidang pendidikan yang harusnya mendapat perhatian dan sorotan tajam dari pemerintah kita, membuat saya membathin prihatin dan menjadi makin merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa.

Melihat dua suasana (Indonesia dan Jepang), baik itu dari berbagai macam kejadian dan peristiwa yang ada , misalnya saja ketika banyak teman-teman yang kesal karena anak-anak mereka merasa bingung dan susah saat harus mengikuti kurikulum yang baru yang otomatis buku panduanpun katanya akan berubah, tata cara masuk dalam suatu sekolah, ada yang merasa ini tidak adil dan tidak puas sehingga keluhan dalam bidang pendidikan bukan sesuatu hal yang luar biasa lagi di tanah air.

Dulu mertua saya pernah cerita, kalau Jepang setelah mengalami kekalahan saat Perang Dunia kedua, itu adalah era paling mengenaskan, dan saya jadi maklum kalau bapak mertua saya sangat menyukai buah pisang karena katanya rasanya yang manis, kenapa?? itu juga menjadi suatu trauma yang tidak disadarinya. Menurut ceritanya, saat jepang terpuruk, begitu susah dan sengsaranya warga jepang untik mendapatkan makanan, dan begitu langka dan tidak mungkinnya warga untuk menikmati penganan seperti kue dan buah-buahan, wong untuk makanan sebagai pengisi tenaga biar tetep hidup aja susah, apalagi mikir makanan yang bersifat `sampingan` atau bisa dikatakan dessert itu, katanya.

Jepang pernah terpuruk, apalagi saat amerika yang katanya begitu memonopoli semua aspek kehidupan di Jepang. Kebetulan belum lama ini saya pernah lihat film tentang berjayanya perusahaan Toyota di Aichi Prefecture. Di film itu digambarkan bagaimana pimpinan perusahaan begitu nelongso ketika amerika mengatakan NO LOCAL PRODUCT, yang berarti kendaraan pun semuanya harus di impor dari Amerika, sedih dan ngenes saya lihatnya. Tapi rasa kasihan berubah menjadi rasa takjub ketika para pemimpin Toyota ini pantang menyerah, walau keluar masuk bank-bank lokal untuk meminta bantuan pinjaman agar perusahaannya tetap hidup dan bisa produksi lagi, membuat saya begitu trenyuh! Tapi dibalik itu terlihat semangat untuk tidak putus asa.

Dan pada akhirnya lewat kegigihan untuk meminta bantuan dari mana-mana, bukan saja hanya bermisi untuk tetep melangsungkan kehidupan perusahaannya tapi juga bangsa Jepang merasa belongingness terhadap negaranya kuat sekali, seakan lewat bisikan hatinya terdengr, saya bangga akan produk bangsa sendiri, moto itu begitu kuat sampai sekarang bisa saya rasakan jelas dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat film yang penuh inspirasi itu, bagaimana kegigihan mereka bangkit dari keterpurukan dan itu semunya berkat sifat orang sini yang suka belajar. Belajar dan menyerap ilmu dari negara maju, untuk dipelajari dan kemudian mencoba membuatnya untuk kemudian dipakainya sendiri. Tentunya sudah tidak asing mendengar dan melihat kejayaan Honda, Toyota, Suzuki yang makin merajai pasar dunia. Dan saya tidak heran itu bisa terjadi karena dibalik itu semua ada nilai besar yang harus mereka bayar.

Lalu bagaimana dengan negara ku sendiri? Saya cinta sekali dengan Indonesia. Dan makin tebal rasa patriotik saya terhadap tanah air sendiri saat saya menetap di sini. Saya baru sadar kalau Indonesia itu heaven! Ya, surga. Coba lihat kekayaan alam yang melimpah ruah. Indonesia bisa berdiri sendiri kok dalam arti tak perlu tergantung dengan pengimporan barang-barang konsumsi rumah tangga sehari-hari. Hasil alam jadi produk lokal yang dikonsumsi oleh masayarakat lokal untuk dipakai menunjang kehidupannya, bisa ? Gak bisa? Tidak mungkin? Yah lihat saja kenyataanya, negara kita masih berjuang mati-matian dengan kata adil dan merata. Bangsa kita masih harus membobardir pejabat-pejabat yang rakus akan tahta dan kuasa daripada niat tulus untuk memajukan Indonesia agar cepat bangkit dan bergerak maju. Menyelewengkan tanggung jawab untuk mengeruk kekayaan demi kepentingan pribadinya, mereka tak tahu malu dan ya mereka orang-orang tidak beradab. Dan, saya pun pada akhirnya sepakat dengan suami, tidak mengenal itu di negara manapun, para koruptor, si orang-orang tidak berdab ini memang sepatutnya harus segera ditumpas dan dibersihkan karena bisa merusak dan membuat negara kita menjadi labil dan hanya jalan ditempat. Maju terus pantang mundur Indonesiaku tercinta. Walau masih banyak masalah yang harus dihadapi dan entah kapan akan selesai, kita masih percaya akan kesaktian dan keampuhan lima sila dalam pancasila yang terus dan semakin kencang bergaung di seantero nusantara Indonesia. Tumpas korupsi sampai ke akar-akarnya demi menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersih.

Selamat hari kesaktian Pancasila buat seluruh bangsa Indonesia di Tanah air tercinta, saya taruh harapan penuh kepadamu untuk tetap kukuh berdiri tegak dan terus mengkoar-koarkan pedoman hidup kita ini dengan tanpa letih dan putus asa, menuju kehidupan yang lebih baik dari sekarang.

Salam hangat, wk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun