Mohon tunggu...
Rini Widiarti
Rini Widiarti Mohon Tunggu... -

paling hobi nyibukin diri

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Diskriminasi bikin karir terhambat

5 November 2012   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:56 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang tahu bahwa mau manjadi dokter itu susah, selain harus pinter otaknya, juga harus ada dana untuk biaya kuliah. Buat mahasiswa kedokteran di negri Belanda ini ternyata jauh lebih susah bagi mereka yang bukan keturunan orang belanda asli. Sebabnya orang belanda masih banyak yang suka diskriminasi dan mempunyai prasangka kurang baik terhadap warga negara pendatang.

Belum lama ini guru besar Tineke Abma(VU)  telah mempublikasikan hasil research- nya. Menurut beliau mahasiswa kedokteran yang bukan orang pribumi, sangat sulit untuk mendapatkan penempatan untuk menjadi dokter spesialis. Salah satu penyebabnya adalah bahwa kebanyakan mahasiswa non pribumi, kadang masih kurang fasih berbahasa belanda dengan baik  dan mereka biasanya sudah lebih tua umurnya di bandingkan mahasiswa belanda. Biasanya mahasiswa kedokteran non pribumi di sarankan untuk menjadi dokter umum saja.

Di tempat saya bekerja saat ini ada seorang dokter muda asal Iran. Saya biasanya panggil dia Nilou. Nama lengkapnya Niloufar Ashtiani, 29 tahun. Nama belangkanya kayak orang indonesia . Orangnya cantik dan supel. Dia sudah tinggal di belanda sejak dia berumur 5 tahun, jadi kalau lihat dia berbicara maka tidak ada bedanya dengan orang belanda asli, hanya saja dia bukan orang ber kulit putih alias bule.  Dia adalah salah satu dokter muda non pribumi yang bisa mendapatkan kesempatan untuk mengambil spesialis anak. Karena itu belum lama ini dia di jadikan salah satu nara sumber untuk sebuah acara televisi di belanda.

Nilou bercerita bahwa untuk mendapat kesempatan menjadi spesialis anak baginya tidaklah mudah, dia harus berusaha lebih keras di bandingkan dengan mahasiswa  pribumi. Dia harus menunjukan bahwa dia bisa lebih baik dari mahasiswa pribumi. Secara tidak sadar dia berusaha sedemikian rupa sehingga dia menyampingkan dan meninggalkan latar belakang kultur nya hanya untuk dapat  beradaptasi sepenuhnya. Baru-baru ini saja dia mulai tertarik dengan kulturnya sendiri. Dia berusaha menjadi rolmodel sehingga mahasiswa-mahasiswa kedokteran non pribumi yang lainnya juga bisa mendapatkan kesempatan yang sama seperti dirinya.

Di kota-kota besar di Belanda banyak penduduknya yang non pribumi. Kebanyakan dari mereka, belum fasih berbahasa belanda, maka dokter spesialis dengan latar belakang yang sama sangatlah di butuhkan. Sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan baik dan di harapkan dokter spesialis ini bisa lebih mengerti kondisi dan keadaan pasiennya. Semoga di waktu mendatang lebih banyak lagi dokter spesialis non pribumi di belanda.

Buat Nilou, sukses selalu dengan karir kamu dan terima kasih sudah ngajak aku jadi figuran di acara tersebut, dokternya non pribumi perawatnya juga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun