Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemilu di Jepang Bukan Hanya JJS (Janji-janji Surga) Saja

13 November 2014   18:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:53 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah beberapa hari ini di kota saya banyak mobil yang dipasangi speaker mondar-mandir berkoar-koar mempromosikan calon-calon pejabat yang akan duduk di pemerintah kota tempat tinggal saya.

Ya, di kota tinggal saya sedang berlangsung kampanye yang sudah berlangsung dari tanggal 11 November kemarin ini dan akan berakhir pada tanggal 15 November nanti. Jadinya gak heran deh dari pagi sampai sore itu banyak mobil ber-speaker yang hilir mudik di jalan-jalan besar.

Bukan itu saja, di setiap sudut jalan-jalan besar dan pusat keramaian pun itu ada papan besar segede gaban yang dipasang yang ditempeli dengan poster-poster wajah dan nama para calon wakil rakyat ini. Jadi jangan harap temen-temen yang main ke Jepang saat pemilu, akan melihat tembok-tembok rumah dan pagar atau batang-batang pohon besar yang ditempeli poster-poster yang justru bukan membuat kita bersimpati ingin nyoblos untuk milih tapi justru malah bikin gemes mau ngerobek robek wkwk...

Kali ini calon-calon yang diusung untuk pemilu nanti sebanyak 60 orang untuk menduduki 44 kursi yang disediakan! Wow buanyak bangettt! Kebayang itu papan pengumuman buat nempelin poster-posternya, guedeee dan puanjang wkwkwk. Kebetulan ada satu papan itu yang dipasang di deket komplek apartemen saya, sampai anak-anak saya hafal nama-nama calonnya ini karena memang selain huruf kanji juga mencantumkan huruf hiragana yang mudah dibaca oleh anak-anak. Foto-fotonya juga lucu-lucu, ada yang senyum sumringah ada yang sok jaim, ada yang serius, dsb. Tapi kalau saya lihat gak ada yang konyol sih, maksudnya saya jadi inget poster dan spanduk kocak dan super lebay para calon saat kampanye di Indonesia tempo hari, iih bikin ngakak sampai keluar airmata, lah gimana mau ada yang milih banyak ya, wong calonnya nggak nggeunah gitu wkwkwkwk...

14158518321768443308
14158518321768443308
sumber : https://search.yahoo.com/search?ei=utf-8&fr=ytff1-yff30&p=kumpulan%20poster%20lucu%20kampanye%20&type=

Melihat pemilu di Jepang ini saya lihat bukan hal yang main-main lagi, maksudnya mereka memang punya misi dan visi yang jelas, dan jelas gak bisa nyeleneh dan ngasal nyalonin diri saja. Bukan mencari untung dengan tujuan korupsi dengan mengeruk uang rakyat habis-habisan, walau ada juga oknum pejabat yang ketahuan menyelewengkan uang negara dan bisa ditebak itu akan habis riwayatnya kemudian.

Kebetulan saya dan suami dalam hal menjalankan hak kita sebagai warga negara mempunyai satu misi yang sama, yaitu tidak akan menjadi golongan putih dengan mengacuhkan apa itu yang namanya pemilu. Bagi saya, sejauh jauhnya dari Tanah Air, sama sekali gak ingin bersikap apatis dan masa bodoh sama kemajuan negara sendiri. Sedih memang tidak bisa melihat dan melaksanakan langsung nyoblos di Indonesia tapi apa daya toh pemerintah Indonesia juga mengusahakan dan membuat mudah para WNI yang tinggal di luar untuk bisa melaksanakan pemilu, jadi ya mbok kita pun janganlah membuat sia-sia usaha dan perjuangan yang sudah diberikan oleh pemerintah kepada kita di sini.

1415850571637396504
1415850571637396504
Pemilu yang akan berlangsung tanggal 16 November ini akan dilaksanakan di sekolah dasar negerinya si sulung yang memang lokasinya paling dekat dengan tempat tinggal saya. Tadi malam suami bercerita, kalau ia sangat prihatin di mana sudah banyak masyarakat Jepang yang masa bodoh dan malas untuk melangkahkan kaki dalam menunaikan haknya sebagai seorang warga negara yang baik. Jadinya pemerintah Jepang berusaha sekuat tenaga mengusahakan apa-apa yang bisa memudahkan masyarakatnya untuk turut menyukseskan pemilu. Dengan jalan misalnya, adanya pilihan hari dan tempat yang lain yang bisa kita kunjungi apabila tidak bisa hadir pada hari H-nya. Dan itu tercantum semua pada kartu pemilu yang kita dapet yang dikirimkan melalui pos dari cityhall.

Kemudahan lainnya adalah, kebayang ya itu 60 kandidat gimana kita ngechek-in satu satu visi misi mereka semua. Pastinya ada dong di website mereka masing-masing, tapi manah sempaattt, belum lagi yang loading-nya lama karena semua orang in the same time pada ngakses juga, gak banget dan gak praktis deh. Akhirnya pemerintah mengambil jalan dengan mencetaknya di kertas seperti bentuk koran, kebetulan saya dapet iklan para calon ini sampai tercetak jadi 8 lembar halaman loh yang memuat lengkap dan jelas itu misi visi, profil dan riwayat hidup para calon-calonnya. Jadinya ya kita bisa sambil santai minum kopi, buka-buka koran itu dan melihat secara cermat misi dan visi mereka itu apa.

1415850827506051634
1415850827506051634
Sudah dua hari ini saya berpapasan dengan para calon yang mengumandangkan visi misi mereka di jalan-jalan, satu orang saya lihat berkoar-koar di atas mobil dan satunya lagi berdiri di pinggir jalan. Pada umumnya cara berkampanye mereka tidak heboh dan lebay, yang pasti sangat amat tidak mengganggu kepentingan umum, dalam hal ini jalanan tidak menjadi macet.

Kalau melihat visi dan misi mereka saya jadi inget dengan pemilu-pemilu yang pernah saya jalani di Tanah Air, kenapa? Kadang saya suka kesal dengan para calon yang gembar gembor dengan misi yang isinya hanya ingin memakmurkan bangsa Indonesia, ingin menyejahterakan rakyat Indonesia, atau ingin membuat masyarakat Indonesia yang berkepribadian pancasila, dan segala macam. Sebelnya, ya untuk menuju kondisi seperti itulah mereka punya usaha seperti apa toh? Tindakan yang realitis, langsung ke teknis dan bersifat operasional justru itu loh pak yang kita ingin dengar. Kenapa? Karena hal-hal yang bersifat teknis itulah yang paling mudah kita untuk mengecek riceknya jikalau bapak-bapak ini sudah mendapat posisi di pemerintahan, apakah tindakan yang dikoar-koarkannya itu sudah dijalankan atau sengaja diacuhkan demi menjaga stabilitas keamanan posisi empuk yang sudah didudukinya.

Pemilu di Jepang ini saya bisa bilang sudah pada taraf pada tindakan teknisnya, mungkin kalau sumbar hanya bermisi ingin memajukan negara Jepang dan memakmurkan masyarakat Jepang, lah wong negara ini sudah maju. Gak ada yang beli tuh kalau cuma nawarin misi yang hanya bersifat permukaan saja. Coba tengok dan baca koran yang memuat iklan para calon-calon ini deh, saya lihat banyak yang sudah fokus pada satu hal, saya ambil contoh, sebut saja calon A ia begitu gamblang memuat ingin meningkatkan taraf kesehatan warga kota di tempat tinggal saya, yaitu dengan jalan, merenovasi rumah sakit pemerintah yang ada dengan penambahan fasilitas-fasilitas kesehatan, asuransi kesehatan warga kota ditambah lagi poin-poin yang bisa di covernya, penggantian biaya melahirkan yang jumlahnya ditambah, santunan uang untuk anak, dsb.

Lalu calon B, ia begitu konsen menyorot tentang kehidupan ibu dan anak, ya ini penting bagi saya seorang ibu yang masih mempunyai dua anak kecil, kenapa? Karena bukan saja masalah kesehatan yang penting tapi keselamatan anak khususnya bagi anak-anak SD yang kalau berangkat dan pulang sekolah sudah harus pergi sendiri, jadi adanya line khusus yang tersambung antara patroli sekolah (ibu-ibu dari para murid), pihak sekolah dan pihak kepolisian agar bisa bergerak cepat kalau ada kejahatan yang bisa mengancam keselamatan anak-anak kita, lalu fasilitas bermain ibu dan anak, dalam hal ini adalah pengadaan taman-taman untuk bermain dengan fasilitas mainan seperti ayunan, enjot- enjotan, bangku taman, dsb, walaupun sepele tapi ini sangat membantu kita ibu-ibu dalam mengasuh anak loh.

Lanjut lagi untuk bapak si calon C, ini lebih menekankan pada sarana dan prasarana, wah ini yang buat suami saya sumringah, kenapa? Sebagai seorang pemakai angkutan umum untuk berangkat kerja sehari-hari, itu masalah kereta dan bus jadi pusat perhatiannya. Misalnya saja pengadaan bus dan halte bus yang diperbanyak, keadaan stasiun kereta api yang kondusif, itu jadi hal yang penting mengingat bisa berdampak pada mobilitasnya untuk bisa sampai ke tempat kerja secara cepat dan tepat waktu.

Melihat hal-hal ini, tidak heran saya kalau melihat ada berita yang memberitakan pejabat pemerintah yang nyeleneh dan digelandang karena telah menyelewengkan tugas dan uang negara, pasti tidak akan bisa hidup nyaman dan tenteram lagi apalagi berani mati untuk mencalonkan dirinya untuk pemilu yang akan datang. Ya, masyarakat Jepang memang bukan masyarakat yang anarkis, rusuh, brutal dan suka bermain kasar, tapi ada hal yang lebih kejam jauh daripada kekuatan hukum itu sendiri, yaitu sanksi sosial. Ya, sanksi soal yang tidak mempunyai batas waktu. Untuk kasus-kasus korupsi yang ada di Jepang yang masih bisa dihitung dalam hitungan jari ini, itu baru diduga korupsi saja reaksi masyarakat sudah sangat luar biasa untuk menyingkirkan si pelaku itu, bukan hanya dalam partainya saja loh, itu dalam lingkungan sosial masyarakatnya pun bisa terimbas juga pada keluarga dan anak cucunya, dan ini bisa dibahas dan terus-menerus muncul seakan tak pernah lekang oleh waktu, lihat hal ini kok jadinya masyarakat jepang bukan tipe pemaaf ya kayak masyarakat kita? Kalau dalam kasus korupsi, baguslah! Biar pada kapok itu koruptor.

Sama dengan Indonesia, semaju-majunya negara mana pun itu yang namanya korupsi, nyelewengin uang negara demi kepentingan pribadi dan kelompok itu tetep aja masih ada, dan di mana pun itu tetap saja saya sangat gemas dan greget sama makhluk-makhluk model begini, yang tertawa tawa di atas penderitaan orang lain, hanya memikirkan kepentingan sendiri dan golongan diatas kepentingan rakyat semua.

Salam hangat, wk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun