Pendidikan tinggi di Indonesia, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah telah meluncurkan kebijakan Kampus Merdeka pada tahun 2020, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi melalui fleksibilitas kurikulum dan pembelajaran berbasis pengalaman nyata. Perguruan Tinggi Swasta (PTS) memainkan peran yang sangat strategis dalam pelaksanaan kebijakan ini, dengan menyesuaikan diri dengan perkembangan kebijakan dan kebutuhan industri, serta meningkatkan kualitas pendidikan yang relevan dengan tantangan zaman.
Dalam konteks ini, PTS tidak hanya berperan dalam menyediakan kesempatan pendidikan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai mitra dalam meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan lebih dari 3.000 PTS yang tersebar di seluruh Indonesia, kontribusi PTS terhadap pendidikan tinggi nasional sangat besar, terutama dalam melaksanakan kebijakan Kampus Merdeka yang memberikan mahasiswa lebih banyak pilihan untuk mengembangkan kompetensi mereka secara praktis dan relevan dengan tuntutan pasar kerja.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Perguruan Tinggi Swasta memiliki kedudukan yang sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Meskipun dikelola oleh pihak swasta, PTS tetap berada di bawah pengawasan pemerintah dan diharapkan dapat memenuhi standar mutu pendidikan yang ditetapkan. Kedudukan ini memberikan peluang bagi PTS untuk mengelola program studi, kurikulum, dan kegiatan akademik lainnya secara lebih fleksibel, sesuai dengan visi dan misi lembaga masing-masing.
Kebijakan Kampus Merdeka memberikan peluang lebih besar bagi PTS untuk mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran yang lebih fleksibel dan inovatif. PTS dapat merancang program yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi, serta memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih kaya bagi mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pandangan Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan asal Brasil, yang menyatakan bahwa pendidikan harus bersifat kritis dan membebaskan, di mana mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, dan praktis mereka. Dalam hal ini, PTS memiliki peran yang penting untuk mewujudkan pendidikan tinggi yang tidak hanya mengutamakan teori, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat diterapkan di dunia nyata.
Peranan PTS dalam penyelenggaraan Kampus Merdeka sangat penting. Kampus Merdeka, yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri melalui berbagai pilihan program studi, magang, riset, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan adanya kebijakan ini, mahasiswa tidak lagi terfokus pada pembelajaran di ruang kelas yang bersifat teoretis, tetapi juga terlibat langsung dalam dunia nyata yang relevan dengan bidang studi mereka.
Menurut teori pendidikan yang dikemukakan oleh John Dewey, pendidikan yang efektif harus melibatkan pengalaman langsung yang dapat mengembangkan pemikiran kritis, kreativitas, dan keterampilan praktis mahasiswa. Kampus Merdeka memberikan ruang bagi mahasiswa untuk memilih program pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. PTS, dengan keleluasaan dalam pengelolaan pendidikan, dapat merancang berbagai kegiatan pembelajaran yang melibatkan dunia industri, lembaga riset, dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pandangan Dewey tentang pentingnya pembelajaran yang terhubung langsung dengan kehidupan nyata.
Pentingnya peran PTS dalam penyelenggaraan Kampus Merdeka juga diungkapkan oleh Abdul Mu'ti, seorang pakar pendidikan Indonesia, yang mengatakan bahwa PTS memiliki potensi untuk berinovasi dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi yang lebih responsif terhadap perubahan zaman. PTS dapat menciptakan program-program yang lebih fleksibel, yang memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan praktis, berkolaborasi dengan berbagai pihak, dan mempersiapkan diri untuk tantangan global.
Sebagai lembaga pendidikan yang dikelola secara mandiri, PTS menghadapi tantangan dalam mengimplementasikan kebijakan Kampus Merdeka. Salah satu tantangan utama adalah terkait dengan sumber daya, baik dari segi dana, tenaga pengajar, maupun fasilitas. PTS harus berupaya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan fasilitas yang tersedia, serta memperkuat kemitraan dengan dunia industri dan lembaga riset untuk mendukung program-program Kampus Merdeka.
Namun, tantangan ini juga membawa peluang bagi PTS untuk berinovasi dalam pengelolaan pendidikan. Dengan fleksibilitas yang dimilikinya, PTS dapat merancang kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri dan memperkenalkan model pembelajaran baru yang lebih berbasis pada proyek dan kolaborasi. PTS juga dapat memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran jarak jauh dan memperluas akses pendidikan bagi mahasiswa di berbagai daerah.
Penyelenggaraan Kampus Merdeka oleh PTS memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis pengalaman, magang di industri, riset kolaboratif, dan pengabdian masyarakat, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoretis, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan di dunia kerja. Program-program ini memungkinkan mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri, sehingga lulusan PTS dapat lebih siap dan kompetitif di pasar tenaga kerja.
Selain itu, pelaksanaan Kampus Merdeka juga memperkuat kolaborasi antara perguruan tinggi dan dunia industri, yang dapat mendukung inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan adanya program magang dan riset bersama, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung yang relevan dengan bidang studi mereka, sementara industri juga mendapat manfaat dari keterlibatan mahasiswa dalam proyek-proyek riset dan pengembangan produk.