Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siasat Jalan Tengah Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie dan Agung Laksono di Jalan Diponegoro?

4 Februari 2016   22:44 Diperbarui: 4 Februari 2016   23:11 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa 'sakral' terekam di berbagai media massa, adalah adegan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjabat tangan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal  Bakrie dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono hasil Musyawarah Nasional (Munas) Riau, seusai bertemu di rumah dinas Wakil Presiden, Jakarta (3/2). Agenda pertemuan tersebut membahas munas yang akan menyatukan kedua belah pihak yang sebelumnya kukuh berseteru. 

Adegan politik di rumah dinas Wakil Presiden Jusuf Kalla merupakan nubuat dalam tulisan sebelumnya berjudul Golkar Kiamat Akbar bahwa satu-satunya pilihan yang tersisa bagi kedua belah pihak adalah membuat 'peluang tak terbatas' untuk berdialog dalam rangka mempertahankan keutuhan partai. Di sisi lain, adegan di rumah dinas Wakil Presiden Jusuf Kalla, menjadi fakta politik bahwa  Akbar Tandjung yang dianggap sebagai politisi senior Partai Golkar tidak pernah dilibatkan dalam penyelesaian konflik partai berlambang pohon beringin itu. Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung tidak diundang.  "Sejak awal saya memang tidak pernah diikutsertakan dalam penyelesaian konflik antara kedua kubu yang dimediasi oleh Pak Jusuf Kalla," tutur Akbar di Akbar Tandjung Institute, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (3/2). Namun, ia bersyukur bahwa kedua pimpinan kubu yang bertikai akhirnya dapat dipertemukan.

Hari itu, jalan Diponegoro menjadi panggung politik, Aburizal  Bakrie dan Agung Laksono dengan kompak mengenakan kemeja putih. Aburizal Bakrie berlengan pendek dan Agung Laksono berlengan panjang. Dalam pertemuan yang berlangsung sejam, Jusuf Kalla berusaha menegaskan partai berlambang beringin itu sekarang sudah benar-benar bersatu. Cukup jelas, Kalla ingin keluar dari pusaran. Sebelumnya, dalam tulisan JK Akbar dalam Pusaran Beringin diungkapkan Akbar dan JK tidak satu jalan. JK mengusulkan menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar untuk memperpanjang masa kepengurusan hasil Munas Riau pimpinan Ical namun Akbar memiliki gagasan dan pandangan hanya munas-lah jalan keluar untuk menyelamatkan partai beringin. Bahkan, Akbar memberikan sinyal bahwa tidak hanya JK mantan Ketum Golkar, dan mantan Ketum Golkar tidak memiliki kewenangan untuk melangkah di luar AD/ART partai. Dalam pertemuan terbatas itu, Jusuf Kalla berhasil keluar dari pusaran melalui jalan tengah. Terlihat jelas dari penjelasan Kalla yang menyarankan agar rapat perdana DPP Partai Golkar lebih mengutamakan konsolidasi internal daripada teknis penyelenggaraan munaslub pada April atau Mei mendatang. 

"Rapat perdana Golkar hasil Munas Riau sebaiknya tidak langsung mendalami teknis penyelenggaraan munaslub, tetapi sebatas konsolidasi menjelang munaslub. Sekarang (Golkar) kan, sudah satu, tidak ada lagi kubu-kubuan sehingga Golkar harus solid dari pusat sampai ke daerah," ujar Kalla, yang juga menjabat Ketua Tim Transisi untuk Penyelesaian Konflik Partai Golkar, dan didampingi Aburizal  Bakrie dan Agung Laksono di kiri-kanannya.

Lalu, mengapa Akbar Tandjung tidak hadir dalam pertunjukan politik di Jalan Diponegoro?

"Ini kan (pertemuan di rumah dinas kemarin) hanya pertemuan terbatas sekali," kata JK. Mantan Ketua Umum Golkar ini menjelaskan dalam pertemuan sebelumnya Akbar telah dilibatkan. Ia menuturkan tidak ada pihak yang ditinggalkan. "Kita yang senior beri pertimbangan seperlunya. Jadi daerah dan pusat solid. DPP satu. Slipi akan satu. Bajunya juga satu. Ada putih dan kuningnya," jelasnya.

Sementara, Aburizal Bakrie, menyatakan tidak ada agenda khusus untuk membahas persiapan munas dalam rapat harian Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar hari ini, Kamis (4/2) di kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat. Menurut Ical, rapat hari ini akan menjadi ajang silaturahmi bagi seluruh elemen Golkar. "Rekonsiliasi itu, menurut dia, akan menciptakan kekuatan yang besar untuk memenangi pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden. "Setelah munas, kita juga akan dapat ketua umum baru yang dapat membuat Golkar lebih maju," tuturnya.

Kemudian, Aburizal Bakrie memberikan kesempatan berbicara Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Riau, Agung Laksono. "Saya juga tak jadi soal itu munas atau munaslub, sama saja. Saya minta stop dulu musyawarah-musyawarah daerah, munas dulu," katanya. Ia  menyatakan sependapat dengan penyelenggaraan munas pada April atau Mei mendatang. Agung pun meminta Aburizal Bakrie menghentikan sanksi-sanksi pemecatan terhadap kader-kader Golkar yang dulu pernah menyatakan dukungannya kepada Presiden Joko Widodo.

Inilah mengapa dalam tulisan Bendera Putih Manuver Aburizal Bakrie? meramalkan Aburizal Bakrie tidak bersedia mencalonkan diri lagi sebagai ketua umum partai berlambang beringin ini, bukan berarti ia lepas tangan. Mengingat, ia sebagai tokoh sentral dan dominan dalam tubuh partai beringin, ia dapat berada di posisi mana saja, dan nyaris mutlak Ical sebagai penentu dalam Partai Golkar. 

Berdasarkan amatan melalui media massa yang beredar, terdapat tiga point penting paska pertemuan di rumah dinas  Wakil Presiden Jusuf Kalla:

  1. Pembahasan penyelenggaraan munas pada April atau Mei mendatang.
  2. Perubahan AD/ART Partai Golkar untuk menjamin partai berlambang beringin ini, tidak pecah lagi.
  3. Penghentian sanksi-sanksi pemecatan kader Partai Golkar

Akhirnya, terbukti bahwa pertunjukan politik adalah karya seni olah pikir berbagai strategi yang melibatkan aktor atau kelompok di tempat dan waktu tertentu, untuk menghibur penonton, hingga menjadi senang ataupun kecewa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun