Makannya pun ada aturannya loh yaitu dengan memakan secara keseluruhan sushi roll yang masih panjang itu tanpa henti, dengan menghadap ke arah dewa keberuntungan, Tokutoshijin. Arah dewa keberuntungan ini berubah pada tiap tahunnya. Pada saat makan juga dilarang bicara. Kebiasaan ini konon sudah dimulai di akhir jaman Edo atau awal jaman Meiji. Sushi khusus perayaan setsubun biasanya menggunakan tujuh bahan berbeda termasuk kampyo, shiitake, belut, dan telur, berdasarkan atas tujuh dewa keberuntungan.
Keluarga kami biasanya hanya merayakan dengan melakukan kegiatan Mame maki (melempar kacang) saja tanpa ada acara makan Ehomaki, sushi roll yang dimakannya tanpa dipotong. Bisa keselek selek anak-anak saya hahaha
Tapi pernah sih saya bikin sushi roll/norimaki tapi ya langsung saya potong-potong biar anak-anak makannya gampang, ga ada acara nyangkut tenggorokan.
Ternyata acara lempar-lemparan kacang ini bukan hanya dilakukan di rumah saja loh. Di kota tempat saya tinggal, hari ini sekitar jam 3 sore ada acara mamemaki yang dilakukan di kuil yang diikuti oleh banyak orang terutama anak-anak kecil. Bahkan hari ini pun dalam skejul sekolahnya tertulis kalau si bungsu juga merayakan Setsubun di sekolanya. Dan kami ibu-ibu yang menjemput anak-anak pulang sekolah tadi kaget bukan kepalang saat anak-anak ini turun dari bis sekolah semuanya memakai topeng Oni yang dilukisnya sendiri. Si bungsu bercerita kalau hari ini ia habis nimpukin 3 Oni (setan/monster) dan bersahabat dengan 1 oni, yang terdiri dari :