Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Yudas Hidup dalam Misterinya

20 Desember 2015   21:12 Diperbarui: 20 Desember 2015   21:27 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menilik tulisan inspiratif Laura Irawati dengan judul Misteri di Balik Lukisan "Perjamuan Terakhir" yang kemudian diungkapkannya, "Dan selama enam tahun, satu per satu da Vinci terus mencari tokoh karakter yang tepat untuk dilukis sebagai perlambang ke-12 murid Yesus lainnya. Tinggal karakter Yudas Iskariot sebagai tahap akhir mahakaryanya itu. Da Vinci harus menggambarkan sosok si murid pengkhianat itu dengan karakter berwajah keras, munafik, bertampang penipu dan suka mengkhianati teman sendiri."

Saya pun teringat The Secrets of Judas, Yudas menjadi lakon, dan James M. Robinson, penulis buku tersebut, dalam Bab Satu, "Yudas Iskariot, jika bukan yang paling terkenal, jelas merupakan yang paling tidak terkenal dari lingkaran dalam murid-murid Yesus." Masih dalam bab yang sama, "Apakah Yudas hanya memenuhi ramalan injil, melaksanakan rencana Tuhan bagi Yesus untuk mati demi dosa-dosa kita, melakukan apa yang Yesus perintahkan padanya? Mengapa ia menandai Yesus kepada penguasa Yahudi dengan sebuah ciuman hanya untuk tiga puluh keping perak?"

Saya tak tahu mengapa James M. Robinson memilih 'pertanyaan-pertanyaan' itu? Saya mempercayai James M. Robinson, yang meneliti injil dan naskah-naskah kuno, dan menelaah Yudas, tahu apa yang dilakukannya. Sementara, Injil Yudas Iskariot telah memberangsang masyarakat Kristen. Jika Yudas tidak mengkhianati Yesus, mungkinkah tanpa Yudas, keajaiban Paskah tidak akan pernah terjadi.

Yang sekarang saya baca, Yudas lakon itu, seperti yang sedang terjadi dimana-mana, menunjukkan indikasi-indikasi yang merisaukan, terkait kewaspadaan nasional. Lantas, dalam topik Pemerintah Harus Perpanjang Kontrak Freeport. Siapa Yudasnya? Sebab dalam konteks tersebut, tulisan saya berjudul Putusan MKD Krisis Etika Demokrasi, "Saya gagal paham dan hanya bisa mengelus dada terkait pengunduran diri Setya Novanto nomor anggota A-300 Fraksi Golkar sebagai Ketua DPR RI periode 2014-2019. Mengapa? pengunduran diri Setya Novanto tidak menjadi fokus utama Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR,  yang seharusnya memeriksa apakah Setya Novanto melakukan dugaan pelanggaran kode etik, seperti yang dilaporkan Sudirman Said. 

Disadari ataupun tidak, pemberitaan sejumlah media massa, telah menarik perhatian masyarakat yang mengarah pada pengungkapan skenario kelompok tertentu. Apakah itu Yudasnya? 

Saya tidak pada posisi mencari jawab atas apakah Yudas seorang pengkhianat atau bukan? Sebab, dalam kehidupan masyarakat kristen sendiri, tidak seorang pun dalam sejarah, yang mempunyai nama seburuk Yudas Iskariot. Halaman 68, The Secrets of Judas, disebutkan bahwa "Anda hanya perlu mengejek dengan menyebut "Yudas" atau mengatakan "tiga puluh keping uang perak" atau "Ciuman Yudas" untuk mengungkapkan komentar buruk Anda, tanpa perlu berkata lebih jauh lagi.

Oleh karena, saya menikmati dunia sejarah, dan sejarah bekerja berdasarkan dokumen. Referensi klasik yang terbit tahun 1898, karya CH. V. Langlois dan CH. Seignobos mengajarkan saya di dalam bukunya Introduction to the Study of History, halaman 25, "Dokumen adalah jejak pikiran dan perbuatan yang telah ditinggalkan oleh orang-orang zaman dulu. Namun, pikiran dan perbuatan ini sangat sedikit meninggalkan jejak yang terlihat, dan jejak ini, kalaupun ada, jarang yang tahan lama, musibah dan bencana sering menghapus jejak tersebut." Dan, Sir Francis Bacon, "Sejarah membuat manusia menjadi bijak, pujangga menjadi arif, matematikawan menjadi jeli, filsafat alam menjadi dalam, logika dan retorika menjadi mampu bersanding."

Pada akhirnya, bagaimana pun kebenaran akan membebaskan, dan pengkhianatan terjadi karena bertemunya kepentingan semata.

 

sumber foto: Amazon

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun