Mohon tunggu...
Wedy Prahoro
Wedy Prahoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Pendidikan dan Aktivis Agama

Pemerhati Pendidikan dan Aktivis Agama

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Manajemen Perguruan Tinggi Vokasi di Indonesia dalam Era Globalisasi

5 November 2024   07:30 Diperbarui: 5 November 2024   07:34 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manajemen Perguruan Tinggi Vokasi yang Relevan dengan Misi Perguruan memiliki peran penting dalam memastikan tercapainya tujuan pendidikan vokasi yang menghasilkan lulusan siap kerja, berdaya saing, dan relevan dengan kebutuhan industri. Manajemen yang efektif di perguruan tinggi vokasi mengharuskan adanya strategi dan tata kelola yang sesuai dengan misi institusi, peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta teori dan pandangan dari para pakar pendidikan tinggi. Dalam hal ini, manajemen perguruan tinggi vokasi perlu mengintegrasikan berbagai aspek, termasuk kurikulum, kolaborasi industri, kualitas pengajaran, penelitian terapan, serta pemberdayaan masyarakat.

Misi Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Misi perguruan tinggi vokasi umumnya adalah menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan teknis dan aplikatif, siap untuk memasuki dunia kerja, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan industri. Untuk mencapai misi ini, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi sangatlah penting. Menurut teori competency-based education yang dipaparkan oleh Spencer dan Spencer (1993), pembelajaran harus dirancang untuk mencapai standar kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini juga sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang mewajibkan perguruan tinggi untuk mengimplementasikan kurikulum yang berorientasi pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Kurikulum di perguruan tinggi vokasi harus fleksibel, berbasis pada kompetensi yang spesifik, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, sehingga lulusannya memiliki keahlian yang relevan dengan tuntutan dunia kerja.

Kerja Sama dengan Industri untuk Meningkatkan Relevansi dan Kualitas Pendidikan

Manajemen perguruan tinggi vokasi yang relevan dengan misi perguruan tinggi harus menitikberatkan pada kolaborasi dengan industri. Konsep triple helix yang dikembangkan oleh Etzkowitz dan Leydesdorff (1997) menjelaskan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah dalam mendorong inovasi dan mengembangkan pendidikan yang aplikatif. Dalam hal ini, perguruan tinggi vokasi perlu menjalin kemitraan yang erat dengan industri untuk mendesain kurikulum, menyediakan program magang, serta melibatkan para praktisi industri dalam proses pembelajaran. Dengan kolaborasi tersebut, mahasiswa vokasi dapat belajar langsung dari praktisi profesional dan memahami realitas dunia kerja sejak dini. Hal ini juga selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menyebutkan pentingnya kerja sama antara perguruan tinggi dan dunia industri dalam mendukung relevansi dan kualitas pendidikan.

Pengelolaan Kualitas Pengajaran dan Pembelajaran Praktis

Sesuai dengan misi perguruan tinggi vokasi untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, manajemen harus memastikan bahwa pengajaran dan pembelajaran berbasis praktik mendapatkan prioritas utama. Teori quality management dari Deming (1986) dapat diterapkan dalam manajemen perguruan tinggi untuk memastikan kualitas pengajaran melalui pemantauan, evaluasi, dan peningkatan berkelanjutan. Di perguruan tinggi vokasi, proses pengajaran harus lebih aplikatif dan berbasis pada simulasi, praktik laboratorium, serta praktik lapangan yang relevan dengan dunia industri. Selain itu, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi mengharuskan perguruan tinggi vokasi untuk mengimplementasikan standar kualitas pembelajaran yang mencakup aspek kompetensi, metode pengajaran, dan evaluasi berbasis pencapaian keterampilan.

Manajemen Penelitian Terapan untuk Mendukung Inovasi dan Pengembangan Industri

Manajemen penelitian di perguruan tinggi vokasi diarahkan untuk menghasilkan penelitian terapan yang langsung berdampak pada industri. Drucker (2001) dalam konsep innovation management menekankan bahwa pendidikan tinggi vokasi harus fokus pada penelitian yang memecahkan masalah-masalah nyata di lapangan dan menghasilkan inovasi yang relevan. Perguruan tinggi vokasi perlu mengelola penelitian dengan orientasi pada solusi nyata, misalnya dengan menciptakan produk atau teknologi baru yang bermanfaat bagi sektor industri tertentu. Selain itu, penelitian terapan di perguruan tinggi vokasi dapat meningkatkan relevansi perguruan tinggi terhadap kebutuhan masyarakat dan dunia usaha, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020, yang mengatur tentang pentingnya relevansi penelitian dan inovasi untuk mendukung kebutuhan nasional.

Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengabdian yang Berdampak Langsung

Pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi vokasi harus berfokus pada peningkatan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Pendekatan ini didukung oleh teori pemberdayaan dari Freire (1970), yang menekankan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan masyarakat. Manajemen perguruan tinggi vokasi perlu merancang program pengabdian yang berorientasi pada peningkatan keterampilan praktis dan pemberdayaan ekonomi lokal, seperti pelatihan kewirausahaan, keterampilan teknis, dan manajemen usaha kecil. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, yang mengamanatkan perguruan tinggi untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dalam bentuk pengabdian yang relevan dan berdampak langsung.

Dengan menerapkan manajemen yang selaras dengan misi perguruan tinggi vokasi, institusi pendidikan tinggi di Indonesia dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing, inovatif, dan siap bersaing di pasar kerja global.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Pertama, implementasi manajemen berbasis misi sangat penting untuk memastikan bahwa perguruan tinggi vokasi menghasilkan lulusan yang siap memasuki dunia kerja. Menurut teori competency-based education dari Spencer dan Spencer (1993), kurikulum perguruan tinggi vokasi harus berbasis pada pengembangan kompetensi praktis yang relevan dengan kebutuhan industri.

Kedua, sesuai dengan konsep triple helix yang diusung oleh Etzkowitz dan Leydesdorff (1997), kemitraan strategis antara perguruan tinggi, pemerintah, dan industri menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inovatif dan responsif terhadap kebutuhan pasar tenaga kerja.

Ketiga, manajemen penelitian terapan harus diarahkan pada solusi nyata yang mampu memberikan dampak positif bagi industri dan masyarakat, sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Keempat, pentingnya manajemen pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada pemberdayaan. Berdasarkan teori pemberdayaan dari Freire (1970), perguruan tinggi vokasi dapat berperan dalam meningkatkan keterampilan teknis dan ekonomi masyarakat lokal melalui pengabdian yang relevan. Seluruh aspek ini perlu diatur dalam kerangka regulasi yang sesuai, termasuk Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yang menuntut kualitas dan relevansi pendidikan tinggi vokasi di era globalisasi.

Saran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun