Dulu mertua saya pernah cerita, kalau Jepang setelah mengalami kekalahan saat Perang Dunia kedua, itu adalah era paling mengenaskan, dan saya jadi maklum kalau bapak mertua saya sangat menyukai buah pisang karena katanya rasanya yang manis, kenapa?? itu juga menjadi suatu trauma yang tidak disadarinya. Menurut ceritanya, saat jepang terpuruk, begitu susah dan sengsaranya warga jepang untik mendapatkan makanan, dan begitu langka dan tidak mungkinnya warga untuk menikmati penganan seperti kue dan buah-buahan, wong untuk makanan sebagai pengisi tenaga biar tetep hidup aja susah, apalagi mikir makanan yang bersifat `sampingan` atau bisa dikatakan dessert itu, katanya.
Jepang pernah terpuruk, apalagi saat amerika yang katanya begitu memonopoli semua aspek kehidupan di Jepang. Kebetulan belum lama ini saya pernah lihat film tentang berjayanya perusahaan Toyota di Aichi Prefecture. Di film itu digambarkan bagaimana pimpinan perusahaan begitu nelongso ketika amerika mengatakan NO LOCAL PRODUCT, yang berarti kendaraan pun semuanya harus di impor dari Amerika, sedih dan ngenes saya lihatnya. Tapi rasa kasihan berubah menjadi rasa takjub ketika para pemimpin Toyota ini pantang menyerah, walau keluar masuk bank-bank lokal untuk meminta bantuan pinjaman agar perusahaannya tetap hidup dan bisa produksi lagi, membuat saya begitu trenyuh! Tapi dibalik itu terlihat semangat untuk tidak putus asa.
Dan pada akhirnya lewat kegigihan untuk meminta bantuan dari mana-mana, bukan saja hanya bermisi untuk tetep melangsungkan kehidupan perusahaannya tapi juga bangsa Jepang merasa belongingness terhadap negaranya kuat sekali, seakan lewat bisikan hatinya terdengr, saya bangga akan produk bangsa sendiri, moto itu begitu kuat sampai sekarang bisa saya rasakan jelas dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat film yang penuh inspirasi itu, bagaimana kegigihan mereka bangkit dari keterpurukan dan itu semunya berkat sifat orang sini yang suka belajar. Belajar dan menyerap ilmu dari negara maju, untuk dipelajari dan kemudian mencoba membuatnya untuk kemudian dipakainya sendiri. Tentunya sudah tidak asing mendengar dan melihat kejayaan Honda, Toyota, Suzuki yang makin merajai pasar dunia. Dan saya tidak heran itu bisa terjadi karena dibalik itu semua ada nilai besar yang harus mereka bayar.
Lalu bagaimana dengan negara ku sendiri? Saya cinta sekali dengan Indonesia. Dan makin tebal rasa patriotik saya terhadap tanah air sendiri saat saya menetap di sini. Saya baru sadar kalau Indonesia itu heaven! Ya, surga. Coba lihat kekayaan alam yang melimpah ruah. Indonesia bisa berdiri sendiri kok dalam arti tak perlu tergantung dengan pengimporan barang-barang konsumsi rumah tangga sehari-hari. Hasil alam jadi produk lokal yang dikonsumsi oleh masayarakat lokal untuk dipakai menunjang kehidupannya, bisa ? Gak bisa? Tidak mungkin? Yah lihat saja kenyataanya, negara kita masih berjuang mati-matian dengan kata adil dan merata. Bangsa kita masih harus membobardir pejabat-pejabat yang rakus akan tahta dan kuasa daripada niat tulus untuk memajukan Indonesia agar cepat bangkit dan bergerak maju. Menyelewengkan tanggung jawab untuk mengeruk kekayaan demi kepentingan pribadinya, mereka tak tahu malu dan ya mereka orang-orang tidak beradab. Dan, saya pun pada akhirnya sepakat dengan suami, tidak mengenal itu di negara manapun, para koruptor, si orang-orang tidak berdab ini memang sepatutnya harus segera ditumpas dan dibersihkan karena bisa merusak dan membuat negara kita menjadi labil dan hanya jalan ditempat. Maju terus pantang mundur Indonesiaku tercinta. Walau masih banyak masalah yang harus dihadapi dan entah kapan akan selesai, kita masih percaya akan kesaktian dan keampuhan lima sila dalam pancasila yang terus dan semakin kencang bergaung di seantero nusantara Indonesia. Tumpas korupsi sampai ke akar-akarnya demi menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang bersih.
Selamat hari kesaktian Pancasila buat seluruh bangsa Indonesia di Tanah air tercinta, saya taruh harapan penuh kepadamu untuk tetap kukuh berdiri tegak dan terus mengkoar-koarkan pedoman hidup kita ini dengan tanpa letih dan putus asa, menuju kehidupan yang lebih baik dari sekarang.
Salam hangat, wk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H